Pilkada Serentak 2018
Pasca Debat Pilgub Jabar, Ridwan Kamil Kembali Debat di Twitter Lantaran Disebut Aneh dan Otoriter
Kang Emil menyebut cara yang ampuh untuk mengatasi tidak adanya koordinasi antara kepala daerah dengan memanfaatkan dana bantuan gubernur (Bangub).
Penulis: Dian Naren
Editor: Dian Naren
TRIBUNWOW.COM - Debat pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 digelar KompasTV, Senin (12/3/2018).
Rosiana Silalahi selaku moderator debat kali ini memberikan kesempatan kepada masing-masing pasangan calon untuk menyampaikan opininya akan koordinasi antara Wali Kota, Bupati, dan Gubernur.
Ia menyoroti jika tidak ada koordinasi yang jelas anatar kepala daerah tingkat dua dengan Gubernur.
Tiap pasangan calon memberikan tanggapannya, mulai dari pasangan Tubagus Hasanuddin- Anton Charliyan, pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu, pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, hingga pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
Pasangan nomor satu lantas menanggapi pertanyaan tersebut.
Menurut Ridwan Kamil, kepemimpinan tidak harus ditumbuhkan dengan cara yang formal saja.
Dirinya bahkan berinisiatif membuat sebuah grup Whatsapp untuk memudahkan dalam berkoordinasi.
Selain itu, Kang Emil juga menyebut cara yang ampuh untuk mengatasi tidak adanya koordinasi antara kepala daerah adalah dengan memanfaatkan dana bantuan Gubernur.
"Kalau Bupati Wali Kotanya nurut ditambahin angka bantuan Gubernurnya, kalau tidak nurut ya kita potong di tahun berikutnya," pungkasnya.
BACA Ditanya Hal Ini saat Debat Pilgub, Deddy Mizwar: Kenapa Kita Harus Jawab Persoalan yang Tidak Tahu?
Hingga terdapat salah seorang netizen yang mengatakan jika rencana Ridwan Kamil adalah aneh dan otoriter.
Hal ini bermula dari cuitan @fawazstp yang mengatakan,"kalau bupati atau walkot ga datang koordinasi jangan dipotong juga dong anggarannya kang @ridwankamil.
Yang kasihan rakyatnya, jangan hukum rakyat karena polah bupatinya.
Realitanya kewenangan kab/kota segitu kurang seimbang dengan anggaran yang dimiliki @Reiza_Patters".
Cuitan dari @fawazstp ini lantas ditanggapi oleh @Reiza_Patters.
Akun yang menamakan @Reiza_Patters mengatakan,"Kan aneh. Kang @ridwankamil justru mau otoriter ke Bupati/Walikota, dngan ancaman memotong atau menolak bantuan Gubernur utk Bupati dan Walikota yang gak mau nurut sama Gubernur.
Lah, Kang Ridwan Kamil paham tupoksi Gubernur gak ya? #DM4JabarTuntas".
Menanggapi hal tersebut, Ridwan Kamil menanggapi,"semua bantuan ada prasyarat.
Tidak serta merta selalu otomatis. everything is political.
Contoh: anggaran dipotong atau ditambahi oleh kemenkeu kepada daerah yg tidak ikut standar GCG.
Gubernur ada diskresi BanGub.besarannya diatur dengan syarat".
BACA Ferdinand Hutahaean Walk Out saat Jokowi Pidato di Rapimnas hingga Sudjiwo Tedjo Bully Mahfud MD
Tak puas dengan jawaban Ridwan Kamil, netizen tersebut kembali mengemukakakan pendapatnya.
"Betul kang. Tapi mengatakan akan menghentikan BanGUb hanya sekedar utk memaksa mrk nurut, itu bahaya.
Tupoksi Gubernur jelas, hanya wakil pemerintah pusat di daerah dan fungsinya koordinasi.
Saya rasa, hrs lebih bijak. Perkataan kan merefleksikan pemikiran, kang. Jgn otoriterlah."
Ridwan Kamil kembali menanggapi,"ada stick and carrot. ada juga reformasi jangka panjang.
keduanya penting bang. ini argumen dari sy yg improvisasi membawa kemajuan reformasi di BdG.
Dengan cara ini, Kinerja Akuntabilitas Pemkot BDG lompat dari rangking 200 ke ranking 1 se RI skg. anuhun."
Pindah dari topik tersebut, netizen tersebut justru menyoroti masalah lain.
Soal tersebut adalah mengenai kesenjangan ekonomi di Kota Bandung.
Netizen tersebut menagatakan,"Kesenjangan ekonomi semakin meningkat di kota Bandung.
Saat menjabat 2013, rasiogini Bandung 0,42. Lalu meningkat tajam 0,48 di 2014.
Turun ke 0,44 di 2015 dan bertahan 0,44 di 2016.
Sepertinya kang @ridwankamil hanya anggap kemiskinan hanya soal angka statistik. #DM4JabarTuntas"
Netizen lainnya lantas menanggapi,"Paham. Saya sepakat soal pertumbuhan ekonomi tinggi tapi Gini naik itu gak bener.
Cuma lagi-lagi keterbatasan Rasio Gini ga bikin kita leluasa menginterpretasi naik turunnya angka itu.
Bisa jadi gesernya di segmen tengah.
Sayang gada Household Income Percentile buat perbandingan"
BACA Gaya AHY Berpidato dalam Penutupan Rapimnas Partai Demokrat Jadi Sorotan Lantaran Hal Ini
Namun yang disayangkan netizen @Reiza_Patters ini justru kembali membuat kesimpulan sepihak yang menyatakan,"Artinya, klaim saya bahwa itu anomali dan tdk masuk akal, bisa dibenarkan?
Kang @ridwankamil hanya anggap bahwa kemiskinan hanya soal statistik belaka, itu bisa jadi masuk akal juga.
Wong akar persoalan yg potensi menjadi a;pi dalam sekam, justru semakin parah. #DM4JabarTuntas".
Menanggapi komentar kesimpulan menyudutkan tersebut, Ridwan Kamil mengatakan,"oh ternyata anda timses paslon lain. kirain. terima kasih."
(TribunWow/Dian Naren)