Surat Pemecatan Bocor, Fahri Hamzah: Ini Nalar Otoriter, Kepemimpinan Sohibul Iman Terlalu Jauh
Dari surat yang dikeluarkan sejak 06 April 2016 ini membeberkan lima poin yang diakuinya sebagai tindak lanjut keputusan presiden PKS.
Penulis: Dian Naren
Editor: Dian Naren
Kalau mau ajak MSI juga Silahkan. Bukan berdebat lah.
Anggaplah klarifikasi terbuka. Saya siap! Saya tunggu!"
Salah seorang netizen menyemangati Fahri Hamzah.
"Loe bener2 dh bang @Fahrihamzah !!!, salut gw", tulis akun @HeruYogaSusanto.
"Habisnya pakai pengadilan Gak mempan mau apa lagi coba? Apa yg kita hormati kalau bukan keputusan hukum?", ujar Fahri.
Sohibul mengungkap awal mula perseteruan PKS dengan Fahri adalah ketika dia hendak merotasinya dari posisi Wakil Ketua DPR.
Setelah dikabarkan ke Fahri, soal kebijakannya tersebut, Fahri mengiyakan dan bersedia mematuhi keputusan partai. Hanya, Fahri meminta tidak langsung dicopot dari kursi pimpinan DPR karena masih memiliki tugas muhibah ke luar negeri yang telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya.
BACA Fahri Hamzah Ditanya soal Jokowi hingga Ahmad Dhani, Deddy Corbuzier: Sumpah Gue Gak Suka Ini Orang!
Namun, masih kata Sohibul, ternyata Fahri tidak memenuhi janjinya.
Saat Desember 2015, tidak seperti yang dijanjikannya, Fahri terus-menerus membuat alasan agar tidak dilengserkan dari posisi Wakil Ketua DPR.
Secara aturan sesuai dengan UU MD3, fraksi memang berhak mengatur kader-kadernya di alat kelengkapan Dewan, termasuk di kursi pimpinan DPR.
PKS pun memecat Fahri dari seluruh keanggotan partai pada April 2016.
Pada Desember 2016, PN Jaksel memenangkan gugatan Fahri dan menyatakan pemecatannya tidak sah.
PKS kemudian mengajukan banding, yang kemudian kembali kalah dari Fahri.
Hingga kini, Fahri tetap mengaku sebagai kader PKS. (TribunWow/Dian Naren)