Fakta-fakta Longsor Jawa Barat: 2 Meninggal Dunia dan Ramalan BMKG Bandung
Longsor Kampung Bonjot RT 3/11, Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, menewaskan dua orang warga, atas nama Puja (14) dan Damah (40).
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Longsor Kampung Bonjot RT 3/11, Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, menewaskan dua orang warga, atas nama Puja (14) dan Damah (40).
Kepala Desa Buninagara, Acep Hadiansyah, menuturkan longsor terjadi pada Senin (5/3/2018) pukul 06.00 WIB saat hujan akan reda.
Hujan turun sejak Minggu (6/3/2018) pukul 21.00 WIB hingga Senin pagi hari.
"Ya kemungkinan karena hujan yang terus turun maka jadi longsor dan semua langsung mengungsi warga," katanya di lokasi, Senin (5/3/2018).
Populer: Breaking News: Terjadi Longsor di Bandung Barat!
Saat longsor terjadi, menurut Acep, banyak warga yang siap-siap mau berangkat beraktivitas, semisal berkebun dan lainnya.
"Keluarga yang korban itu ibu dan anak, kalau bapaknya sudah berangkat kerja," ujarnya.
Longsor itu mengakibatkan empat rumah dari tujuh kepala keluarga terancam tertimbun.
Menurut Kepala Bidang Logostik dan Kedaruratan, Dicky Maulana, ada seorang warga yang ditemukan dalam keadaan meninggal dan satu lagi lainnya dalam pencarian.
"Kami upayakan mengungsikan warga ke tempat aman dan pencarian terus berlanjut," katanya melalui pesan whatsapp.
Populer: 2018 Baru 2 Bulan, BNPB Sebut Sudah 513 Bencana Menimpa di Indonesia, Berikut Rincian Lengkapnya!
Korban kenakan seragam sekolah
Acep Hadiansyah mengatakan longsor itu berasal dari longsoran gunung Bonjot yang di bawahnya terdapat empat rumah dengan jarak masing-masing rumah sekitar 5-10 meter.
"Yang tertimbun itu milik Pak Kuswandi (56) korbannya ibu Damah (40) dan anaknya Puja (14). Puja telah ditemukan pukul 09.00 WIB sedangkan ibunya masih dalam pencarian," katanya.
Puja, menurut Acep yang didampingi Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD, Dicky Maulana ditemukan sejauh 50 meter dari rumahnya.
"Saat kejadian Pak Kuswandi itu sudah pergi sejak pagi hari karena menjadi juru parkir di Bandung. Puja juga ditemukan dalam keadaan sedang memakai baju sekolah, sepertinya mau berangkat sekolah," katanya.
Potensi bencana masih tinggi
Prakirawan BMKG Bandung, Yuni Yulianti, mengatakan, potensi bencana hidrometeorologi di Bandung dan sekitarnya masih tinggi.
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, atau angin.
Kekeringan, banjir, badai, longsor, angin puyuh, topan, angin puting beliung, adalah beberapa contoh bencana hidrometeorologi.
"Masih (tinggi), potensi banjir masih tinggi, begitu pula potensi longsor atau pergerakan tanah sehingga masyarakat diimbau untuk waspada terkait curah hujan tinggi di wilayah Bandung dan Jawa barat," ujar Yuni kepada Tribun Jabar melalui pesan instan, Senin (5/3/2018).
Populer: Mbah Mijan Sebut Bencana yang Ada di Indonesia Akibat Kesalahan Jokowi
Awan cumulonimbus
Bulan Maret, lanjutnya, merupakan puncak musim hujan untuk Kota Bandung dan sekitarnya.
Untuk hari ini, Yuni pun mengatakan, secara umum, kelembapan udara mendukung untuk pertumbuhan awan-awan Cumulonimbus.
Berdasarkan NWP parameter curah hujan, lanjutnya, ada indikasi hujan ringan skala lokal di wilayah Bandung dan sekitarnya pada sore dan dini hari.
Maret puncak musim penghujan
Terpisah, Prakirawan BMKG Bandung, Jadi Hendarmin, pernah mengatakan, hujan masih berpotensi turun lebih intens selama ke beberapa hari ke depan.
Hal tersebut disebabkan terjadi karena sejumlah faktor.
Jika melihat dari persistensi cuaca harian pada saat ini, ujarnya, kecenderungannya hujan akan turun pada siang menjelang sore hari.
"Hal ini dipicu adanya penambahan uap air akibat pemanasan dan penguapan yang intensif pada pagi hingga siang hari sehingga awan yang terbentuk bisa berupa awan cumulonimbus yang berpotensi hujan ringan sedang bahkan lebat dan biasanya akan disertai petir dan angin kencang," ujarnya melalui pesan instan, Jumat (2/3/2018) malam.
Karena Maret ini adalah puncak dari musim penghujan, lanjutnya, tentu saja kemungkinannya hujan akan turun lebih intens.
"Dan jika melihat dari skala regionalnya, adanya pertemuan arus udara di wilayah Jawa barat dan kelembapan udara di lapisan atas tinggi bekisar 80-90 persen tentu berpeluang hujan akan turun hingga beberapa hari ke depan," ujarnya. (*)