Pemilu 2019
Fadli Zon Sebut Pemilih Muda Cenderung Memilih Prabowo dan Memiliki Peluang Menang yang Besar
Menanggapi fenomena tersebut, Fadli menjabarkan bahwa hal ini dapat dijadikan kesempatan partai Gerindra menjadi pesaing petahana.
Penulis: Dian Naren
Editor: Dian Naren
TRIBUNWOW.COM - Jelang pemilihan presiden (pilpres) tahun 2019, Wakil Ketua DPR membuka polling untuk memilih bakal Presiden 2019-2024.
Dari polling tersebut, terdapat tiga pilihan yakni presiden baru, presiden lama, dan ragu-ragu.
Berdasarkan hasil polling, diketahui mayoritas masyarakat sebesar 75% menginginkan presiden baru.
BACA Merasa Difitnah Mendukung LGBT, Ridwan Kamil Beri Bukti-bukti Sebaliknya
Menanggapi fenomena tersebut, Fadli menjabarkan bahwa hal ini dapat dijadikan kesempatan partai Gerindra menjadi pesaing petahana.
Dilansir Tribunwow.com dari akun Twitternya, @fadlizon Selasa (27/2/2018) dirinya mengatakan:
"Akhir pekan kemarin, sy membuat polling di twitter. Tujuh puluh lima persen voters menginginkan ada Presiden baru pd 2019. Dari 7.210 akun yg memberikan suara, hanya 23 persen yg tetap menginginkan Presiden saat ini terus menjabat, 2 persen sisanya menyatakan masih ragu.
Hasil poling Twitter ini sejalan dgn aspirasi yg saya terima tiap kali turun ke daerah. Jadi, baik dlm tatap muka langsung maupun melalui dunia maya, mayoritas masyarakat menginginkan perubahan kepemimpinan nasional.
Dlm catatan sy, dari brbgai survei, elektabilitas Presiden @jokowi sbg petahana selalu brd di bawah 50 persen. Itu bukan angka bagus bagi petahana yg hampir dua puluh empat jam mukanya disiarkan televisi n media massa. Jadi, peluang bagi penantang petahana sgt terbuka lebar.
Apalagi, pemilih kita makin rasional dan kritis. Menurut sebuah survei SMRC tahun 2017, 20 persen pemilih menyatakan akan memilih berdasarkan bukti yg nyata dari hasil kerja, dan 16,5 persen pemilih sgt mempertimbangkan pengalaman pemerintahan.
Jadi, tanpa butuh mendengarkan kampanye dan kritik dari partai oposisi, para pemilih rasional dan kritis kemungkinanya sangat kecil untuk memilih kembali petahana.
BACA Soal Kenaikan Harga BBM, Fadli Zon: Bukti Nyata Rezim Ini Neoliberal dan Bertentangan dengan UUD
Sebagai partai yg berada di luar pemerintahan, situasi ini terus terang memberi tantangan pd @Gerindra. Kami tentu tdk ingin mengulang lagu lama bhw partai oposisi pasti akan lebih disukai pada Pemilu berikutnya jika orang kecewa trhd petahana dan partai pendukungnya.
Kalau kita tengok ke belakang, hampir semua partai yg pernah menang Pemilu sejak Reformasi, umumnya menang krn ‘swing voters’, yg tak lain adlh para pemilih yg kecewa trhdp penguasa periode sebelumnya.
Sbg partai modern, terus terang kami tak ingin spti berburu di kebun binatang semacam itu. Kami ingin dipilih dan dipercaya masyarakat krn mereka melihat kami perform, punya visi, punya konsep, dan punya program yg jelas.
Itu sebabnya @Gerindra harus bisa dan turut mengedukasi masyarakat. Kader Partai Gerindra harus bisa meningkatkan kapasitasnya. Apalagi, pemilih kita didominasi oleh anak muda.
Menurut data yg saya miliki, suara generasi milenial dgn rentang umur 17-34 tahun akan menjadi sgt penting dlm Pemilu 2019. Saat ini setidaknya 34,4 persen masyarakat Indonesia ada di rentang umur emas tsbt.
Pada Pemilu 2019, diperkirakan pemilih berusia 17-38 tahun mencapai 55 persen dari jumlah total pemilih. Anak-anak muda biasanya anti-kemapanan dan lebih kritis terhadap status quo. @Gerindra juga menyadari hal itu.
Untungnya, data menunjukkan jika para pemilih muda sgt menyukai Ketua Umum @Gerindra, P @prabowo. Dari sisi usia, sejauh ini persentase pemilih muda yg menyatakan akan memilih Prabowo lebih besar drpd pemilih tua.
Bahkan, dari sejumlah survei yg st amati, persentase suara responden yg berusia di bawah 21 tahun, atau dikenal sbg pemilih pemula, kecenderungan untuk memilih P @prabowo lebih besar drpd calon lainnya. Ini preferensi pemilih yg menguntungkan buat @Gerindra.
Dari sisi pendidikan, basis pemilih @prabowo umumnya tercatat adlh lulusan sarjana dan jenjang yg lebih tinggi lainnya. Nah, ini yg harus disadari oleh kader-kader @Gerindra, bhw mereka berhadapan dgn para pemilih yg terdidik, rasional, dan kritis.
BACA Beri Somasi ke Anaknya, Hotman Paris: Jangan Protes Bapakmu Mejeng dengan Cewek, Hak Konstitusiku!
Gerindra hrs bisa menampilkan diri sbg partai oposisi yg lebih berkualitas dari partai oposisi masa sebelumnya. Di sisi lain, kader @Gerindra perlu lebih bnyk untuk turun ke masyarakat bawah, krn kelompok pemilih ini, yg jumlahnya sgt besar, perlu lebih banyak diedukasi.
Kembali ke hasil poling Twitter, keinginan masy untuk mendptkan pemimpin baru, Insya Allah direspon oleh @Gerindra. Kami memberikan tawaran yg lebih baik, baik dari sisi figur, maupun konsep untuk memperbaiki Indonesia ke depan. Kami akan calonkan P @prabowo untuk capres 2019.
Kembali ke hasil poling Twitter, keinginan masy untuk mndptkan pemimpin baru, Insya Allah direspon oleh @Gerindra. Kami memberikan tawaran yg lebih baik, baik dari sisi figur, maupun konsep untuk memperbaiki Indonesia ke depan. Kami akan calonkan P @prabowo untuk capres 2019."
Dikabarkan sebelemunya, elektabilitas Jokowi dan Prabowo turun.
Namun, terdapat elektabilitas tokoh lain yang justru naik.
Dari survei Median yang dilakukan pada 1-9 Februari 2018, Responden yang memilih Jokowi jika pemilihan presiden digelar saat ini sebesar 35,0 persen.
Angka ini turun dibandingkan survei pada Oktober 2017, di mana Jokowi dipilih 36,2 responden.
Sementara, responden yang memilih Prabowo sebesar 21,2 persen.
Angka ini juga turun dibandingkan survei Oktober 2017 di mana elektabilitas Prabowo 36,2 persen.
BACA Mbah Mijan Ramalkan Ada Artis Pria yang Terciduk Kasus Narkoba di Bulan Maret Mendatang, Siapa Dia?
Sementara itu, calon presiden alternatif yang menjadi penantang kedua tokoh mengalami peningkatan elektabilitas.
Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, kini dipilih oleh 5,5 persen responden, naik dibandingkan Oktober lalu yang hanya 2,8 persen.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga elektabilitasnya naik tipis dari 4,4 persen ke 4,5 persen.
Komandan Satuan Tugas Bersama Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 dari Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), juga mengalami peningkatan elektabilitas dari semula dibawah 1 persen ke 3,3 persen.
Direktur Eksekutif Median Rico Marbun mengatakan dengan adanya survey ini menunjukkan bahwa pemilih menginginkan tokoh alternatif selain Jokowi dan Prabowo. (TribunWow/Dian Naren)