Top 5 News
Bayaran Termahal Hotman Paris Terungkap hingga Identitas Penyererang Gereja St. Lidwina Sleman
Terjadi penyerangan terhadap Gereja St. Lidwina di Sleman oleh seorang pria yang membawa pedang saat tengah dilakukan ibadah misa.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah turut mengomentari kabar soal aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (Kammi) Sumatera Barat yang ditahan oleh aparat ketika ingin menyampaikan aspirasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal tersebut berawal dari postinga Twitter akun @ayuefrizal_MR yang membagikan foto terkait penangkapan tersebut.
"Tmn2 kammi sumbar hr ini ditahan aparat ktk ingin menyampaikan aspirasi kpd presiden @jokowi," tulisnya.
Postingan tersebut kemudian dibalas oleh akun @212_spirit yang membagikan video dari aktivis Kammi tersebut.
"Hadeuh...Mau bagaimana lagi cara menyampaikan pendapat, didemo dibilang anarkis, diajak dialog egk ada waktu, dikasik kartu kuning dibilang tidak sopan," tulis @spirit_212.
Video unggahan @spirit_212 tersebut kemudian turut dikomentari oleh Fahri Hamzah.
Wakil ketua DPR itu kemudian membandingkan dengan aksi presiden yang sering memanggil ibu-ibu hingga anak SD ke Panggung untuk di tanya dan kemudian diberi sepeda.
Baca selengkapnya: Fahri Hamzah: Jokowi Suka Panggil Orang ke Panggung, Kenapa Gak Mau Debat Sama Mahasiswa? Hadapilah
3. Ketua BEM UI: Dulu Aktivis Turun Langsung ke Masyarakat, Kalau Sekarang Beda Caranya

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonsia (UI) Zaadit Taqwa mengungkapkan perbedaan antara aktivis 98 dengan aktivis milenal atau zaman sekarang.
Dilansir TribunWow.com dari Tribun Jakarta, hal tersebut ia sampaikan dalam acara Shafa Young Activist Award 2018, yakni nobar detik-detik pemberian kartu kepada Jokowi, yang diadakan di FIB UI Depok, Sabtu (10/2/2018).
Menurut Zaadit Taqwa, terdapat perbedaan antara keduanya dalam cara terjun ke masyarakat.
Zaadit Taqwa mengungkapkan jika dulu (98) aktivis turun langsung ke masyarakat untuk mengetahui persoalan mereka.
"Yang harus dibedakan antara aktivis milenial dan 98 itu, dulu mereka turun langsung ke masyarakat mengetahui persoalannya," ujarnya.
Berbeda dengan saat ini yang menggunakan cara atau pendekatan yang berbeda.