Bule Ini Tinggalkan Pekerjaan dan Memilih Hidup Bersama Suku Mentawai, Begini Kondisinya!
"Saya perlu menjauh dari sana (Melbourne) dan melihat apa arti kehidupan. Saya merasakan ada sesuatu yang mungkin lebih bermakna," ujarnya.
Editor: Fachri Sakti Nugroho
"Saya ingin tahu apa yang dialami dan diketahuinya, yang tidak kita ketahui," sambungnya.
Menyanggupi rasa penasarannya, Henry benar-benar datang ke desa nelayan terpencil untuk tinggal bersama penduduk asli Mentawai yang telah hidup di sana selama ribuan tahun dan sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris.
"Saya tertarik tinggal di desa yang jauh dari pariwisata. Saat saya menginjakkan kaki pertama kali, saya tidak tahu banyak tentang daerah itu. Apalagi saya tidak mengerti bahasa mereka. Datang ke sana (Mentawai) begitu luar biasa, menakutkan sekaligus menantang," ujarnya.
Populer: Tersebar Video Detik-Detik Gempa Mentawai, Orang-Orang Berlarian Hingga Tembok Bergoyang
Kekayaan tradisional yang terpendam
Seiring berjalannya waktu dan segala proses yang dilakukannya untuk mendekatkan diri dengan penduduk lokal, akhirnya Henry dapat memahami bahasa daerah yang digunakan suku bangsa Mentawai.
Sangat diterima dalam masyarakat di sana, Henry juga menjalankan sejumlah ritual adat agar tubuhnya bisa ditato seperti yang dimiliki orang Mentawai.
Tato yang disebut Titi ini merupakan tato tertua di dunia, yang diperkirakan sudah dirajah ke tubuh orang Mentawai saat mereka mendarat di pantai barat Sumatera pada Zaman Logam (1500 SM-500SM).
Dia juga mempelajari lebih banyak tentang sistem kepercayaan suku bangsa Mentawai yang disebut Arat Sabulungan.
"Mereka mempercayai bahwa semua hal di alam memiliki jiwa dan jika manusia akan meninggal, jiwa mereka akan kembali ke alam dan menjadi bagian dari alam," jelasnya.
Sayangnya, saat ini tidak semua orang Mentawai meneruskan pesan luhur ini.
Generasi baru mulai mengikis cara hidup tradisional orang Mentawai.
"Semakin menghilang. Hal ini masih hidup di kalangan tetua, mereka ingin terus meneruskannya kepada generasi berikutnya," ujarnya.
Menurut Henry, orang Mentawai saat ini sudah dapat hidup secara bebas, berbeda dengan para leluhur mereka.
Selama Henry tinggal di sana, dia membuat film dokumenter yang diberi judul As Worlds Divide.