Berupaya Menguntungkan Semua Pihak, Nyatanya Penataan Tanah Abang Banyak Menuai Kritik
"Ini kebijakannya lucu, sudah tahu yang mematikan Blok G itu ya PKL, Ya pasti makin parahlah," ujar Saifudin saat ditemui di Blok G Pasar Tanah Abang.
Editor: Dian Naren
TRIBUNWOW.COM - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan wakilnya Sandiaga Uno dalam mengonsep penataan Tanah Abang dalam kondisi dilema.
Pasalnya yang diharapkan kebijakan tersebut dapat menguntungkan semua pihak, namun nyatanya malah menuai kritik dari berbagai pihak.
Konsep penataan Tanah Abang adalah dengan menutup satu ruas jalan di Jalan Jatibaru Raya yang berdekatan dengan Stasiun Tanah Abang.
Ruas jalan yang ditutup tersebut kemudian digunakan sebagai tempat berdagang oleh Pedagang Kaki Lima (PKL), sedangkan satu ruas jalan lain digunakan untuk jalur bus transjakarta.
Dilansir dari Kompas.com Minggu (24/12/2017), selama berjualan disana, PKL difasilitasi tenda dan diberi waktu berjualan mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB.
Pihaknya mengatakan cara ini diharapkan bisa menjadi solusi atas kesemrawutan Tanah Abang selama ini. Trotoar diharapkan bersih dari PKL, kemacetan hilang, dan ojek online, serta ojek pangkalan lebih tertib dalam mengambil penumpang.
BACA PKL Trotoar Stasiun Tanah Abang Mengaku Beruntung Dipimpin Anies Baswedan, Alasannya Menohok!
Namun nyatanya, kebijakan Anies dan Sandiaga ini menuai kritik sejumlah pihak, salah satunya para pedagang yang berjualan di Pasar Blok G.
Salah satu pedagang Blok G, Saifudin, menilai tak masuk akal jika Jalan Jatibaru ditutup untuk PKL.
Sebab, menurutnya faktor pembuat Blok G menjadi sepi adalah PKL yang berjualan di trotoar.
"Ini kebijakannya lucu, sudah tahu yang mematikan Blok G itu ya PKL. Dulu ya kami ini mantan PKL yang dipindahkan ke mari, tetapi sekarang PKL diberi tempat khusus. Ya pasti makin parahlah," ujar Saifudin saat ditemui di Blok G Pasar Tanah Abang, Jumat (22/12/2017).
Saifudin bertanya-tanya, mengapa PKL tidak dipindahkan saja ke Blok G. Harapannya, pasar bisa menjadi lebih ramai karena banyak pedagang.
Selain pedagang Blok G, penyedia jasa ekspedisi juga tidak setuju dengan kebijakan ini.
Desi, pengusaha ekspedisi di Jatibaru, mengatakan bahwa penutupan jalan tersebut mengakibatkan usahanya merugi hingga puluhan juta rupiah.
Ini karena truk muat barang yang biasanya keluar masuk kawasan tersebut tak lagi bisa melintas.