Buruh PT Sariwangi A.E.A Gelar Unjuk Rasa Lantaran Tidak Digaji 2 Bulan dan BPJS Tak Dibayar
"Pekerjakan kami kembali atau PHK," isi tulisan di salah satu spanduk. Kemudian isi spanduk yang lain berisi: "kami tuh aset bukan keset!".
Editor: Dian Naren
TRIBUNWOW.COM - Setelah gagal lewati tahap mediasi, para karyawan PT. Sariwangi A.E.A melakukan unjuk rasa di depan gedung PT.CLSA., Senin (18/12/2017).
Mereka menuntut gaji mereka yang selama dua bulan ini belum dibayarkan.
Selain itu, perusahaan yang berlokasi di Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor juga dikabarkan tidak membayar BPJS para karyawannya tersebut.
Koordinator Aksi, Sutrisno, mengatakan bahwa pihaknya sudah melewati tahap mediasi bahkan berkomunikasi dengan departemen ketenagakerjaan.
"Mediasi kita sudah ada, berkali-kali bahkan itu hanya janji omong kosong, dan kita sudah berkomunikasi dengan Kemnaker, ternyata anjurannya harus dibayar secara full yaitu 100 persen," dikutip Tribun Bogor Selasa (19/12/2017).
Namun langkahnya itu ternyata menurut Sutrisno belum menemukan titik terang sehingga akhirnya ia dan ratusan karyawan lainnya melakukan aksi unjuk rasa.
BACA Penerbit Yudistira Minta Maaf serta Akan Tarik Kembali Buku IPS yang Memuat Yerusalem Ibukota Israel
Saat unjuk rasa, mereka membawa spanduk yang berisi keluhan-keluhan dan tuntutan mulai dari yang dicetak hingga yang ditulis tangan.
"Pekerjakan kami kembali atau PHK," isi tulisan di salah satu spanduk.
Kemudian isi spanduk yang lain berisi, "bayarkan upah kami segera, jangan janji terus ! jangan PHP terus !."
"Jangan ninggalin dosa dong, kami tuh aset bukan keset," isi tulisan spanduk lainnya.
Tidak hanya itu, mereka juga melakukan aksi unjuk rasa teatrikal dengan tokoh pocong dan di sana juga tampak disediakan keranda mayat.
"Kita ini tidak pasti apakah akan tutup atau bangkrut atau di-PHK secara sepihak, tidak, dan gaji kami selama dua bulan ini belum dibayarkan," ujar Koordinator Aksi, Sutrisno.
BACA JUGA Jika Jokowi dan Prabowo Dipasangkan jadi Capres dan Cawapres 2019
Iuran BPJS yang tak dibayarkan, uang pensiun dan gaji yang tak kunjung turun tersebut menyebabkan para karyawan kesulitan memberi nafkah keluarga masing-masing bahkan sampai ada karyawan yang diusir dari kontrakannya.
"Sampai saat ini, 10 hari, belum ada jawaban juga, mereka hanya bicara sabar, sabar dan sabar. Kita akan kuasakan pabrik, kita akan lelang, karena ini harus menjadi kewajiban pengusaha untuk membayar upah," ungkapnya.
"Kami berharap dengan adanya ini, hak-hak kami dibayarkan. Manajemen menyuruh kami bekerja keras, tapi di saat bayar upah, itu diabaikan, kita butuh kepastian, tapi mana kepastian itu tidak pernah ada, bahkan kita dibiarkan," jelas Sutrisno menutup. (*)