Beda Kepemimpinan Anies dan Ahok di Mata Mantan Anak Magang Pemprov DKI Jakarta
Ismail Al Ansyori, anak magang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta era kepemimpinan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) bernostalgia.
Editor: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
TRIBUNWOW.COM - Beda pemerintahan, beda pula kepemimpinan.
Ismail Al Ansyori, anak magang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta era kepemimpinan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) bernostalgia.
Dia memaparkan sejumlah kebiasaan Ahok dengan gaya kepemimpinan Anies Rasyid Baswedan sekarang.
Beda dulu dengan sekarang, kalimat itu tersirat lewat ceritanya yang disampaikan lewat akun twitternya, @thedufresne beberapa waktu lalu.
Pria lulusan S2 Jurusan Studi Pembangunan Intitut Teknologi Bandung (ITB) itu sepertinya kembali terpancing lewat banyaknya pemberitaan tentang Anies yang kini mengubah istilah 'Rumah Susun' dengan 'Rumah Berlapis', istilah yang umum digunakan pada era Ahok.
Tak Hanya Kahiyang, 4 Seleb Cantik Ini Juga Pilih Tanggal 8 untuk Menikah
"Rumah berlapis. Segitunya banget mau menghindari kata 'rumah susun'," tulisnya mengawali nostalgia pada Sabtu (4/11/2017) lalu.
Pria yang sempat viral lantaran mengungkapkan modus dana siluman, kemarahan Ahok hingga keberadaan 'uang bensin' yang diberikan kepada warga dalam setiap acara pada tahun 2015 silam itu menyebutkan jika istilah yang digunakan berawal dari staf ahli yang dimiliki Anies saat ini.
Kondisi tersebut tentunya berbanding terbalik dengan Ahok yang hanya mempekerjakan 'anak magang' seperti dirinya dulu.
"Dulu staf Ahok ga ada yg berkualifikasi sbg pakar. Bahkan sebagian besar pas masuk ga tau apa-apa soal birokrasi. Justru kalo isinya pakar malah berantakan lho. Mana mau mereka ikut rapat-rapat internal, ga punya meja kerja, ngitung2 detail, melototin RAB...," tulisnya lagi.
Diceritakannya, Ahok yang berdampingan dengan Djarot Saiful Hidayat dulu sangat detail memberikan instruksi ke bawahannya.
Bahkan, Ahok kerap dikritik sangat teknis mendikte Pegawai Negeri Sipil (PNS) hingga dicap sebagai pemimpin yang otoriter.
"Dulu Ahok kalo kasih arahan itu detail bgt, shg malah dikritik terlalu teknis, mendikte PNS, & bahkan dianggap otoriter. Dulu. Pak/Bu, sy ingin Pemprov begini, caranya & mekanismenya begini. Kalo Bpk/Ibu ga setuju dgn cara sy atau ada cara lain, silakan kemukakan," tulisnya.
Dicontohkan, ketika Ahok mendapati perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang tidak diunggah dalam e-Budgeting oleh staf Pemprov DKI Jakarta pada 16 November 2015.
Heboh Pria Ini Lamar Kekasihnya dengan 25 iPhone X, Reaksi Sang Wanita Tak Terduga