Kisah Wanita Berusia 80 Tahun yang Jadi Pemilik Rumah Bordil Tertua, 'Sepertinya Ini Takdir Saya'
Questa Casa. Kata dalam bahasa Italia tersebut, berarti "Rumah Ini". Tempat itu dimiliki oleh "Madam" Carmel Galvin.
Editor: Galih Pangestu Jati
Singkat cerita, Carmel mengunjungi rumah bordil tersebut.
Saat ia menginjakkan kaki di Kalgoorlie, ia merasa tidak berkesan.
Bahkan, keesokan paginya ia meminta untuk pulang.
"Mereka mengatakan, saya tak bisa pulang karena memiliki tiket promo spesial."
"Mereka menawarkan saya untuk tinggal beberapa hari, dan saya pikir, 'baiklah, saya akan melihat lihat kawasan ini'."
"Madam saat itu membawa saya jalan-jalan dan memperkenalkan saya pada beberapa keluarga yang sudah turun menurun tinggal di kawasan itu."
Carmel mempelajari kawasan Kargoolie yang dianggapnya memiliki sejarah luar biasa.
"Tiga hari kemudian, saya menelepon anak perempuan saya dan berkata, 'sayang, saya ingin membeli rumah bordil'," ujar Carmel.
Keluarganya saat itu masih dalam keadaan berduka karena pasangan Carmel baru saja meninggal dunia.
• Ikut Peragaan Busana 13 Jam Tanpa Henti, Nasib Model Rusia 14 Tahun Mengenaskan
"Anak saya berkata, 'silakan, apapun yang bisa membuat kamu senang'," tambahnya.
Carmel mengaku, rumah bordilnya bukan saja seperti rumah bordil kebanyakan.
Di dalamnya, ada juga unsur wisata dan sejarah, sehingga menarik pengunjung, seperti turis tanpa harus terlibat dalam aktivitas seksual.
"Saya mengajak mereka berkeliling, seperti tur, sekali dalam sehari. Usai tur mereka mendapatkan stiker dengan tulisan, 'Saya menghabiskan 20 dollar Australia [sekitar Rp 200 ribu] untuk sejam di rumah bordil'," kata dia.
Film dokumenter "The Pink House" disutradarai oleh Sascha Ettinger-Epstein dan sudah diputar di Adelaide dan Sydney Film Festival 2017. (Kompas.com/Australia Plus ABC)
Berita ini telah diterbitkan oleh Kompas.com dengan judul "Kisah 'Madam' Carmel, Pemilik Rumah Bordil Tertua di Australia"