Breaking News:

Di Balik Sumpah Pemuda, Ternyata Ada 5 Kisah Unik, Mengakali Belanda hingga Misteri Kisah Cinta

Ada lima kisah unik di balik Sumpah Pemuda yang dirangkum dari berbagai sumber.

Editor: Tinwarotul Fatonah
NET
Ilustrasi 

Persidangan yang dilaksanakan sebanyak tiga kali diantaranya membahas persatuan dan kebangsaan Indonesia, pendidikan, serta pergerakan kepanduan. Dari sini lahirlah Sumpah Pemuda.

Ada lima kisah unik di balik Sumpah Pemuda yang dirangkum dari berbagai sumber.

Pada Orang Ini, Ahok Bilang Mereka Akan Menyesal Telah Kirim Ia ke Penjara

1. Main biola melepas penat belajar

Dalam Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda, gedung Kramat 106 menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java sejak 1925.

“Mereka kebanyakan pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias Stovia,” seperti dikutip artikel Jejak Samar Bapak Kos Dokter Politik dari Timur di majalah Tempo, 2 November 2008.

Tercatat Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani, Mohammad Tamzil, atau Assaat dt Moeda, pernah tinggal di sana.

Para pelajar menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang setiap bulan, atau setara dengan 40 liter beras waktu itu. Mereka memiliki pekerja yang mengurus rumah yang dikenal dengan nama Bang Salim.

Foto Dalam Tahanan Bocor, Ahok Tampak Berubah, Tubuh Lebih Langsing tapi Bajunya Belel

Setiap malam para mahasiswa ini berdiskusi soal berbagai hal sampai larut malam.

Jika sudah capai, mereka akan patungan duit untuk mencari kopi plus sate atau mencari soto ke Pasar Senen yang tak jauh dari kos-kosan mereka. Obrolan pun berubah, ke hal-hal yang ringan.

"Lebih mendekati soal-soal yang biasanya dekat ke hati pemuda," kata Abu Hanifah, seorang pelaku Sumpah Pemuda (majalah Prisma 1977).

Jika ada ujian, tentu diskusi dan perdebatan terhenti dulu. Semua masuk kamar dan belajar. Nah, untuk mendinginkan pikiran, selepas tengah malam mulai terdengar bunyi-bunyian.

Amir Sjarifudin mulai menggesek biolanya, memainkan gubahan Schubert atau sonata yang sentimentil. Begitu juga Abu Hanifah mengambil biola, memainkan lagu yang sama. Suara biola bersahut-sahutan.

Tentu tak semua bisa begitu. Muhammad Yamin yang sedang diburu-buru Balai Pustaka untuk menterjemahkan Rabindranat Tagore merasa terganggu.

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Tags:
Sumpah PemudaOktoberW.R. Soepratman
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved