Inilah Fakta Partai Berkarya, Tommy Soeharto jadi Capres 2019 dan Visi Lanjutkan Kerja Pak Harto
Partai Berkarya menuju Pemilu 2019. Tommy Soeharto menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Pembina Hutomo Mandala Putra.
Editor: Yudie
Pada 28 November 2001 Tommy Soeharto ditangkap.
2. Lanjutkan Program Positif Soeharto
Soal alasan mendorong Tommy Soeharto maju di Pilpres 2019, Ketua Umum Partai Berkarya Neneng A Tutty menyatakan agar Tommy bisa melanjutkan program-program positif yang belum terselesaikan di masa kepemimpinan mendiang ayahnya, Presiden ke-2 RI Soeharto.
"Kami dorong Pak Tommy maju dalam pemilihan presiden untuk mengembalikan kejayaan Indonesia, seperti swasembada pangan, pembangunanm dan menciptakan keadilan di Tanah Air," imbuhnya.
3. Target di Pemilu 2019
"Soal target, kita menargetkan menjadi tiga besar di pemilu 2019," kata Sekretaris Jenderal Badaruddin Andi Picunang dalam keterangan pers, Jumat 11 November 2016.
Dia mengungkapkan cara yang dilakukan seluruh pengurus dan kader Partai Berkarya harus bekerja ektra keras dalam membangun struktur partai dari pusat hingga daerah.
Belakangan, Wakil Ketua Umum Partai Berkarya, Soni Puji Sasono mengungkapkan angka lebih riil yang ingin dicapai pada tahun pemilu 2019.
"Pak Tomi Soeharto mencanangkan target paling tidak satu provinsi menempatkan satu kadernya di DPR RI, berarti 34 kursi atau sekitar 13,4 persen suara. Kami optimis dengan target itu walaupun Pak Tomi menyadari partai ini baru dibentuk," kata Soni dikutip Tribunwow.com dari Tribunnews.com, Jumat (13/10/2017).
4. Beda Partai Berkarya dan Golkar
Ketua DPW Partai Berkarya Sumut, Rajamin Sirait, memastikan partainya yang dibentuk Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto tak ada hubungan dengan Partai Golkar.
"Banyak orang bertanya mengenai Partai Berkarya ini. Saya tegaskan ini bukan pecahan dari Golkar. Ini partai yang berdiri karena kesederhanaan," ungkap Rajamin diberitakan Tribun Medan Kamis 15 Desember 2016.
Ia tak menampik sejumlah kader Golkar berpindah ke Partai Berkarya. Alasannya, sejumlah mantan kader Golkar ini ingin menjalankan organisasi sesuai aturan berlaku, termasuk dirinya.
"Dari Golkar berpindah kemari karena mungkin di sana spiritnya sudah tidak ada. Orang-orang yang kini duduk di Partai Berkarya ingin membangun peradaban baru yang tidak transaksional," ia beralasan.
"Kami ingin membangun partai ini tanpa tujuan propaganda apapun. Ini bukan partai toke, yang bisa suka-suka memecat dan membuang kadernya," Rajamin menambahkan.