Kisah Pedagang Kopi Keliling, Rumah Digusur Tidur di Pinggir Got, Anaknya Diundang WHO ke Kanada
"Benar enggak sih anak saya berangkat ke Kanada?". Purwati tak tahu Kanada berada di mana.
Editor: Wulan Kurnia Putri
Purwati mengalahkan seluruh egonya dan merelakan mereka.
Ia berpikir, bersekolah di Jogja merupakan jalan hidup terbaik bagi mereka.
Purwati tetap di Kramat, Senen, bersama Devi.
Usai lulus SD, Devi dimasukkan ke SMP Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat.
Devi hampir putus sekolah karena Purwati tak sanggup membiayai anaknya itu.
"Itu sekolah favorit dan mahal. Sebulan bayarannya Rp 600.000. Saya enggak sanggup," ujar Purwati.
Beruntung, Devi anak yang cerdas.
Ia memenangkan lomba cerdas cermat dan memenangkan beasiswa untuk SMA dan kuliah.
Selepas SMA, Devi berkuliah di daerah Muara Karang dan kini tingal di daerah sana sembari bekerja dan menyelesaikan kuliahnya.
Prestasi David dan Monica di Jogja tak kalah hebat.
David yang sekolah kejuruan bagian elektronika, pernah dapat Kalpataru Jogja atas kreasinya tentang daur ulang.
"Senang banget saya anak-anak pintar, bangga sekali," ujarnya.
Ingin terus bekerja
Purwati sendiri di Jakarta sempat menikah lagi dan punya anak yang kemudian beri nama Subehi.
Sayangnya, ayah Subehi tak jelas rimbanya dan tidak bertanggung jawab.