Aktivitasnya sedang Naik, Begini Legenda di Balik Asal-usul Gunung Agung
Tak seorang pun mengharapkan datangnya bencana, apa pun bentuknya. Entah itu gempa bumi, banjir, tanah longsor atau meletusnya sebuah gunung.
Editor: Galih Pangestu Jati
Warga sekitarnya pun tak ada yang tahu persis ihwal gunung tersebut.
Ular dan Kera Turun, Skala ke-4 Gunung Agung Meletus Muncul, Menandakan Hal Ini
Pengetahuan dan mitos mengenai gundukan tanah setinggi 3.142 m ini hanya mereka dapatkan dari tradisi lisan generasi ke generasi.
Legenda yang mereka percayai, gunung ini merupakan bagian dari G. Mahameru di India.
Menurut kisahnya, pada zaman dahulu ketika sebagian Mahameru diangkat oleh para dewa ke sini, tiga potong gumpalan tanahnya jatuh.
Satu jatuh di kawasan Jawa dan berubah menjadi G. Semeru, yang kedua jatuh di Bali membentuk Gunung Agung, dan yang terakhir jatuh di P. Lombok menjelma menjadi G. Rinjani.
Oleh karena itu ketiga gunung tersebut bisa dibilang masih bersaudara.
Pada waktu tertentu mereka harus melakukan persembahan ke tiga tempat tersebut.
“Sampai sekarang masyarakat Bali masih menganggap Gunung Agung sebagai tempat suci seperti halnya orang India menganggap G. Mahameru. Semakin tinggi suatu tempat, semakin suci karena di sana dipercaya bersemayam Sanghyang Widi Wasa," kata Shadeg SVD, rohaniwan yang sejak 1950 sudah menekuni budaya Bali.
Tak mengherankan, ada perlakuan-perlakuan khusus terhadap gunung satu ini.
Misalnya zaman itu tak seorang pun berani mendaki ke atas tanpa diiringi pendeta.
Itu pun harus membawa sesaji.
Kalau mau naik tidak boleh mengenakan sepatu, arloji. Juga bermacam perhiasan serta uang.
Barang-barang duniawi tersebut bagi dewa-dewa merupakan penghinaan besar.
Di hadapan dewa, manusia harus miskin dan sederhana.