Breaking News:

Kisah Pilu Kadek Ngentis, Ditinggal Suami, Hutang Menumpuk, 'Kelakuan' Anaknya Bikin Nangis

Sembari menyeka air mata di pipi, Ni Kadek Ngetis menceritakan pilunya hidup yang dirasakannya

Editor: Wulan Kurnia Putri
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Kadek Ngetis dan Putu Juliantari ketika ditemui di kediamannya, Kamis (21/9/2017) 

Adapun hutang gadai ladang dan isinya sebesar Rp 15 juta, dan hutang untuk menyekolahkan anak pertamanya Putu Juliantari ke SMK sebesar Rp 3 juta.

Sedangakan dia hanya bekerja sebagai pembuat canang serta terkadang menjadi buruh angkut nangka.

“Total keseluruhan Rp 71 juta. Untuk bayar bunganya sebesar Rp 1 juta di koperasi dan Rp 500 ribu di LPD itupun tidak mampu saya bayar. Sedangakan pendapatan sehari-hari dari menjual canang hanya sebesar Rp 20 ribu. Pendapatan tersebut digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari bersama ketiga anak saya,” ucapnya dengan nada sesenggukan.

Meski dalam kondisi kekurangan, tak membuat Kadek Ngetis menyerah.

Dia tetap berusaha dan berkerja semampunya, agar anak-anaknya tetap sekolah.

Kadek Ngetis juga mengatakan, seminggu sebelum suaminya meninggal dunia sempat berpesan, kelak ketika dirinya telah tiada, Kadek Ngetis diminta untuk tetap bekerja di kampung, agar anak-anaknya tidak terlantar.

“Suami saya berpesan, ‘kamu disini saja kerja, jangan kemana-mana, biar anak-anak tidak terlantar’, kalimat itu yang selalu terngiang, dan menjadi motivasi agar tetap kuat,” ujar wanita tiga anak ini.

Kondisi yang serba kekurangan memaksa anak-anak Kadek Ngetis untuk turut membantu ibunya.

Anak pertamanya Ni Putu Juniantari (16) turut membantu membuat canang, serta mencari rumput untuk pakan sapi yang dititipkan.

Sama halnya dengan Kadek Sinta Anjani (9) dan Komang Novi Sucipta (8) yang turut meburuh membuat canang lantaran tidak tega melihat kondisi ibunya.

“Saya tidak ada menyuruh anak saya untuk ikut meburuh, namun dia berkata biar uangnya bisa dipakai bekal sekolah. Siapa yang tidak pilu mendengar anak sekecil itu berucap demikian,” tuturnya.

Himpitan ekonomi juga sempat memaksa Kadek Ngetis untuk menghentikan pembiayaan sekolah Putu Juliantari yang kini menginjak kelas XI di SMKN 1 Tembuku jurusan Farmasi.

Hal ini lantaran dirinya tidak mampu membayar SPP sebesar Rp 75 ribu per bulan.

“Belum lagi dua bulan kedepan, Putu juga akan training di Bangli. bagaimana biaya kosnya? Transportasi dan keperluan sehari-harinya seperti makan? Sedangkan saya tidak punya kendaraan bahkan biaya untuk kos dia,” ucapnya.

Permintaan dia agar Putu berhenti sekolah, pasti akan ditolak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Tags:
BaliSekolahAnak
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved