Breaking News:

Tangis Pecah Usai Kibarkan Bendera, 'Becek Berlumpur Bukan Halangan'

Tangis haru Pasukan Pengibar Bendera Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), pecah.

Editor: Galih Pangestu Jati
Kompas.com/Mochfizar
Pasukan pengibar bendera Merah Putih di Kecamatan sebulu, Kutai Kartanegara, tetap melaksanakan tugas di tengah hujan deras dan tanah yang berlumpur 

TRIBUNWOW.COM - Tangis haru Pasukan Pengibar Bendera Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), pecah usai melaksanakan tugas pengibaran bendera Merah Putih pada Upacara Dirgahayu Indonesia ke 72, Kamis (17/8/2017).

Sebanyak 31 pelajar SMA/SMK Sebulu itu berhasil menyelesaikan tugas mengibarkan Bendera Merah Putih di Lapangan Kuning, Kukar, dalam kondisi hujan deras dan lapangan yang berlumpur.

Foto-foto mereka kemudian viral di akun Facebook Bubuhan Samarinda dan @infokukar.

Pasalnya hujan tidak menyurutkan semangat nasionalis untuk tetap melaksanakan tugas.

Pembawa baki bendera, Alya Mujidah (15), bercerita, proses pengibaran bendera tersebut berlangsung lancar.

Guru dan Siswa SD di Samarinda Upacara HUT RI di Tengah Banjir, Kaki Terendam hingga Betis!

Meski lapangan upacara sudah becek dan berlumpur, petugas upacara tetap melaksanakan kegiatan upacara dengan sempurna.

“Mulai pagi sudah hujan, sementara upacara dimulai pukul 08.00 Wita. Kondisi di lapangan memang sudah becek, tetapi tanggung jawab kami harus tetap selesai. Kami upacara di lapangan utama Kecamatan Sebulu yaitu Lapangan Kuning,” kata Alya kepada Kompas.com, Jumat (18/8/2017).

Lapangan Kuning merupakan lapangan sepak bola yang berpusat di Desa Sebulu, Kecamatan Sebulu.

Di kecamatan tersebut terdapat dua lapangan sepak bola, namun Lapangan Kuning merupakan lapangan utama dan selalu menjadi lapangan upacara 17 Agustus.

Kecamatan Sebulu merupakan kecamatan di Pedalaman Kutai Kartanegara.

Untuk sampai ke sana, diperlukan waktu 2 jam perjalanan dari Ibukota Provinsi Kaltim, Samarinda.

“Lapangan ada dua, tapi Lapangan Kuning adalah pusatnya. Setiap tahun selalu di situ, dan bendera diserahkan oleh Bapak camat sebulu. Kami warga sebulu selalu merayakan upacara sendiri, jadi anak-anak Sebulu ada yang menjadi paskibra Sebulu ada pula yang terpilih menjadi Paskibra di Tenggarong Ibukota Kukar,” ujarnya.

Pada saat melakukan gerak jalan, lanjut dia, tidak ada perasaan khawatir sama sekali.

Meski kondisi jalanan sudah berlumpur, langkah gerak jalan tidak terasa berat.

31 orang pembawa bendera itu tetap melangkah tegak dan tidak ada yang merasa lelah atau masuk angin.

Namun formasi pengibar bendera tidak berkurang sama sekali.

“Kami sudah latihan selama 14 hari. Waktu latihan tidak ada jalanan yang becek karena tidak hujan. Nah, waktu hari H malah hujan, tapi kami tidak ada halangan sama sekali. Tidak ada yang sakit atau mengeluh. Hanya saja waktu gerak jalan, lumpurnya ke mana-mana,” kata siswi SMAN 1 Sebulu itu.

Kenakan Tas Mewah Saat HUT RI di Istana Negara, Putri Jokowi Dicibir Netizen

Alya menyebutkan, semangat juang kemerdekaan RI membawa rasa nasionalisme yang kuat untuk semua peserta upacara.

Tangis haru yang pecah bukan karena sedih dengan kondisi alam yang tak bersahabat, melainkan tangisan kemenangan.

“Kami bangga bisa melaksanakan tugas dengan lancar. Hujan, gerimis atau becek berlumpur bukan halangan untuk kami mengibarkan bendera kebangsaan Indonesia dari pedalaman Kutai Kartanegara,” katanya.

Sementara itu, Camat Sebulu, Mochfizar mengapresiasi semangat pasukan pengibar bendera.

Dia mengaku bangga, lantaran semangat juang anak-anak Kecamatan sebulu tidak kalah dengan Paskibra di istana negara.

Langka dan Unik, Anak-Ibu Ini Sama-sama Lahir di Tanggal 17 Agustus

“Ini semangat NKRI, memang anak-anak sudah kita persiapkan dengan matang. Fokus pengibaran bendera ini merupakan tugas dan amana bela negara. Mereka menjalankannya dengan semangat nasionalis tanpa mempedulikan rintangan hujan dan becek,” katanya kepada Kompas.com.

Menurut dia, kondisi lapangan yang becek dan berlumpur adalah faktor alam yang tidak bisa dihindari.

Lapangan Kuning sejatinya adalah lapangan sepak bola yang berumput.

Namun di sisi luar dekat tiang bendera, tidak ditumbuhi rumput. Sehingga jika hujan, tanah liatnya akan berlumpur.

“Itu lapangan bola. Pasti ada rumputnya, tapi di sisi agak luar memang rumputnya tidak tumbuh, dan itu tanahnya liat. Tapi tidak apa-apa, momen pengibaran bendera kemarin sangat membanggakan,” ucap dia. (Kompas.com/Gusti Nara)

Berita ini telah diterbitkan Kompas.com dengan judul "Kisah di Balik Viral Paskibra yang Tetap Bertugas di Lapangan Berlumpu"

Sumber: Kompas.com
Tags:
Kalimantan TimurHUT RIFacebook
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved