Pesan Terakhir Mbah Maridjan dan Kisahnya Tepat Ramalkan Letusan Merapi Gara-gara Burung
Kisah Mbah Maridjan diangkat di layar kaca dan sudah ditayangkan dengan beberapa orang peraga disesuaikan dengan peristiwa nyata.
Penulis: Rimawan Prasetiyo
Editor: Rimawan Prasetiyo
"Tanggal 26 oktober meletus, tanggal 25 saya disuruh turun tapi bapak (Mbah Maridjan) tidak akan turun," ujar Asih menceritakan kembali saat itu melalui tayangan Trans 7.
Asih juga ingat saat itu ia sudah berkali-kali membujuk Mbah Maridjan untuk turun tapi tetap ditolak.
Menurut Asih saat itu Mbah Maridjan bahkan sempat bercanda ketika dibujuk turun.
Pria Tak Berbusana Hebohkan Toraja! Pelaku Naik Motor Hanya Gunakan Helm dan Sepatu!
"Kalau turun memalukan. Sih nek aku medun ndak digeguyu pitik (Sih kalau saya turun nanti ditertawai ayam)," jelas Asih menirukan perkataan ayahnya.
Mbah Maridjan juga beberapa kali membantu relawan yang berupaya membujuk penduduk untuk turun.
Di depan para relawan dan Tim SAR, Mbah Maridjan mengatakan kalau tanda-tanda Gunung Merapi sudah meletus sudah jelas terlihat.
Melalui tayangan tersebut disampaikan kalau Gunung Merapi bangun (sebutan dari Mbah Maridjan) sudah tampak.
Malangnya Nasib Gadis Ini, Sejak Bertemu Ayahnya, sang Ibu Malah Memasungnya
Mbah Maridjan memperhatikan titik api di puncak, suara gemuruh dan satu lagi tanda tentang kawanan burung yang ramai-ramai pindah atau terbang ke arah Selatan.
Mbah Maridjan juga telah memerintahkan Asih untuk menyiapkan mobil dengan menghadapkan mobil ke arah Selatan agar segera bisa melakukan evakuasi secepat mungkin.
Pesan terakhir Mbah Maridjan
Mbah Maridjan sempat memberikan pesan terakhir pada Asih anaknya sebelum ia memutuskan untuk tetap tinggal di rumah dan akhirnya meninggal gara-gara awan panas.
Mbah Maridjan memberikan pesan agar Asih merangkul semua pihak, melayani dan tidak membeda-bedakan.
"Sih besok nek kowe kuwi dadi wong tuwo kowe ojo nganti mbedak-mbedakke uwong sopo wae kudu kok rangkul sopo wae kudu kok layani (Sih kalau kelak kamu jadi orang tua, jangan sampai membeda-bedakan orang. Siapa saja harus kamu rangkul siapa saja harus kamu layani)," ujar Asih menirukan pesan yang disampaikan ayahnya.