6 Fakta Kisah Khamim yang Bikin Merinding, Jalan Kaki dari Pekalongan ke Mekkah untuk Naik Haji
Masih ingatkah dengan film Haji Backpacker? Dari judul filmnya saja kita bisa membayangkan bagaimana jalan ceritanya.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Galih Pangestu Jati
"Saya tak pernah meminta-minta. Namun saya selalu bertemu orang yang memberi makanan dan bekal lain," kata Mochammad Khamim.
Teratas! TKW Disekap dan Tak Digaji Selama 22 Tahun hingga Pemuda Bunuh Diri Karena Cinta
Khamim juga mengaku kerap bersinggah ke rumah ibadah agama lain.
Di tempat-tempat ibadah itu, ia mendapat perlakuan yang baik.
6. Perjalanan Khamim legal
Perjalanan Khamim yang ditempuh dengan jalan kaki ini merupakan perjalanan yang legal.
Ia telah mengurus dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk perjalanan panjang melintasi berbagai negara itu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi.
Ia mengatakan jika perizinan Khamim telah dilengkapi dengan baik.
Paspor dan visa semua lengkap.
Ia juga merasa bangga pada Khamim yang memiliki semangat tinggi untuk menunaikan ibadah Haji ke tanah suci.
Selain Khamim, adapula kisah para orang tua yang tak mampu namun memiliki telad kuat untuk naik haji.
Mereka adalah Maksum dan Mulyono.
Berikut ini kisah mereka.
Seperti halnya kisah Maksum, si tukang becak asal Bangkalan, madura ini.
Berbekal penghasilan Rp 20 ribu per hari, Maksum, si tukang becak asal Bangkalan Madura ini menggapai keinginannya untuk beribadah di tanah suci.
Saat dihampiri wartawan Surya, pria tua berusia 79 tahun itu tengah mengadakan syukuran atas keberangkatannya ke Makkah.
Ia tampak letih, meski senyumnya tak pernah padam saat menyapa para tamu yang datang di kediamannya di Kapasan Samping gang 3 nomor 31.
Maksun mengaku mengumpulkan uangnya dari tiap kayuhan pedal becak miliknya.
“Saya tidak ingat berapa lama (mengumpulkan uang), yang jelas sudah lama sekali,” tuturnya tidak berhasil mengingat, Kamis (27/7/2017).
“Kalau dapat uang sedikit saya simpan, makan sudah sama anak-anak. Kebetulan dua anak saya masih tinggal di rumah. Nanti kalau uangnya sudah terkumpul Rp 500 ribu, saya tabung. Biasanya sebulan bisa Rp 500 ribu. Sudah dapat Rp 20 juta, saya buka rekening haji,” kisahnya.
Ia mengaku tak memiliki cara khusus untuk meraih impiannya itu.
Namun saat masih kecil, ia ingat akan sebuah hadis yang diajarkan 'ngaji' di pesantren di Madura.
“Yang artinya Rukun iman ada enam. Nomor satu, percaya kepada Allah. Saya percaya jika Allah mengehendaki, semua pasti akan terjadi. Jadi saya ikhtiar, menabung dan berdoa,” tutur pria yang mengayuh becak sejak tahun 1996 tersebut.
Setiap hari ia mengaku selalu berdoa kepada Tuhan untuk mendapat rejeki yang halal.
Saat mendengar jika dirinya bisa naik haji tahun ini, ia semakin bersyukur dan semangat bekerja.
Petugas kebersihan Masjid naik haji
Seperti halnya Maksum, Mulyono (75) asal Tulungagung juga menampakkan wajah sumringah saat ditemui oleh wartawan Surya.
Kemudian matanya berkaca-kaca saat ditanya mengenai persiapannya untuk pergi ke tanah suci.
“Saya tidak menyangka bisa berangkat (haji),” ucapnya dengan suara bergetar, karena rasa haru.
Mulyono yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan di Masjid Agung Al Munawwar Tulungagung hanya memiliki pendapatan Rp 350 ribu tiap bulannya.
Inilah Wajah Ricko, Bobotoh Yatim Piatu yang Meninggal dikeroyok Sesama Suporter Persib
Namun, kakek lima cucu ini tetap bersemangat untuk mencari rezeki setelah dirinya didaftarkan haji oleh sang anak pada 2011 silam.
Semenjak saat itu, ia harus mengangsur sebesar Rp 500 ribu tiap bulannya.
“Begitu saya niat berangkat haji, banyak jamaah yang memberi infaq kepada saya. Hasilnya dikumpulkan untuk angsuran. Kalau ada sisa dipakai untuk keperluan,” ujar Mulyono.
Mulyono mengaku berkeinginan untuk naik haji setelah beberapa kali hadir di acara pengajian orang yang baru pulang dari ibadah haji.
Semenjak saat itu tekadnya sudah bulat untuk menunaikan rukum Islam yang ke-5 itu.
Alhasil, setelah enam tahun mengangsur, Mulyono kini dapat mewujudkan impiannya. (TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)