Breaking News:

Pasca Orangtuanya yang Mualaf Meninggal Dunia, Tiga Bersaudara Ini Harus Berpisah

Sepasang suami istri meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf. Mirisnya, mereka meninggalkan tiga orang anak.

Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
Facebook
Agus Eko dan Sara Dede Amaliya, meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf. Mereka meninggalkan tiga orang putri yang menjadi yatim piatu. Ketiganya adalah Riska (10), Shelly (9), dan Asti (1). 

Berjualan Es Batu

Cerita viral ini berawal dari meninggalnya Agus Eko tiga hari setelah menjadi seorang mualaf di Semarang, Jawa Tengah.

Cerita menyedihkan dan kemudian menjadi viral di media sosial itu muncul setelah foto-foto ketiga putri  tersebut diunggah di akun facebook @Nur Qudus Usman, Selasa (11/7/2017) beberapa menit lalu.

Nur Qudus menulis:

Sekitar 9 Bln yll Masjid Baitussalam Dinar mas kedatangan tamu keluarga mualaf dgn 3 putrinya.

Beliau sempat menjadi muazzin, Allah berkehendak di hari ke 3, setelah azan dan sholat subuh beliau wafat. Idul fitri 1438 H yll ibu dan 3 putrinya silaturahmi ke keluarga di Mlayang Purbalingga.

5 Syawal pukul 16.30 putri ke 2 tercebur ke sungai dan ibundanya berusaha menolong, Alloh berkehendak lain, putri tersayang selamat, namun sayang ibunda hanyut dan ditemukan 30' kemudian dlm kondisi meninggal dunia.

Beliau meninggalkan 3 putri yg berumur 10, 9 dan 1 tahun. Mohon do'a utk keluarga mualaf ini, Smg bpk dan ibu nya husnul khotimah, putrinya menjadi anak sholehah, aamiin...

Agus Eko danSara Dede Amaliya, meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf. Mereka meninggalkan tiga orang putri yang menjadi yatim piatu. Ketiganya adalah Riska (10), Shelly (9), dan Asti (1). Dalam Foto Nur Qudus bersama Riska dan Shelly.
Agus Eko danSara Dede Amaliya, meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf. Mereka meninggalkan tiga orang putri yang menjadi yatim piatu. Ketiganya adalah Riska (10), Shelly (9), dan Asti (1). Dalam Foto Nur Qudus bersama Riska dan Shelly. (Facebook Nur Qudus Usman)

Menurut Nur Qudus kepada Wartakotalive.com, ketiga putri yang kini telah menjadi yatim piatu itu beberapa waktu lalu bertemu dengan dirinya di Semarang.

Almarhum Eko selama 3 hari tinggal di Semarang termasuk mualaf yang rajib beribadah.

Eko juga rajin menjadi muazin salat subuh.

"Bapaknya (Eko) di tempat kami hanya 3 hari. Selama 3 hari tersebut beliau rajin jadi muazin, azan salat wajib, utamanya salat subuh," kata Nur Qudus.

Setelah Eko meninggal, didukung ibu-ibu anggota kelompok pengajian dan warga yg perduli, ke-2 putrinya (Riska dan Selly) disekolahkan di Madrasah Ibtidaiyyah Taqwa Illah Meteseh Tembalang, Semarang.

Ibu Sara Dede (alm) saat itu juga mendapat bantuan dari warga berupa mesin cuci dan perlengkapannya yang kemudian menjadi modal usaha laundry.

"Alhamdulillah waktu itu sudah jalan bagus. Ada juga warga yang membantu kulkas sehingga bisa membuat es batu untuk dijual lagi," katanya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Tags:
Jawa TengahPurbalinggaSemarang
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved