Hanya Hitungan Jam Pengaruhi Calon Teroris Siap Bunuh Diri, Begini yang Diajarkan!
Ali bercerita betapa gampangnya mempengaruhi seseorang untuk bergabung menjadi teroris hanya dalam hitungan detik jam.
Penulis: Tinwarotul Fatonah
Editor: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNWOW.COM - Sebuah kesaksian tentang seluk-beluk kehidupan teroris diungkapkan terpidana kasus Bom Bali, Ali Imron.
Ali bercerita betapa gampangnya mempengaruhi seseorang untuk bergabung menjadi teroris.
Tak hanya mudah, bahkan menurutnya untuk menanamkan paham radikal pada seseorang tidak butuh waktu lama, melaikan dalam hitungan jam.
"Teroris itu sedikit atau banyak akan terus bergerak dan menyebarkan pemahamannya. Tidak lama untuk memahamkan seseorang, cukup 2 jam, memprovokasi sampai siap bunuh diri," ujar Ali saat menjadi narasumber acara Rosi bertajuk 'Cerita Mantan Teroris' yang ditayangkan KompasTV, Kamis (8/6/2017) malam, seperti dikutip dari Kompas.com.
Mantan Polisi Jadi Teroris Ini Akhirnya Sadar Gara-gara Kebiasaan Aneh di Luar Nalar Napi Teroris
Ternyata ucapan Ali ini pernah terbukti pada seorang mantan polisi bernama Mohammad Sofyan Tsauri alias Abu Ayass.
Abu Ayass yang kini telah bertobat bercerita dirinya dulu menetapkan hati menjadi teroris setalah bertemu dengan Bagus Budi Pranoto alias Urwah dan Deni, dua terpidana teroris di penjara.
Keduanya itu anak buah Noordin M Top, pelaku pengeboman Hotel JW Marriot.
Mendengar cerita kedua teroris tersebut, hati Sofyan benar-benar terkesan.
"Bahkan saya kunjungi mereka dengan baju seragam. Saya mendalami logika pikir mereka. Saya saat itu betul-betul kagumi cara pikir mereka dengan sifat kepahlawanan mereka," cerita Sofyan saat hadir pada acara Rosi bertajuk #MelawanISIS yang ditayangkan KompasTV, Kamis (8/6/2017) malam, seperti dikutip dari Kompas.com.
Terus apa yang para teroris ajarkan untuk memengaruhi calon teroris?
Kembali ke penuturan Ali Imron bahwa kelompok-kelompok teroris menggunakan ayat-ayat suci Alquran untuk mencuci otak-otak yang akan direkrut.
Mereka pun memilih orang-orang yang akan direkrut, yakni orang yang sudah memiliki basis pengetahuan soal jihad.
Kemudian mereka akan menjelaskan syariat jihad dalam artian perang merupakan perintah Allah.
Tak lupa mereka juga menekankan keutamaan jihad dan selalu menegaskan seseorang yang berjihad akan mati syahid.
"Tinggal diarahkan, dipoles dan dibelokkan," kata Ali.
Tak Lagi di Indonesia, Teroris Poso Ternyata Pindah ke Filipina
Hal tersebut juga yang didapatkan Sofyan waktu itu.
Ia mengungkapkan dalam hatinya saat itu sedang bergejolak karena melihat adanya ketidakpuasan terhadap pemerintah dan konflik yang terjadi di negara-negara Islam.
Misalnya, penyerangan instansi di Iran, konflik Afganistan menjadi alasan yang menggerakkan nuraninya untuk bersimpati pada penderitaan muslim.
Sofyan bahkan menganggap serangan di World Trade Center, New York pada 11 September 2011 sebagai aksi yang mengagumkan bukan kejam.
Namun, akhirnya Sofyan bertobat setelah ditangkap pada tahun 2010 dan dihukum enam tahun penjara.
Saat di penjara, ia baru sadar bahwa ada kebiasaan aneh para teroris yang akhinya membuat Sofyan berpikir.
Mantan Teroris Blak-blakkan, Cukup 2 Jam Memprovokasi Orang Sampai Siap Bunuh Diri
Apakah sudah benar jalan yang dia pilih? Apakah dibenarkan dalam syariat Islam?
Misalnya, mereka (napi teroris) tidak mau shalat di masjid yang dibangun pemerintah dan orang-orang di luar kelompoknya.
Kemudian, mereka juga tidak mau makan daging yang disembelih orang-orang selain kelompok mereka karena diragukan kehalalannya.
Tak hanya itu, banyak teroris yang menikah tanpa wali karena menganggap anggota mempelai wanita yang bukan bagian dari anggota kelompok teroris adalah murtad. (TribunWow.com/Tinwarotul Fatonah)