Berdasarkan Data Ini, Intoleransi Dalam Pilkada DKI Dikhawatirkan Muncul di Kalangan Siswa Sekolah
Isu agama yang diangkat dalam pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta dikhawatirkan guru dan orangtua bisa berdampak kepada para siswa.
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
TRIBUNWOW.COM, JAKARTA - Isu agama yang diangkat dalam pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta dikhawatirkan guru dan orangtua bisa berdampak kepada para siswa.
Mereka tidak ingin perpecahan yang terjadi saat tahun 1998 kembali terulang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kemendikbud, ada potensi intoleransi terjadi di sekolah karena ada 8,2 persen yang menolak Ketua OSIS dengan agama yang berbeda.
Pasca Kemenangan, Begini Tanggapan Anies Baswedan soal Pilkada DKI Putaran Kedua
Selain itu, ada pula 23 persen yang merasa nyaman dipimpin oleh seseorang yang satu agama.
Meski demikian, mayoritas masih menjunjung tinggi nilai toleransi dengan menghargai adanya perbedaan agama maupun etnis di lingkungan sekolah.
"Pilkada DKI Jakarta ini, satu momentum, yang imbasnya ke mana-mana," kata Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo dalam sebuah diskusi peringatan Hari Pendidikan Nasional yang digelar Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, di Jakarta, Selasa (2/5/2017).
Media Asing Ikut Beritakan Pilkada DKI dan Isu SARA, JK: Tidak Adil Ini Media Luar
Henny mengatakan, beberapa pekan lalu ia sempat berkunjung ke sebuah agenda dengan guru-guru dan orangtua murid di Bandung.
Di sana, kata Henny, beberapa orangtua mengatakan kondisi politik hampir serupa dengan kejadian tahun 1998.
"Mereka terbuka mengatakan bahwa mereka korban '98. Mereka bilang bisa melewati itu semua, tetapi tidak bisa membayangkan bagaimana dengan anak-anaknya," kata Henny.
Politik praktis tidak secara langsung mengganggu kegiatan belajar-mengajar.
Namun, lanjut Henny, hal itu berdampak terhadap kemerdekaan berpikir anak-anak.
Henny juga menyampaikan, beberapa waktu lalu ia mendapatkan laporan penelitian dari Kemendikbud di sekolah-sekolah di Singkawang dan Salatiga mengenai toleransi, kesetaraan dan kerja sama.
"Ada keengganan anak dipimpin ketua OSIS yang berbeda agama," kata Henny.