Breaking News:

Melihat Perjuangan Luar Biasa Kartini Melalui Isi Surat-suratnya!

Melalui surat-surat yang ditulis olehnya, kita bisa mengetahui perjuangan luar biasa yang dilakukan Kartini semasa hidupnya.

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Wulan Kurnia Putri
KOMPAS.COM
Raden Ajeng Kartini 

TRIBUNWOW.COM - Di Indonesia, setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, hari lahirnya seorang pahlawan emansipasi perempuan, Raden Ajeng Kartini.

Namun untuk memperingatinya, tidak banyak perempuan yang membaca buku-buku yang terkait dengan sejarah dari kehidupan seorang Kartini.

Hari Kartini dirayakan dengan lomba memakai konde atau kebaya saja.

Peringati Hari Kartini, Ridwan Kamil Tulis Quote Bijak dan Posting Foto Masa Kecil Istri, Lucu Abis!

Kepahlawanannya, tidak hanya dinilai berdasarkan perjuangan fisik saja.

Kartini memang bukan pahlawan yang namanya besar karena perannya dalam suatu peperangan.

Ia dikenal karena pemikiran, ide, dan gagaasnnya yang terekam baik dalam surat-surat yang ia tulis.

Sebagian besar pemikiran dan gagasan Kartini didapat setelah berkorespondensi dengan sejumlah sahabat pena.

Dandan Untuk Peringatan Hari Kartini, Putri Ayu Ting Ting Malah Mendapat Kritikan Pedas

Kartini menuliskan lebih dari 100 surat yang menceritakan seluruh perjuangan, kehidupan, keluh kesah, kebahagiaannya selama ia hidup.

Melalui surat-surat yang ditulis olehnya, kita bisa mengetahui perjuangan luar biasa yang dilakukan Kartini semasa hidupnya.

Mulai dari kisah dirinya mendobrak tata krama di keluarganya hingga pemikirannya mengenai korupsi yang terjadi di lingkungannya kala itu, ia tuangkan semua dalam tulisannya.

Serba-Serbi Peringatan Unik Hari Kartini, dari Petugas KRL Berkebaya hingga Kartini Flight

Berikut rangkuman surat-surat Kartini yang dihimpun tim TribunWow.com melalui Kompas.com.

Simak selengkapnya!

Pengenalan Kartini pada dunia luar melalui surat-suratnya

Korespodensi Kartini dengan sahabat penanya yang berasal dari Belanda bermula karena bimbingan Marie Ovink-Soer, istri dari seorang pegawai administrasi kolonial Hindia Belanda, Jawa Tengah.

Hal ini ditulis oleh sejarawan Universitas Monash Dr Joost Cote (1995).

Ovink-Soer yang mengenalkan Kartini kepada pergerakan feminisme di Belanda, termasuk jurnal De Hollandsche Lelie.

Serba-Serbi Peringatan Unik Hari Kartini, dari Petugas KRL Berkebaya hingga Kartini Flight

Melalui jurnal itu, Kartini kemudian menulis bahwa dia mencari sahabat pena asal Belanda untuk bertukar pikiran.

Estella Zeehandelar, pegawai pos di Belanda menanggapi dan mengirim surat kepada Kartini.

Kartini pun mengungkapkan alasannya ingin bertukar pikiran dengan sahabat pena, dalam surat balasannya kepada Stella pada tanggal 25 Mei 1899.

Berikut kutipan surat itu, seperti dikutip dari buku Surat-surat Kartini, Renungan tentang dan untuk Bangsanya (1979) yang diterjemahkan Sulastin Sutrisno:

Hari Kartini di Mata Para Politisi Perempuan, Nomor 3: Jangan Keblinger!

"Saya ingin sekali berkenalan dengan seorang 'gadis modern', yang berani, yang mandiri, yang menarik hati saya sepenuhnya. Yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap, riang, dan gembira, penuh semangat dan keceriaan."

"Gadis yang selalu bekerja tidak hanya untuk kebahagiaan dirinya saja, tetapi juga berjuang untuk masyarakat luas, bekerja demi kebahagiaan banyak sesama manusia."

Dalam surat itu, Kartini juga memperkenalkan diri sebagai putri dari bupati Jepara.

Peringati Hari Kartini, Cucu SBY Tulis Puisi yang Menyentuh Kalbu

"Tepatnya anak perempuan kedua. Saya mempunyai lima orang saudara laki-laki dan perempuan. Bukankah ini suatu kelimpahan? Almarhum kakek saya, Pangeran Ario Tjondronegoro dari Demak yang sangat menyukai kemajuan, adalah bupati di Jawa Tengah pertama yang membuka pintunya untuk tamu dari seberang lautan, yaitu peradaban Barat. Semua putranya, yang mengenyam pendidikan Eropa, mewarisi cintanya akan kemajuan (berpikir) ayah mereka."

Sebagai seorang yang besar di lingkungan bangsawan, adat istiadat merupakan hal yang melekat pada diri Kartini.

Kepada Stella, Kartini kemudian menceritakan kondisi perempuan di Hindia Belanda, yang sulit lepas dari belenggu adat.

Sehingga, perempuan dianggap Kartini bagai hidup dalam bui.

Deretan Tempat yang Abadikan Nama RA Kartini, Nomor 3 Mencengangkan!

"Pada usia 12 tahun saya harus tinggal di dalam rumah. Saya harus masuk 'kotak'. Saya dikurung di dalam rumah, sama sekali terasing dari dunia luar. Saya tidak boleh kembali ke dunia itu selagi belum didampingi suami, seorang laki-laki yang asing sama sekali, yang dipilih orangtua kami untuk kami, tanpa sepengetahuan kami," tulis Kartini.

Namun, keluarga Kartini cenderung lebih terbuka.

Hingga pada usia 16 tahun, Kartini masih boleh menikmati kehidupan di luar rumah.

Kartini masih dibolehkan menikmati usia lajangnya.

Deretan Artis Cantik Berdandan ala Kartini, Menurut Kalian Paling Cocok Siapa?

"Alhamdulillah.. Alhamdulillah saya boleh meninggalkan penjara saya. Sebagai orang bebas yang tidak terikat kepada seorang suami yang dipaksakan kepada saya..."

"Pertama kali dalam hidup kami, kami diperkenankan meninggalkan kota kediaman kami dan ikut pergi ke Ibu Kota untuk menghadiri semua perayaan yang diselenggarakan di sana sebagai penghormatan kepada Sri Ratu ( Belanda)."

Raden Ajeng Kartini.
Raden Ajeng Kartini. (Arsip RI)

Kisahnya yang 'mendobrak' tata krama kaku dalam keluarganya

Kartini begitu membenci segala kekakuan.

Ia memiliki prinsip akan kebebasan dan hal itu sangatlah bertentangan dengan kodratnya sebagai perempuan yang hidup di lingkungan bangsawan Jawa, di mana tata krama harus dijunjung tinggi.

Hal itu ia tuliskan dalam suratnya kepada sahabat penanya, Stella, sebagaimana tertulis dalam buku Surat-surat Kartini, Renungan tentang dan untuk Bangsanya (1979)

Tak Seperti yang Kita Pikirkan, Ini Jawaban Kartini Kecil ketika Ditanya Cita-citanya

"Di antara kami, mulai dari saya, kami tinggalkan semua adat sopan-santun (yang kaku). Perasaan kami sendiri yang harus mengatakan kepada kami sejauh mana cita-cita ingin bebas kami boleh bergerak," tulis Kartini dalam suratnya.

Ia menggambarkan betapa ketatnya tata krama di dalam keluarganya.

Seperti contohnya, adik-adik Kartini yang tidak boleh berjalan mendahuluinya, kecuali merangkak dan merendah di hadapannya.

Banyak tata krama ketat yang membuat Kartini menulis,

Pemeran Utamanya Dinyiyir, Sekarang Film Kartini Dikritik Menteri Sosial Gara-gara Hal Ini

"Kepala saya merupakan yang terhormat. Adalah larangan keras untuk mereka sentuh (kepala saya), kecuali dengan izin khusus saya dan setelah beberapa kali menyembah."

"Aduh, kamu pasti menggigil kalau kamu jatuh di lingkungan keluarga bumiputera yang terkemuka semacam itu."

Hal itu menyebabkan Kartini ingin menyudahi tata krama yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginan hatinya tersebut dan dianggapnya berlebihan.

Ia tidak mau adik-adiknya terkekang oleh adat.

Oleh karena itu, Kartini membiarkan adik-adiknya bergaul bebas dengan dirinya tanpa harus dibatasi dengan norma yang membuatnya terlihat 'tinggi'

Ucapkan Selamat Hari Kartini, Jokowi Juga Bikin Kuis untuk Memperingatinya!

Mulanya, banyak orang yang mencela kebebasan mereka.

Orang-orang menyebut Kartini dan adik-adiknya seperti orang tak berpendidikan.

Bahkan, Kartini disebut "kuda gila" karena cara berjalannya yang melompat-lompat, tidak anggun sebagaimana perempuan Jawa pada umumnya.

"Tetapi setelah orang melihat bagaimana mesra serta menyenangkan perhubungan di antara kami, setelah ibu etiket melarikan diri dari semangat kebebasan kami, inginlah orang akan persatuan kami yang selaras, yang terutama terjalin di antara kami bertiga," ujar Kartini.

Luapan kegembiraannya terkait pendidikan

Pendidikan, merupakan hal yang menurut Kartini adalah sesuatu yang mulia.

Menurutnya, seorang pendidik berperan besar dalam membentuk budi dan jiwa seorang insan.

Ia memandang adalah suatu kejahatan jika tanpa kecakapan yang sempurna berani menjadi seorang pendidik.

Bikin Pangling! 3 Artis ini Berdandan Ala Kartini, Lihat Fotonya Mana yang Paling Cantik!

"Aduh, sama sekali saya tidak akan dapat berpuas diri apabila sebagai guru, saya merasa tidak dapat menjalankan tugas seperti yang saya wajibkan sendiri kepada pendidik yang baik," tulis Kartini pada suratnya untuk R.M. Abendanon Mandri, tertanggal 21 Januari 1901.

"Dan saya bertanya kepada diri saya sendiri: dapatkah kiranya saya menjalankan tugas itu? Saya yang masih perlu juga lagi dididik ini?" renung Kartini.

Terancam Tak Laku Akibat Ulah Dian Sastro, Ungkapan Menyentak Hanung Bramantyo Demi Film Kartini

Dalam surat itu Kartini juga menuliskan, betapa gembira dirinya atas pemikiran suami R.M. Abendanon dalam surat edaran tentang pengajaran untuk anak-anak perempuan Bumiputera:

Kaum perempuan, baginya, mampu membawa pengaruh besar bagi kehidupan apakah itu menuju pada kebaikan ataupun keburukan.

Perempuan juga dianggap mampu meninggikan kadar kesusilaan manusia.

"Dari perempuan lah manusia itu pertama-tama menerima pendidikan. Di pangkuan perempuan lah seseorang mulai belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata," tulis Kartini.

Ia menuliskan luapan kegembiraannya atas maksud R.M. Abendanon yang hendak memberikan pendidikan kepada gadis-gadis Bumiputera.

Beredar Video Dian Sastro Tepis Tangan Fans Viral, Film Kartini Kena Imbasnya?

"Dan kerap kali kami harus menggigit bibir untuk tidak bersorak-sorai kegirangan, menggenggam tangan kami erat-erat untuk tidak menyatakan kegembiraan kami dengan keras," katanya.

Sekolah- sekolah Bumiputera di Pati, Kudus, Jepara dan di distrik-distrik, tulis Kartini dalam suratnya, menunjukkan bukti nyata mengenai keberhasilan usaha R.M. Abendanon.

Kalangan rakyat yang bersekolah pun semakin bertambah jumlahnya.

"Besok, ibu juga menyuruh anak perempuan kecil, anak mas ibu, untuk bersekolah," ungkap Kartini.

Pemikiran Kartini terkait korupsi

Tak hanya masalah pendidikan, Kartini turut menyoroti persoalan korupsi oleh pejabat negara pada zamannya.

Ia tentunya mengutuk praktik korupsi itu.

Ia menuangkan pemikirannya tentang korupsi di surat-suratnya kembali.

"Kejahatan yang memang ada atau lebih baik yang merajalela ialah hal menerima hadiah yang saya anggap sama jahat dan hinanya dengan merampas barang-barang milik rakyat kecil," demikian tulis Kartini pada sahabat penanya, Estella Zeehandelar, di Belanda, 12 Januari 1900.

Namun, pada masa itu Kartini melihat korupsi pada zamannya secara lebih 'manusiawi'.

Memanas! Netizen Hendak Boikot Kartini karena Dian Sastro, Begini Tanggapan Hanung Bramantyo

Korupsi pada masa itu bukan semata-mata karena sang pejabat negara itu, namun juga karena sistem pemerintahan yang belum mapan seutuhnya.

"Tetapi, saya tidak boleh hanya menyalahkan hanya berdasarkan kenyataan-kenyataan begitu saja. Saya juga harus memperhatikan keadaan para pelaku kejahatan itu." tulis Kartini.

"Menerima hadiah-hadiah itu dilarang oleh pemerintah bagi pegawai-pegawai. Tetapi, kepala-kepala Bumiputera adalah golongan rendah yang digaji sedikit sekali sehingga hampir merupakan suatu keajaiban bagaimana mereka mencukupi keperluan hidup dengan gaji yang sedikit itu," lanjut dia. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)

Sumber: Kompas.com
Tags:
KartiniJeparaBelanda
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved