Novel Baswedan Disiram Air Keras
Deretan Teror hingga Hal Buruk yang Pernah Dialami Novel Baswedan Saat Tangani Kasus Korupsi
Teror berulang kali pernah dilakukan terhadap Novel, mulai dari intimidasi, tabrak lari sampai dengan peristiwa hari ini, penyiraman air keras.
Penulis: Tinwarotul Fatonah
Editor: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNWOW.COM - Disiram air keras, ternyata bukan hal buruk yang pertama kali dialami penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan.
Seiring dengan ketegasannya membongkar praktik tindak pidana Korupsi, namanya digadang-gadang terus diincar.
Melansir Kompas.com, menurut Wadah pegawai KPK peristiwa teror berulang kali pernah dilakukan terhadap Novel, mulai dari intimidasi, tabrak lari sampai dengan peristiwa hari ini, penyiraman air keras.
Berikut sederetan hal buruk yang pernah dialami Novel Baswedan sewaktu bekerja sebagai penyidik kasus korupsi.
• Sebelum Novel Baswedan, 4 Kasus Disiram Air Keras Pernah Hebohkan Indonesia!
Keluarga Novel diteror setelah kasus simulator mencuat
Pada tahun 2012 lalu, keluarga Novel Baswedan menyatakan kecewa kepada Polri yang dinilai telah mengkriminalisasi Novel.
Teror juga diterima keluarga Novel, yang menjadi Wakil Ketua Satgas Tim Kasus Simulator Korlantas Polri yang tengah ditangani KPK.
"Novel secara profesional melakukan runtutan kegiatan penggeledahan, penyidikan yang dari awal secara terang-terangan diteror dan diancam, baik saat melaksanakan tugasnya maupun di rumah," ungkap Adik kandung Novel Baswedan, Hafidz dalam pernyataannya saat menceritakan keterlibatan Novel dalam kasus dugaan korupsi proyek simulator SIM, dikutip dari Kompas.com.
Adanya teror juga diungkapkan oleh saudara Novel Baswedan lainnya, Taufik Baswedan.
"Ya, ada teror. Setelah kasus simulator," ujar Taufik, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/10/2012) pagi.
Kasus simulator menyeret jenderal bintang dua, mantan Kepala Korlantas Polri Irjen Djoko Susilo.
Taufik mengungkapkan, setelah kasus itu mencuat, rumah Novel dan ibunya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, sering difoto dan didatangi oleh orang tak dikenal.
"Kalau kami sih sudah sadar dan siap bahwa ini risiko. Tetapi, karena ada ibu, jadi terganggu juga. Beliau kepikiran. Ibu saya enggak bisa dibegitukan," katanya.
"Kasihan ibu saya. Dulu, ibu saya tinggal di Semarang dan menjadi ibu asuh anak-anak Akpol (Akademi Kepolisian). Sampai-sampai, demi menampung anak-anak Akpol, kami kadang malah di luar rumah. Sekarang, ibu saya menangis dibikin polisi," lanjut Taufik.