Aksi Cor Kaki Petani Kendeng
Patmi Meninggal Usai Aksi Dipasung Semen, Dokter Beberkan Penyebabnya!
Selain dugaan serangan jantung, masih banyak yang bertanya apakah kematian Patmi diakibatkan cor semen yang membelenggu kakinya selama beberapa hari?
Penulis: Tinwarotul Fatonah
Editor: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNWOW.COM - Meninggalnya Patmi setelah dirinya melakukan aksi #DipasungSemen2, Selasa (21/3/2017) jadi pukulan bagi negeri ini.
Kondisi Patmi yang awalnya dinyatakan sehat dan baik oleh dokter, tiba-tiba menurun.
Hal itu terlihat saat dirinya bersiap-siap akan pulang ke kampung halamannya di desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.
Cor semen pada kaki Patmi dibuka malam hari dan waktu itu masih dalam kondisi baik.
Baru setelah mandi sekitar pukul 02.30 WIB, Patmi mengeluh badannya tidak nyaman, lalu mengalami kejang-kejang dan muntah.
Dokter yang senang mendampingi dan bertugas segera membawa Bu Patmi ke RS St Carolus Salemba.
Menjelang sampai di RS, dokter mendapatkan Bu Patmi meninggal dunia.
Pihak RS St Carolus menyatakan bahwa bu Patmi meninggal mendadak pada sekitar pukul 02.55 WIB dengan dugaan jantung.

Keterangan dokter
Selain dugaan serangan jantung, masih banyak yang bertanya apakah kematian Patmi diakibatkan cor semen yang membelenggu kakinya selama beberapa hari?
Satu dokter yang mendampingi selama Aksi, dr Herlina mengungkapkan penyebab Patmi meninggal kemungkinan besar karena serangan jantung.
"Meninggalnya Alm Patmi karena Sudden death dengan penyebab kemungkinan besar serangan jantung jika dilihat dari tanda2 sebelum kematian," jelas dokter yang membawa Patmi ke UGD Rumah Sakit Carolus, Salemba, saat dihubungi TribunWow.com, Selasa (21/3/2017)
Ia bahkan menegaskan bahwa kematian Patmi bukan karena aksi cor kaki.
Hal itu karena kondisi saat, sesudah maupun sebelum dilepas cor kaki dalam keadaan baik-baik saja.
"Selama proses aksi dari hari kamis 16 Maret hingga 20 Maret, dipantau ketat oleh tim medis dan tidak ditemukan tanda-tanda yang membahayakan nyawa serta tidak adanya keluhan sakit dari almarhum," imbuhnya.
Bahkan saat pukul 23.00 WIB pada Senin (20/3/2017) ketika tim dokter isi ceklist daftar keluhan relawan aksi, tidak didapat pusing; mual maupun sesak nafas.
"Makan minum baik. Buang air besar dan air kecil juga lancar," jelasnya.
Baca: Tragis! Kisah Perempuan Pejuang Kendeng, Suaranya Belum Didengar, Nyawa Harus Berpulang
Alasan Lakukan Aksi #DipasungSemen2
Sejak Senin (13/3/2017), warga pedesaan di kawasan bentang alam karst Kendeng memulai aksi kolektif untuk memprotes pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Hal itu untuk menanggapi penolakan warga kawasan Kendeng terhadap rencana pendirian dan pengoperasian pabrik Semen milik PT Semen Indonesia di Rembang dan semen lainnya di pegunungan Kendeng.
Termasuk dalam ketidakbecusan tersebut antara lain adalah pengambilan keputusan dan tindakan yang mempermainkan hukum.
Termasuk mengecilkan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang membatalkan Ijin Lingkungan dan mengganggu usaha warga untuk mendapatkan keadilan atau membiarkan berlangsungnya gangguan dari pihak lain.
Sejak awal, seluruh peserta aksi #DipasungSemen2 didampingi dan dimonitor selalu oleh tim Dokter yang siaga di YLBHI dan di lokasi aksi.
Aksi protes berlangsung setiap hari, dimulai dari siang sampai sore, dengan fasilitas sanitasi lapangan dan peneduh.
Pada sore hari peserta aksi pulang ke tempat beristirahat dan menginap di YLBHI jalan Diponegoro Jakarta.
Kamis (16/3/2017) datang menyusul kurang lebih 55 warga dari kabupaten Pati dan Rembang bergabung melakukan aksi pengecoran kaki dengan semen.
Dua Puluh dari yang datang memulai mengecor kaki di hari Kamis tersebut, termasuk Patmi.
Kekecewaan warga pada pemerintah
Kejadian ini mendapat sorotan keras dari seluruh warga Indonesia.
Bahkan dalam rilis yang beredar, atas nama segenap warga Republik Indonesia menyatakan ikut menolak pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng berduka atas kematian Patmi dalam aksi protes penolakan di seberang Istana Presiden ini.
Sekali lagi mereka menegaskan kekecewaan yang mendalam terhadap tumpulnya kepekaan politik para pengurus negara.
Termasuk pengingkaran tanggungjawab untuk menjamin keselamatan warga-negara dan keutuhan fungsi-fungsi ekologis dari bentang alam pulau Jawa, khususnya kawasan bentang alam karst Kendeng.
Menurut mereka kejadian Patmi sungguh ironis, bahwa di satu pihak pemerintah Republik Indonesia menggembar-gemborkan itikad dan tindakan untuk ikut menjadi resolusi sejati dari krisis perubahan iklim dan hilangnya keragaman hayati, menegakkan hukum dan melakukan pembangunan dari pinggiran.
Kematian Patmi menjadi saksi bagi seluruh dunia, bahwa warga masyarakat Indonesia masih harus menyatakan sikapnya sendiri karena tidak adanya pembelaan sama-sekali dari pengurus kantor-kantor pemerintah yang seharusnya mengurus nasib warga negara. (TribunWow.com/Tinwarotul Fatonah)