Breaking News:

Hentikan 'Bencana' yang Menimpa Terumbu Karang sama dengan Selamatkan Bumi

Great Barrier Reef yang merupakan tempat hidup terumbu karang paling besar di dunia terancam rusak dan mati.

Penulis: Ika Alya Iqlima Ghaisani
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
Mashable/Tane Sinclair-Taylor
Peneliti Andrew Baird saat mengadakan survey terumbu karang di antara Mackay dan Townsville di Great Barrier Reef di Australia, Oktober 2016 lalu 

TRIBUNWOW.COM - Great Barrier Reef yang merupakan tempat hidup terumbu karang paling besar di dunia terancam rusak dan mati.

Pada tahun 2016 lalu, terjadi fenomena 'bleaching' yang mengakibatkan banyak terumbu karang kehilangan warna dan corak mereka.

Baca: Menteri Susi Pudjiastuti Marah Terumbu Karang di Raja Ampat Dirusak Kapal Pesiar Berbendera Bahama

Bencana itu menyerang daerah yang masih asli di bagian utara.

Pada tahun 2017 ini, terjadi bencana serupa.

Laporan terakhir menyebut bahwa menghentikan global warming atau pemanasan global adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan keindahan bawah laut.

Dilansir oleh Mashable.com, penelitian yang di publikasikan di Nature mengamati bahayanya bencana 'bleaching' pada terumbu karang sepanjang 2.300 kilometer pada tahun 2016.

Bencana 'bleaching' ini jauh lebih bahaya daripada yang terjadi di tahun 1998 dan 2002.

Survey dari udara menunjukkan 1.100 terumbu karang di sepanjang area tersebut terancam mati karena suhu air yang terlampau tinggi karena El Nino tahun 2015-2016, ditambah dengan pemanasan global.


Pengamat karang Margaux Hein berenang di tempat penuh terumbu karang yang sudah mati di daerah utara Great Barrier Reef, Oktober 2016 lalu
Pengamat karang Margaux Hein berenang di tempat penuh terumbu karang yang sudah mati di daerah utara Great Barrier Reef, Oktober 2016 lalu (Arc Centre of Excellence for Coral Reef Study/Greg Torda)

Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa hampir 50 persen terumbu karang masuk dalam kategori ekstrem.

Hal ini berarti hanya 8,9 persen saja terumbu karang yang masih bertahan di tahun 2016 lalu.

Tanpa mengurangi karbon, kita semua tidak memberi kesempatan untuk para terumbu karang ini melawan bencana 'bleaching'.

Padahal, butuh waktu 15 tahun untuk memperbaikinya.

"Takkan ada waktu untuk memperbaikinya. Jika kita ingin segera memperbaiki ini, maka kita harus segera menggunakan ekonomi bebas emisi. Saat suhu di bumi mulai stabil, saat itulah terumbu karang bisa kembali beradaptasi," ungkap Sean Connoly, Profesor di Arc Centre of Excellence for Coral Reef Studies.

Terumbu karang yang terkena efek 'bleaching', Townsville utara, Maret 2017
Terumbu karang yang terkena efek 'bleaching', Townsville utara, Maret 2017 (Arc Centre of Excellence for Coral Reef Study/Greg Torda)

Robert H. Richmond, Profesor dari University of Hawaii Kewalo Marine Laboratory yang tidak terlibat dalam laporan ini mengatakan bahwa hasil penelitiannya memang tidak mengejutkan.

Halaman
12
Sumber: TribunWow.com
Tags:
Mashable.comTribunWow.comGreat Barrier Reef
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved