Pergoki Suaminya Selingkuh, Seorang Wanita 'Tampar' Pihak Ketiga di Media Sosial
Wanita ini berbagi pengalaman dan pelajaran bagi perempuan yang mengalami hal serupa atau berada di pihak ketiga.
Penulis: Lolita Valda Claudia
Editor: Tinwarotul Fatonah
- Sekian banyak amarah, kesedihan, frustasi, tangisan yang saya alami, serta yang dia alami dan berusaha saya bantu tanggung.
- Karir saya, karena saya berhenti kerja demi persiapan pindah untuk bersamanya.
- Keluarga dan teman-teman saya, yang juga harus saya tinggalkan.
- Umur saya, yang jelas enggak bertambah muda.
Pasangan saya adalah investasi saya untuk masa depan yang saya rawat dengan baik dan benar, dan Mbak dengan sukses menjebolnya. Bangga Mbak?
Iya, Mbak tahunya dari mantan suami saya bahwa saya tidak cinta lagi sama dia, bahwa hubungan kami sudah tidak terselamatkan, bahwa kami akan bercerai. Mbak jelas nggak tahu kalau:
- Saat kalian bertemu saya yang membelikan tiket pergi ke kota Mbak, karena saya takut dia sebagai orang asing ditipu di negara orang.
- Saya sibuk dag dig dug berharap dia baik-baik saja karena jarang dengar kabar dari dia saat seminggu dia di kota Mbak, alasannya sih ga dapat sinyal.
- Keluarga saya yang walaupun enggak mengerti kenapa dia pulang kampung tanpa saya tetap menyambutnya dengan hangat.
- Saya mengirimkan bunga ke makam ibunya untuk Hari Ibu plus bunga untuk ibu-ibu anak-anaknya, saat dia asyik dengan Mbak di negara asal saya.
- Sebelum dia pergi untuk liburan (baca: selingkuh) dan sampai saya minta cerai, saya masih tinggal serumah dengannya, masih menjalankan hubungan suami istri normal; walaupun dia bilang ke Mbak saya hanya datang untuk minta ‘jatah’.
- Setelah kalian ‘berteman’ di Facebook (yang saya nggak tahu), saya masih: membawa dia kencan ke resto cihui untuk merayakan hari jadi kami, menyiapkan kukis ulang tahun untuknya, sampai membelikan hadiah Hari Ayah untuk dia dan anaknya plus dinner seru lengkap dengan penari Samba. Yang Hari Ayah ekstra spesial karena 3 hari sebelumnya saya menemukan bukti perselingkuhan kalian.
Kebayang enggak Mbak jadi saya? Kebayang enggak saya menemukan “Baby I miss you” di Facebook dia? Kebayang enggak saya membaca “I love your son” dari Mbak?
Saya lho Mbak yang di situ bersama dia, yang mengeloni anak-anaknya, dan Mbak enggak ada angin enggak hujan bisa dengan entengnya bilang ‘Love your son’?
Kebayang enggak saya yang mati-matian minta dia melepas Mbak, berusaha mengingatkan soal anak-anaknya?