Pria Ini Dideportasi dari Arab Saudi Karena Terlalu Ganteng, Begini Kehidupannya Sekarang !
Pria tampan yang berasal dari Saudi Arabia dan dikabarkan dideportasi oleh pemerintah pada tahun 2013, karena dianggap terlalu tampan.
Penulis: Lolita Valda Claudia
Editor: Wulan Kurnia Putri
Ia adalah cucu dari kakak Raja Salman, Abdullah bin Abdulaziz Al Saud.
Abdullah bin Abdulaziz Al Saud adalah Raja Arab Saudi sebelum era Raja Salman.
Lahir di tengah kehidupan gemerlap keluarga kerajaan, Pangeran Fahad rupanya tak ingin berleha-leha.
Pria kelahiran Riyadh, 34 tahun lalu ini berprofesi sebagai pengusaha bidang teknologi dan IT.
Tak hanya itu, Pangeran Fahad juga sering melakukan dakwah untuk misi sosial.
Karier
Pangeran Fahad merupakan alumnus dari Standford University, California.
Ia mempelajari Teknik Mesin dengan dua fokus utama, yakni Manajemen Teknologi dan Studi Timur Tengah.
Pada tahun 2009, pangeran ganteng ini menjabat sebagai Kepala Facebook Arab yang menggunakan Bahasa Arab dalam pengoperasiannya.
Dikutip dari Business Insider, Pangeran Fahad mengatakan ia tak perlu melanjutkan studi lanjutan setelah bekerja di Facebook.
Pasalnya, di perusahaan tersebut, ia sudah mendapat ilmu yang banyak.
"Bekerja di Facebook menjadi alasanku untuk tak melanjutkan studi master. Karena di Facebook aku bisa meraih gelar Master bahkan Doktor dengan sendirinya," terang Pangeran Fahad.
"Bekerja di Facebook menjadi kesempatan belajar yang sangat besar bagiku. Rasanya sangat luar biasa bisa mengerjakan proyek yang merubah kehidupan banyak orang," tambahnya.
Perubahan itu pun terasa nyata di negara asal Pangeran Fahad.
Media sosial terutama Facebook berperan sangat besar dalam revolusi di Arab Saudi dalam sejumlah bidang.
Pada 2011, Pangeran Fahad keluar dari Facebook.
Ia pun aktif mengembangkan perusahaan start up di bidang teknologi, seperti Na3M Games dan Appiphany.
Pangeran Fahad kini tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat.
Ia pun masih melakukan kerja sama dengan pemerintah Arab Saudi untuk meningkatkan kualitas teknologi berbasis internet di negara tersebut.
Tribunwow.com/Elga Maulina Putri