Siapa Sosok Pencipta Lambang Negara yang Dimaksud Ahmad Dhani di Twitter? Ini Jawabannya!
Ahmad Dhani kembali membuat heboh netizen karena cuitan di akun Twitter, Senin (20/2/2017).
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Galih Pangestu Jati
TRIBUNWOW.COM - Ahmad Dhani kembali membuat heboh netizen karena cuitan di akun Twitter, Senin (20/2/2017).
Dalam cuitannya di akun @AHMADDHANIPRAST, ia menyindir Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri.
Ia menulis, "Pencipta Lambang Burung Garuda adalah Habib Hamid AL Gadrie..hmm, Mbak Mega tau gak ya??? - ADP."
Dalam cuitan tersebut, ia mencatut nama dari tokoh yang menciptakan Lambang Burung Garuda, yakni Habib Hamid Al Gadrie.
Baca: Kalah dalam Hitung Cepat Pilkada Bekasi, Dhani Malah Berkicau Seperti Ini
Entah sengaja atau tidak, penulisan nama tokoh oleh Ahmad Dhani itu salah dan menjadi perhatian netizen untuk menanggapi cuitan Ahmad Dhani di Twitter.
"@AHMADDHANIPRAST Pencipta Lambang Burung Garuda SULTAN HAMID II (Syarif Abdul Hamid Alkadri) Megawati pasti tahu! Soekarno yg perintahkan!" tulis akun @tikasinaga
"https://id.wikipedia.org/ wiki/Sultan_Hamid_II … @AHMADDHANIPRAST pinter nya nanggung spelling nama orang yg bener, salah spelling beda orang & beliau itu Sultan," tulis akun @danilbatu_
Lalu, siapa pencipta lambang Garuda Indonesia?
Dikutip dari Wikipedia.co.id, pencipta lambang Garuda Indonesia adalah Sultan Hamid II yang lahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie
Ia merupakan putra sulung dari Sultan Pontianak ke-6. Ia lahir di Pontianak, Kalimantan Barat 12 Juli 1913 dan meninggal di Jakarta, 30 Maret 1978 pada usia 64 tahun.
Pria berdarah Arab-Indonesia ini memiliki istri seorang perempuan Belanda kelahiran Surabaya bernama Didi van Delden.
Ia mempunyai dua anak dari hasil pernikahannya.
Namun, kedua anaknya tinggal di Negeri Belanda.
Ia menempuh pendidikan Europeesche Lagere School (ELS) di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung.
Hogereburgerschool (HBS) di Bandung satu tahun, Technische Hooge School (THS) Bandung tidak tamat, kemudian Koninklijke Militaire Academie (KMA) di Breda, Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Kemudian, Soekarno mengangkat Sultan Hamid ke Kabinet RIS tanpa adanya portofolio (Menteri Negara Zonder Portofolio) pada tanggal 17 Desember 1949.
Kabinet tersebut dipimpin Perdana Menteri Mohammad Hatta dan termasuk 11 anggota berhaluan Republik dan lima anggota berhaluan Federal.
Perumusan Lambang Negara Garuda Pancasila
Selama Sultan Hamid menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Portofolio, ia ditugaskan Soekarno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara.
Di bawah koordintarnya, dibentuklah Panitia Teknis bernama Panitia Lencana Negara dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hadjar Dewantoro, M.A Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan R.M. Ngabehi Poerbatjaraka sebagai anggota pada tanggal 10 Januari 1950.
Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk diajukan kepada pemerintah.
Rancangan karyanya dan M. Yamin terpilih menjadi dua rancangan lambang negara terbaik.
Namun, akhirnya rancangannyalah yang terpilih, rancangan milik M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.
Dialog intensif antara Sultan Hamid II, Soekarno, dan Mohammad Hatta terus dilakukan untuk penyempurnaan rancangan itu.
Kemudian, terjadi kesepakatan penggantian pita yang dicengkeram Garuda.
Pita yang semula berwarna merah diganti menjadi warna putih dengan menambahkan semboyan 'Bhineka Tunggal Ika'.
Upaya perbaikan lambang negara terus dilakukan, meramu dari berbagai aspirasi lalu kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada masyrakat di Hotel Des Indes, Jakarta 15 Februari 1950.
Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.(Wikipedia.com/Tribunwow.com/ Natalia Bulan Retno Palupi)