Agenda Presiden
Jokowi Kunjungi Korea Selatan, 6 Perusahaan Antusias Investasi di Indonesia
Kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo ke Korea Selatan (Korsel) menghasilkan komitmen investasi enam perusahaan industri Negeri Gingseng tersebut.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo ke Korea Selatan (Korsel) menghasilkan komitmen investasi enam perusahaan industri Negeri Gingseng tersebut ke Indonesia.
Dilansir TribunWow.com dari siaran pers Kementerian Perindustrian, kemenperin.go.id, komitmen investasi ini merupakan hasil dari Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018.
Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, pertemuan dua kepala negara ini membuat antusiasme besar pengusaha Kosel untuk berkolaborasi bisnis dengan Indonesia.
“Pertemuan ini mencerminkan antusiasme besar pengusaha Korea untuk lebih mendorong kolaborasi bisnis dengan Indonesia, baik dalam bentuk perluasan usaha maupun investasi baru di beberapa sektor industri yang prospektif,” kata Airlangga Hartarto.
• Ustaz Abdul Somad Beberkan Kronologi Pembatalan Ceramah hingga Intimidasi Terhadapnya
Enam perusahaan Negeri Ginseng yang telah berkomitmen untuk berinvestasi di antaranya LS Cable & System yang bermitra dengan PT Artha Metal Sinergi untuk pengembangan sektor industri kabel listrik senilai 50 juta dolar AS di Karawang, Jawa Barat.
Kemudian Parkland yang menggelontorkan dananya sebesar 75 juta dolar AS guna membangun industri alas kaki di Pati Jawa Tengah, dan Sae-A Trading menanamkan modalnya hingga 36 juta dolar AS untuk sektor tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah.
Selanjutnya, Taekwang Industrial akan membangun industri alas kaki senilai 100 juta dolar AS di Subang dan Bandung, Jawa Barat.
Ada juga World Power Tech dengan mitra lokalnya PT NW Industries yang berinvestasi sebesar 85 juta dolar AS untuk pengembangan industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat.
Serta InterVest dengan Kejora Ventures yang menamamkan modalnya 100 juta dolar AS untuk jasa pembiayaan startup (modal ventura) di DKI Jakarta.
Sehingga, total investasi mencapai 446 juta dolar AS.
• 3 Siswa SD di Riau Telan Pil Ekstasi Milik Ayah Temannya karena Disangka Permen
Airlangga yakin kerjasama ini akan meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri sekaligus penambahan terhadap penyerapan tenaga kerja lokal.
“Ini yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara inklusif, terutama melalui program hilirisasi,” tegasnya.
Langkah sinergi yang dibangun pelaku industri kedua negara juga diharapkan mendukung implementasi Making Indonesia 4.0. Salah satunya adalah membangun ekosistem inovasi dengan transfer teknologi yang berkelanjutan guna mendukung revolusi industri 4.0.
“Kami optimistis, hubungan antara kedua negara ini sangat menjanjikan di tahun-tahun mendatang dan itu akan menjadi dasar yang kuat untuk hubungan lebih lanjut antara kedua negara, terutama dalam membangun perekonomian,” papar Airlangga.
Diberitakan sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sepakat untuk menjalin kerja sama bisnis dengan Korea Selatan senilai 6,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 91,76 triliun (kurs Rp 14.800).
Selain enam komitmen investasi, Kepala BKPM, Thomas Trikasih Lembong memaparkan, kunjungan Jokowi kali ini juga menghasilkan penandatanganan 15 nota, dikutip TribunWow.com dari Kontan.co.id, Selasa (11/9/2018).
Kesepakatan bisnis dan daftar komitmen investasi dari hasil kunjungan Jokowi terbagi dalam dua kategori.
Untuk total nota kesepahaman business to business nilainya mencapai 5,75 miliar dolar AS.
Sedangkan komitmen investasi total nilainya mencapai 444 juta dolar AS.
• Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi PCPM Bank Indonesia 12 September 2018, Cek Linknya di Sini
Sehingga total kerja sama yang disepakati mencapai 6,19 miliar dolar AS.
Kepala BKPM juga menyambut baik upaya pemerintah untuk meningkatkan kerja sama dan investasi dengan Korea Selatan di sektor-sektor industri utama dan otomotif.
“Tentu saja hal ini harus direspon secara positif, apalagi kerja sama-kerja sama tersebut dapat membidik pasar ASEAN dan Australia. Hal ini harus kita manfaatkan ditambah lagi Indonesia akan punya Free Trade Agreement (FTA) dengan Australia,” jelas Thomas. (TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)