Breaking News:

Bagikan Cerita, Fahri Hamzah: Saya Terharu dan Meneteskan Air Mata, Apa Salah Saya?

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah mengungkapkan kesedihannya, melihat kondisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat ini.

Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
Fahri Hamzah 

TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah mengungkapkan kesedihannya, melihat kondisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat ini.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui akun Twitternya yang diunggah pada Rabu (4/4/2018).

Fahri Hamzah menyoroti gelombang pemecatan kader-kader PKS yang marak dilakukan karena emosi pimpinan.

Fahri Hamzah kemudian menceritakan perihal pemecatan sejumlah kader, termasuk dirinya.

Ia sempat meneteskan air mata pada bagian tertentu.

Di sisi lain, ia juga mengingat dan mempertanyakan, saat itu, apa kesalahan yang telah ia perbuat sehingga dipecat.

Menurutnya, saat ini kepemimpinan PKS makin jauh dari jalur dan cita-cita partai dakwah yang utamakan persaudaraan.

Disinggung soal Ramalan dengan Data Usang, Mahfud MD: yang Langsung Pakai Ya Bodoh Juga

Fahri Hamzah mengungkapkan sekrang ini semuanya didekati dengan kekuasaan dan permusuhan.

Berikut postingan lengkap Fahri Hamzah.

"Saya sedih mendengar gelombang pemecatan dan pergantian dalam tubuh PKS yang tidak didasarkan oleh proses organisasi tetapi melayani emosi pimpinan...

itulah yang terjadi pada saya...#SavePKS

Terakhir terdengar banyak di pulau Sumatera...

dan yang paling akhir adalah Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Sumatera Selatan Ustadz Erza Saladin yang saya kenal baik sejak lama.

Orang yangsantun, baik, giat dan penuh dedikasi. Beliau dicintai dan dihormati kader.

Tiba2 Tanpa penjelasan, tanpa proses pendahuluan, beliau diganti secara sepihak oleh DPP (SK Presiden PKS Shohibul Iman) kepada orang lain yang kurang dikenal aktif di lingkungan DPW PKS Sumsel.

Ruhut Sitompul: Dokter Terawan Dipecat Apa IDI Gak Tahu Sekarang Politisi Stress hingga Bisa Stroke?

Tapi itulah, selalu ketaatan diruntut dan kebenaran diabaikan.

Saya punya kisah dengan Ustadz Erza dan DPW sumsel bukan karena mertua saya berasal dari Sekayu, Muba, Sumsel tapi malam itu pada hari saya dipecat bertepatan dengan jadwal kunjungan kerja ke Palembang.

Beliau dan banyak kader ingin berjumpa.

Beliaulah orang pertama yang menawarkan tabayun, suatu tradisi dalam agama apabila ada berita simpang siur maka bertemulah untuk saling klarifikasi.

Kami bertemu dalam suasana duka, kami berpelukan satu persatu penuh keharuan.

Ruangan malam itu hening, saya diminta bicara apa yang terjadi. Dan saya ceritakan apa adanya, “Perbedaan pendapat yang berakhir pemecatan”.

Tangis pecah, akhwat yang hadir malam menumpahkan rasa.

Saya pun ikut terharu dan meneteskan airmata.

Rustam Ibrahim: Setuju Pak Jonan, Ganti Saja Direksi Pertamina Kalau Premiun Masih Langka

Saya mendengar satu kalimat yang saya tidak bisa lupa malam itu, ini datang dari seorang ibu,

“kalau kader seperti Akh Fahri Hamzah tidak bisa dipertahankan oleh partai ini, maka kader semacam apa yang diinginkan?”.

Kalimat itu diucap dengan nada lirih. Saya merekam.

Demikiankah, akhirnya DPW Sumsel bergetar, DPP datang dengan keputusan dan kader disuruh datang dengan #tsiqohdantaat tidak boleh ada pertanyaan dan keputusan pimpinan selalu bersifat final. #SavePKS

Kejadian terakhir di sumsel ini sudah merupakan puncak dari peristiwa yang sudah lama terjadi.

Dan intinya. Pemimpin kalau sudah ada mau kader harus mencari alasan dan mentaatinya.

Aturan disusun belakangan yang penting keputusan harus diamankan.

Seperti pak Erza, kalau bertanya, “apa salah saya”. Akan dijawab bahwa “tidak ada salah, bahkan antum adalah kader terbaik”.

Demikianlah, aturan tidak ada yang adalah adalah keputusan pimpinan. Itu saja! #SavePKS

Saya juga demikian. Saya bertanya, apa salah saya? Dijawab, “antum adalah kader terbaik”.

Tapi 2 bulan setelah itu saya dipecat dari seluruh jenjang kader. Alasan dicari kemudian, persidangan direkayasa.

Itu yang dibuktikan PN Jakarta selatan dan PT DKI.

Jadi, ini ada masalah karena pimpinan tidak bisa membedakan mana aturan dan mana keinginan pimpinan.

Semua menjadi satu #tsiqohdantaat saja kepada pimpinan maka pasti aman.

Soal aturan itu gampang diatur belakangan. Ada banyak contoh.

Bahkan kalau mengadili kader juga dasarnya cuman #tsiqohdantaat pada pimpinan.

Intinya pimpinan adalah aturan itu sendiri dan pimpinan adalah institusi itu sendiri. Sungguh ini konsep yang fatal dan salah serta tidak bIsa diterima.

Sejak awal pengurus ini datang dengan mentalitas kepemimpinan yang salah. Misalnya sikapnya kepada ustadz @anismatta yang ambigu sampai sekarang.

Ratna Sarumpaet: Kepolisian Sudah Buat Pernyataan Kalau Saya Tidak Bersalah

Kita juga Gak tahu kenapa orang sukses seperti AM diganti. Tapi jawaban yang kita dengan cuman satu, “AM #tsiqohdantaat!”.

Setelah itu ruang gerak AM Dibatasi. Kalau pergi ke daerah dan kader meluapkan rindu terbuka justru dipersoalkan.

Malah sekarang banyak yang Ditegur dan diganti secara sepihak seperti Erza karena bertemu atau mengundang AM Caramah diam2.

Rasanya, kepemimpinan PKS sekarang semakin jauh dari jalur dan cita2 partai dakwah yang mengutamakan cinta dan persaudaraan.

Sekarang semua didekati dengan kekuasaan dan permusuhan. Partai diatur hanya memakai jurus #tsiqohdantaat dan hanya itu.

Sekali lagi, sedih melihat justru semakin mendekati pemilu malah PKS semakin keluar dari jalur solidaritas.

Semoga segera berakhir dan PKS diselamatkan. Amin. #SavePKS" tulis Fahri Hamzah. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Fahri HamzahPartai Keadilan Sejahtera (PKS)Twitter
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved