Puasa Ramadhan 2025

10 Tradisi yang Sering Dilakukan Masyarakat Indonesia Jelang Ramadhan, Ada Meugong hingga Mohibadaa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Grafis Ilustrasi Doa; Marhaban Ya Ramadhan, Berpuasa, Bulan Ramadhan. Terbaru inilah 10 tradisi masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan Ramadhan, Minggu (9/2/2025).

TRIBUNWOW.COM - Kurang dari 1 Bulan, Masyarakat di seluruh dunia akan menyambut datangnya Bulan Ramadhan 1446 Hijriah.

Ramadhan 2025 jatuh pada 28 Februari hingga 30 Maret 2025.

Dikutip dari Kompas.com, terdapat 10 tradisi unik yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk menyambut bulan Ramadhan, yaitu:

1. Meugong (Aceh)

Meugang atau Haghi mamagang adalah kegiatan memasak daging sapi, kambing, atau kerbau sebelum bulan Puasa.

Olahan daging itu kemudian dimakan bersama keluarga, kerabat, ataupun anak yatim.

Baca juga: Sambut Datangnya Bulan Puasa Ramadhan 2025, Simak 25 Contoh Ucapan untuk Keluarga dan Teman

2. Nyorog (Jakarta)

Suku Betawi di Jakarta memiliki tradisi Nyorog, yaitu memberikan bingkisan kepada keluarga yang lebih tua. Tradisi ini semula digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam sejak tahun 1800-an.

3. Cucuruk (Jawa Barat)

Dalam bahasa Sunda, Cucuruk memiliki arti bersenang-senang dan berkumpul bersama keluarga besar untuk menyambut bulan Ramadhan.

Selain berkumpul bersama, biasanya Cucuruk diisi dengan kegiatan makan bersama beralaskan daun pisang sambil duduk lesehan.

Menu yang disajikan beragam, salah satunya adalah nasi liwet. 

4. Padusan (Yogyakarta)

Padusan dilakukan oleh sebagian masyarakat Yogyakarta untuk membersihkan atau mensucikan diri sebelum datangnya bulan Ramadhan.

Selain itu padusan juga diartikan sebagai momen untuk instropeksi diri dari segala kesalahan yang dibuat.

Baca juga: 25 Contoh Ucapan Sambut Bulan Puasa Ramadhan 2025/1446 H, Bagikan ke Teman dan Keluarga

5. Megibung (Bali)

Meskipun mayoritas penduduk Bali berasal dari Agama Hindu, namun tetap ada tradisi jelang Puasa Ramadhan.

Megibung adalah kegiatan memasak dan makan bersama sambil duduk melingkar.

Saat melakukan Megibung, biasanya nasi akan diletakkan di wadah yang disebut dengan gibungan, sedangkan lauk pauknya disajikan di sebuah alas karangan.

6. Mattunu Solong (Sulawesi Barat)

Tradisi menyambut ramadhan berikutnya adalah Mattunu Solong dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Biasanya masyarakat setempat memeriahkan Ramadhan dengan menyelakan pelita tradisional yang terbuat dari buah kemiri dan ditumpuk dengan kapuk, lalu dililitkan pada potongan bambu. 

Pelita tersebut kemudian ditempel di pagar, halaman, anak tangga, pintu masuk, atau dapur.

Mattunu Solong dilakukan dengan tujuan untuk meminta kesehaatan dan umur panjang. 

Baca juga: Ramadhan 2025 39 Hari Lagi, Segera Lunasi Utang Puasa, Bisa Pakai Fidyah, Cek Aturan dan Besarannya

7. Baratan (Jepara, Jawa Tengah) 

Baratan adalah tradisi Ramadhan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Tradisi ini berupa kirab pada bulan Sya'ban dalam kalender Hijriah.

Nama Baratan sendiri berasal dari bahasa Arab, barakatan yang artinya keselamatan.  

8. Megengan (Jawa Timur)

Megengan adalah tradisi selametan di masjid maupun mushola.

Biasanya masyarakat Jawa Timur membawa makanan yang dibagikan setelah selametan.

Terdapat makanan yang tak pernah absen dari tradisi ini, yaitu kue apem.

Karena nama apem berasal dari bahasa Arab yaitu afwan. 

9. Malamang (Padang, Sumatera Barat)

Tradisi Malamang umumnya dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Pauh, Padang, Sumatera Barat jelang Ramadhan.

Malamang adalah kegiatan membuat lamang, yaitu makanan khas Minang yang terbuat dari beras ketan.

Cara memasaknya cukup unik, yakni lamang dimasukkan ke dalam bambu panjang kemudian dibakar dengan dilapisi daun pisang. 

Baca juga: Kumpulan Doa Menyambut Datangnya Bulan Puasa Ramadhan 2025, Simak Bacaannya

10. Mohibadaa (Gorontalo)

Menjelang bulan suci Ramadhan, masyarakat Gorontalo biasanya menggelar Mohibadaa untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Mohibadaa merupakan tradisi membalurkan ramuan rempah-rempah tradisional sebagai masker wajah.

Racikan rempah itu terbuat dari tepung beras, humopoto (kencur), bungale (bangle), dan alawahu (kunyit).

Tradisi ini bertujuan untuk menjaga kondisi kulit, karena saat puasa kulit biasanya terasa kering apalagi cuaca di Gorontalo sangat panas.

(TribunWow.com/Peserta Magang Universitas Slamet Riyadi/Pradana Heta Bakti)

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News