Terkini Nasional

Menjaga Asa dan Jamin Perlindungan Pejuang Nafkah Jalanan di Tengah Kerasnya Roda Kehidupan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret driver ojol asal Surakarta, Ryan Odi Bagaskara ketika tengah beristirahat sejenak seraya menantikan orderan datang. Perjuangan ayah satu anak asal Solo, Ryan Odi yang berprofesi sebagai Ojol dan sudah mendapatkan cover dari jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.

TRIBUNWOW.COM - Di bawah rindangnya pepohonan di salah satu sudut Kota Surakarta, Jawa Tengah, seorang ayah milenial satu anak bernama Ryan Odi Bagaskara tengah beristirahat sejenak.

Wajar saja, Ryan, begitu sapaan akrabnya sudah bergelut dengan jalanan Kota Surakarta sejak pukul 05.30 WIB.

Hal itu senantiasa dilakukan Ryan demi sesegera mungkin mendapatkan orderan dari para customernya.

Tak terasa saat itu, sudah empat jam Ryan berjibaku di tengah padatnya jalanan Kota Surakarta di pagi hari.

Sembari memulihkan tenaganya, Ryan memutuskan untuk berteduh sejenak.

Meski tengah beristirahat, handphone tak pernah ia lepas dari genggamannya.

Ryan terus stand by menantikan nada dering notifikasi pertanda orderan dari customernya tiba.

Begitulah keseharian Ryan 3 tahun terakhir dari pagi hingga sore hari setelah diberhentikan dari hotel tempatnya bekerja.

Saat itu, hotel tempat Ryan bekerja terkena imbas pandemi Covid-19 yang berdampak pada diberhentikannya para pegawai termasuk dirinya.

Nasib tak mengenakkan itu dialami Ryan pada tahun 2021 silam.

Awalnya, tak terbesit di pikiran Ryan ia akan berpeluh keringat satu hari di jalanan Kota Surakarta.

Mengingat pada saat itu, profesi driver ojek online (ojol) yang ia tekuni sejak 2017 hanya diperuntukkan sebagai sambilan saja.

Dan barulah, ketika diberhentikan dari hotel, profesi driver ojol menjadi pekerjaan pokok Ryan untuk mencarikan nafkah bagi keluarga kecilnya.

"Kalau Gojek saya sudah dari 2017, dari 2017 saya gojek sambilan, waktu pandemi jadi pokok karena dulu ada pengurangan pegawai. Dulu saya di hotel kerjanya, ada pengurangan, dulu kan waktu pandemi hotel terpengaruh sekali," ujar Ryanodi Bagaskara kepada TribunWow.com, Kamis (14/11/2024).

Tentu saja, pilihan Ryan untuk menekuni profesinya sebagai driver ojol lebih berpotensi terjadinya kecelakaan kerja ketimbang saat bekerja di hotel beberapa tahun lalu.

Padatnya lalu lintas Kota Surakarta serta acap kalinya dikejar waktu oleh customer jadi makanan sehari-hari yang tak terelakan oleh Ryan.

Faktor itu yang membuat risiko profesi driver ojol yang ditekuni Ryan potensi rawan terjadinya kecelakaan kerja.

Meski risiko profesinya sebagai driver ojol lebih besar ketimbang pekerjaanya dulu, Ryan mengaku tak terlalu mengkhawatirkan hal itu.

Keputusannya untuk ikut serta dalam program BPJS Ketenagakerjaan jadi sebabnya.

Hal itu bermula dari rekan Ryan yang memintanya segera untuk mendaftarkan diri ikut serta BPJS Ketenagakerjaan.

Gayung bersambut, keluarga Ryan pun turut memberikan dukungannya agar segera mendaftarkan diri sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan.

"Pertama kali itu, awalnya lihat teman, disuruh iku, jadi kalau ada apa-apa nanti bisa tercover BPJS Ketenagakerjaan."

"Otomatis saya tanya keluarga, bagaimana kalau saya ikut, nanti setiap tanggal 1 ada potongan Rp 16 ribu, katanya gapapa ya sudah saya langsung ikut BPJS saya aktifkan di aplikasi Go Partner," ungkap Ryan seraya menirukan jawaban dari keluarganya.

Melalui aplikasi Go Partner, Ryan mendapatkan kemudahan untuk melakukan proses pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan.

"Tidak susah ngurus ke mana-mana, ini sudah langsung ke proses sama pihak Gojek, jadi gak ribet. Untuk protes potongan, kita tinggal menyediakan saldo sama kayak ktp, nanti proses yang ngurus dari Gojek, kita tinggal mencet-mencet saja, nanti kalau sudah jadi ada notifikasinya seperti itu."

"BPJS kan sudah banyak yang memakai, jadi sudah percaya dengan BPJS Ketenagakerjaan, reviewnya bagus," jelas Ryan.

Untuk iuran Rp 16 ribu per bulan, Ryan mengaku tak keberatan.

Justru, pria berusia 30 tahun itu tak terasa adanya potongan karena diambilkan secara langsung melalui GoPay miliknya.

"Rp 16 ribu itu per bulan gak kerasa, itu kan di potong dari saldo go pay langsung otomatis, jadi kita gak kerasa, gak liat, oh paling terpotong ini," ungkapnya.

Lebih lanjut, untuk penghasilan per harinya, Ryan mengaku mendapatkan rata-rata pendapatan di angka Rp 200 ribu per hari.

Itu belum dengan bensin dan makan siang, jika dihitung dengan pengeluaran per harinya, Ryan bisa menyimpan uang Rp 150 ribu.

Penghasilan itu masih ditambah dengan pendapatan sang istri yang juga turut membantunya mencari tambahan rezeki.

Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hal itu juga dilakukan Ryan dan sang istri untuk biaya sekolah anak yang sudah menginjak kelas 3 SD.

Serta untuk mengisi tabungan yang nantinya bisa diperuntukkan apabila ada kebutuhan mendesak.

"Kalau saya alhamdulilah dari istri juga membantu ikut kerja juga, saya yang buat sehari-hari, istri untuk tabungan anak. Kebetulan anak sudah kelas 3 SD. Di mana, sudah waktunya banyak biaya yang dikeluarkan. Kadang kalau pendapatan rendah, bisa diambilkan dari tabungan dulu."

"Dari Gojek ini kan penghasilan tidak pasti, kadang bisa tinggi kadang bisa rendah. Kalau penghasilan saya, ini kan pokok, jadi harus bisa maksimal, jadi kalau rata-rata dari setengah 6 pagi sampai setengah 6 sore atau sebelum Magrib, rata-rata itu Rp 200 ribu. Tapi kan itu gak bersih, buat bensin sama makan di jalan jadi bersihnya Rp 150 ribu," bebernya.

Di sisi lain, Ryan mengajak rekan-rekannya terutama para pejuang nafkah di jalanan yang berprofesi sebagai ojol untuk segera ikut BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Ryan, ikut serta dalam program BPJS Ketenagakerjaan merupakan langkah antisipasi agar bisa mendapatkan jaminan sosial jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Tiga tahun pakai BPJS Ketenagakerjaan, semoga saja tidak ada hal yang tidak diinginkan, ini langkah antisipasi saja. Intinya kalau yang belum ikut BPJS Ketenagakerjaan, segeralah ikut BPJS, karena itu kan membantu kita yang bekerja di jalan, jadi walaupun Rp 16 ribu itu sih gak kerasa sih menurut saya, lebih baik mengantisipasi daripada nanti kejadian malah lebih banyak dana yang dikeluarkan," pungkasnya.

Potret ojol asal Surakarta, Ryan Odi Bagaskara. (HO TribunWow.com)

Program dan Manfaat Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Senada dengan hal itu, Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Solo, Teguh Wiyono menjelaskan, tentang lima program jaminan sosial yang bisa dirasakan masyarakat pekerja dengan dibedakan menjadi dua yakni pekerja formal dan informal.

Formal yakni para pekerja yang didaftarkan secara langsung oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Sedangkan informal yakni para pekerja mandiri di luar perusahaan di antaranya seperti UMKM, Ojek Online (Ojol), dan sebagainya.

"Program jaminan sosial itu ada lima,  Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP) dan kehilangan pekerjaan," beber Teguh Wiyono kepada TribunWow.com, Rabu (6/11/2024). 

Teguh menjelaskan secara detail apa manfaat penting para masyarakat pekerja ikut serta dalam program jaminan kecelakaan kerja mulai dari fasilitas yang didapat hingga santunan yang akan diberikan.

"Salah satunya tadi program jaminan kecelakaan kerja, memberikan perlindungan terhadap risiko kecelakaan yang ada hubungannya dengan pekerjaan, ada hubungannya itu ya saat berangkat dari rumah ke tempat kerja, kemudian saat di lingkungan pekerjaan, kemudian saat kembali lagi, itu lingkup program kecelakaan kerja."

"Manfaatnya apa, ya tadi kalau ada risiko kecelakaan, pengobatannya ditanggung sampai sembuh, kemudian jumlah hari yang ditinggalkan karena dokter dan dirawat tadi, penghasilannya hilang diganti oleh BPJS Ketenagakerjaan, kemudian kalau ada kecacatan, dihitung kecacatanya tersebut dengan santunan dari BPJS Ketenagakerjaan, kemudian kalau kecelakaan tadi kemudian meninggal dunia, maka diberikan santunan 48 kali upah yang dilaporkan," jelasnya.

Potret Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Solo, Teguh Wiyono. (HO TribunWow.com)

Sementara untuk program jaminan pensiun, Teguh mengatakan para ahli waris korban terdampak akan mendapatkan dana pensiun per bulan dan juga beasiswa untuk anak mulai dari TK sampai dengan perguruan tinggi sebanyak dua orang.

"Ditambah lagi kalau ikut jaminan pensiun, pensiun tiap bulannya untuk ahli warisnya, kemudian untuk anaknya diberikan beasiswa dari TK sampai perguruan tinggi, untuk dua orang maksimal Rp 174 Juta," lanjutnya.

Lebih lanjut, Teguh juga turut membeberkan fasilitas yang didapatkan jika para masyarakat pekerja ikut serta dalam program jaminan sosial kematian.

"Untuk program kematian, maka akan diberikan santunan kematian meninggal sebab apapun yang penting di luar hubungan kerja, saat jalan-jalan meninggal dunia, kecelakaan ya dapatnya Rp 42 Juta, dia sakit karena penyakit dan meninggal dunia itu dapat Rp 42 juta," jelasnya.

Apabila sudah ikut program jaminan kematian selama tiga tahun, anak dari masyarakat pekerja tersebut akan mendapatkan bantuan beasiswa dari TK sampai dengan perguruan tinggi untuk dua orang.

"Kemudian kalau sudah ikut selama tiga tahun program jaminan kematian, anaknya pun diberikan bantuan beasiswa dari TK sampai perguruan tinggi untuk dua orang anak," ungkap pria kelahiran Karanganyar tersebut.

Kemudian ada lagi program jaminan hari tua.

Di mana, program jaminan hari tua ini tak ubahnya seperti menabung.

Iuran setiap bulan dengan suku bunga deposito yang bisa didapatkan di atas rata-rata 2 persen.

"Kemudian jaminan hari tua, ini sifatnya seperti tabungan, jadi iuran tiap bulan akan diberikan pengembangan, boleh diambil saat yang bersangkutan sudah tidak bekerja lagi, pengembangannya pasti di atas rata-rata suku bunga deposito itu di atas 2 persen tadi," ujarnya.

Di sisi lain, meski ada dua kategori yakni pekerja formal dan informal, secara santunan program, keduanya memiliki besaran yang sama.

"Semua program sama santunannya, meski formal maupun informal, dulunya pekerja aktif dan sekarang sudah mandiri itu tetap sama," lanjut Teguh.

Di sisi lain, Teguh turut memberikan pesan kepada generasi Milenial dan Gen Z yang cenderung lebih suka pekerjaan mandiri untuk ikut serta dalam program jaminan sosial BPJS

Ketenagakerjaan sebagai langkah antisipasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Melihat kondisi sekarang ini kan banyak pekerjaan-pekerjaan yang mandiri, generasi sekarang kan kebanyakan tidak mau terikat, maunya kerja mandiri suka-sukalah yang penting punya penghasilan, walaupun yang bersangkutan mampu dan berpenghasilan besar, namun, suatu saat ada risiko, dia tidak punya jaminan sosialnya tadi pasti akan memberatkan."

"Jaminan sosial pekerjaan ini, ini adalah bukti negara hadir, maka, negara hadir itu memperhatikan kesejahteraan masyarakat pekerjanya, maka harus diikuti, karena apa, itu tadi untuk jaga-jaga, Namanya perlindungan itu kan untuk jaga-jaga, kalau tidak ada risiko ya alhamdulilah, kalau ada risiko sudah tak memberatkan lagi," pungkasnya.

(TribunWow.com/Adi Manggala S)