TRIBUNWOW.COM - Pasca insiden ledakan selama dua hari di Lebanon, para dokter bedah bekerja hampir 24 jam tanpa henti untuk menangani para korban.
Dikutip dari bbc.com pada Jumat (20/9/2024), Dokter Bedah, Elias Jaradeeh mengatakan dirinya bekerja tanpa henti bagaikan sebuah 'robot'.
Ia menangani korban wanita dan anak-anak, namun mayoritas pasiennya adalah pria muda.
"Sebagian besar kehilangan penglihatan pada kedua matanya dan mengalami cedera parah," kata Dokter Elias.
Banyak korban tewas dan luka-luka termasuk anggota Hizbullah.
Baca juga: Ledakan Pager Hizbullah Guncang Lebanon: 9 Orang Tewas, 2750 Luka-luka
Akan tetapi, anggota keluarga mereka juga terluka atau terbunuh, termasuk orang-orang yang tidak bersalah.
Dokter Elias merupakan merupakan anggota parlemen dari Blok Parlemen Perubahan.
Ia bekerja di rumah sakit spesialis mata dan telinga, di mana sebagian besar korban ledakan dirawat.
Banyaknya korban akibat insiden ledakan membebani para tenaga medis, termasuk dirinya.
Ia mengatakan sebagian besar pasiennya adalah warga sipil.
"Itu sangat sulit. Anda harus memisahkan diri dan bekerja seperti 'robot'. Anda melihat bangsa ini terluka," kata Dokter Elias.
Menteri Kesehatan Lebanon mengatakan, para dokter bedah seperti Dokter Elias harus bekerja selama hampir 24 jam terus-menerus.
Banyak korban terluka parah, kehilangan fungsi tangan dan penglihatan.
"Dalam satu malam saya telah mengekstrasi mata rusak lebih banyak daripada yang pernah saya lakukan," kata Dokter Spesialis Mata, Prof. Elias Warrak.
Baca juga: Kali Ini Ulah Walkie-Talkie, Ledakan Gelombang Kedua Guncang Lebanon: 20 Orang Tewas, 450 Luka-luka
"Cedera yang dialami para korban akan mengubah hidupnya," kata Menteri Kesehatan Lebanon, Firras Abiad.
Abiad mengatakan bahwa serangan itu merupakan kejahatan perang.
Ledakan hari Selasa mengakibatkan sekitar 3.200 orang terluka.
Sementara itu, jumlah korban serangan hari Rabu dua kali lipat lebih banyak daripada sebelumnya.
Tercatat 450 orang terluka dan 25 orang tewas.
Para korban merupakan masyarakat sipil biasa.
Mereka bukan prajurit yang sedang bertempur di medan perang.
"Para korban berlumuran darah di rumah sakit, ambulans berdatangan dalam hitungan menit, mereka terluka di bagian wajah dan mata," kata Jurnalis Sally Abou al-Joud.
"Para pemuda berjalan dengan keadaan tangan, mata, dan pinggang terluka. Mereka tidak bisa melihat apapun," ungkap seorang wanita kepada BBC pada hari Kamis.
"Ini adalah pembantaian massal di dunia," imbuh wanita itu.
Baca juga: Konflik Israel dan Hizbullah Makin Memanas, Negosiasi Gencatan Senjata di Gaza Bakal Terpengaruh?
Banyak warga Lebanon yang mengatakan serangan ledakan itu memicu trauma mereka terhadap tragedi ledakan bom di Beirut.
Menurut Kedutaan Besar Teheran di Lebanon, lebih dari 90 orang yang terluka kini berada di Iran untuk perawatan yang lebih lanjut.
"Duta Besar Iran, Mojtaba Amani, kini kondisinya sudah 'sangat baik'," pernyataan Kedutaan Besar Teheran.
Menurut Abiad penggunaan 'senjata teknologi' merupakan hal yang sangat serius.
Tidak hanya bagi Lebanon, melainkan bagi seluruh negara di dunia.
Baca juga: Pimpinan Hizbullah Kembali Jadi Korban Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Selatan
Hizbullah mengatakan akan berhenti menembak apabila terjadi gencatan senjata di Gaza.
Sementara itu, Israel telah mengubah fokus militernya ke wilayah perbatasan Lebanon.
Israel bertujuan untuk memulangkan para penduduk yang mengungsi ke sana.
Menteri Kesehatan Abiad dan Dokter Elias pesimis perihal kemungkinan perdamaian dalam wakyu dekat.
Dokter Elias menggambarkan eskalasi di Lebanon merupakan 'efek balasan.'
"Lebanon harus bersiap menghadapi situasi terburuk," kata Abiad.
Dua serangan yang terjadi berturut-turut memperlihatkan niat Israel yang tidak mengarah pada penyelesaian diplomatik.
"Yang saya tahu posisi pemerintah jelas. Sejak awal, kami yakin Lebanon tidak menginginkan adanya perang," imbuh Abiad.
(Magang TribunWow.com/Suci Nur Aini)
Baca Berita Menarik Lainnya di Google News.