TRIBUNWOW.COM - Terjadi perpecahan antara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, terkait serangan di Gaza, Palestina.
Yoav Gallant menyebut pernyataan Benjamin Netanyahu soal "kemenangan total" atas Hamas adalah "omong kosong".
Kritik tersebut disampaikan Yoav Gallant selama pertemuan tertutup Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, Senin, 12 Juli 2024.
Baca juga: Hamas Tuntut Adanya Gencatan Senjata ketimbang Negosiasi: Perundingan Hanya Kedok Israel
"Saya mendengar semua pahlawan menabuh genderang perang, 'kemenangan mutlak', dan omong kosong ini," ujar Gallant, dilansir Anadolu Ajansi.
Menyusul kritikan Gallant, Kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Gallant "juga terikat oleh kemenangan mutlak."
"Saat Gallant mengadopsi narasi anti-Israel, ia merusak peluang tercapainya kesepakatan penyanderaan," kata pernyataan tersebut.
"Dia seharusnya menyerang (Yahya Sinwar), yang menolak mengirim delegasi ke perundingan (gencatan senjata), yang merupakan satu-satunya hambatan terhadap kesepakatan penyanderaan."
Minggu lalu, mediator Mesir, Qatar, dan AS mendesak Israel dan Hamas untuk menyelesaikan rincian gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera tanpa penundaan atau alasan lebih lanjut.
Sementara Israel mengatakan akan mengirim delegasi ke pembicaraan tersebut, Hamas menuntut para mediator menyampaikan rencana untuk melaksanakan proposal gencatan senjata yang didukung oleh Presiden AS, Joe Biden, yang telah disetujui pada 2 Juli.
Netanyahu menegaskan kembali pendiriannya, Israel harus mencapai "kemenangan mutlak" di Gaza.
"Ini adalah arahan yang jelas dari Perdana Menteri Netanyahu dan kabinet, dan ini mengikat semua orang, termasuk Gallant," kata pernyataan Kantor Netanyahu.
Pembicaraan tidak langsung yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir gagal menyetujui kesepakatan gencatan senjata permanen atas penolakan Netanyahu terhadap seruan Hamas untuk mengakhiri perang dan mengizinkan kembalinya warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Serangan Israel sejak saat itu telah menewaskan sekitar 39.900 korban, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 92.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 10 bulan sejak serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza masih hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.