Kunci Jawaban

Kunci Jawaban PKN Kelas 11 SMA Kurikulum Merdeka Uji Kompetensi Bab 1 halaman 30

Penulis: ElfanNugg
Editor: Elfan Fajar Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah peserta mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Inilah pembahasan kunci jawaban PKN kelas 11 SMA kurikulum merdeka uji kompetensi Bab 1 halaman 30 tentang menjiwai Pancasila.

TRIBUNWOW.COM - Simak pembahasan kunci jawaban PKN Kelas 11 SMA Kurikulum Merdeka uji kompetensi Bab 1 halaman 30.

Soal ini terdapat pada buku PKN untuk SMA Kelas 11 Kurikulum Merdeka, Bab 1: Menjiwai Pancasila.

Buku PKN Kelas 11 SMA Kurikulum Merdeka tersebut merupakan karya dari Sri Cahyati, Siti Nurjanah, dan Ali Usman. 

Kunci jawaban ini dapat digunakan orang tua atau wali untuk mengoreksi hasil belajar anak.

Orientasi dari pembelajaran PKN Kelas 11 SMA Bab 1 ialah siswa dapat menjiwai Pancasila dengan memahami keterkaitan antarsila Pancasila, makna sila-sila dalam Pancasila, mengimplementasikan Pancasila dalam tindakan, dan paham Pancasila sebagai ideologi negara.

Sebelum menengok hasil kunci jawaban pastikan siswa harus terlebih dahulu menjawab soal yang disiapkan.

Baca juga: Kunci Jawaban Antropologi Kelas 11 SMA Soal Normatif Bab 2 Halaman 162 163 164 165

Soal PKN Kelas 11 SMA uji kompetensi Bab 1 halaman 30

Soal PKN kelas 11 SMA kurikulum merdeka uji kompetensi Bab 1. Simak pembahasan kunci jawaban uji kompetensi Bab 1 PKN kelas 11 SMA kurikulum merdeka. (Buku PKN Kelas 11 SMA Kurikulum Merdeka karya dari Sri Cahyati, Siti Nurjanah, dan Ali Usman)

Baca juga: Kunci Jawaban Biologi Kelas 11 SMA Kurikulum Merdeka Halaman 171 174 179 189: Saraf dan Alat Gerak

Kunci jawaban PKN Kelas 11 SMA uji kompetensi Bab 1 halaman 30

1)  Mohammad Hatta dalam tulisannya berjudul Pengertian Pancasila (1977) menjelaskan bahwa sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri dan saling terpisah. 

Kelima sila tersebut membentuk satu kesatuan sebagai dasar dan ideologi negara yang makna dan penerapannya tidak bisa dipisah-pisah.

Dalam konteks ini, sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa hadir menjadi sila yang memimpin atau menjiwai seluruh sila-sila lainnya.

Untuk itu, pengamalan sila ketuhanan dalam Pancasila tidak hanya dalam bentuk-bentuk peribadatan agama/keyakinan seseorang, tetapi lebih luas dalam bentuk sikap mengasihi sesama manusia, membangun persatuan bangsa, aktif berdemokrasi, hingga mewujudkan kesejahteraan bersama sebagaimana diajarkan dalam sila kedua sampai kelima.

Begitu pun sebaliknya, pengamalan seseorang terhadap sila kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial dalam Pancasila, mesti dilihat sebagai bentuk keimanan dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana diajarkan oleh sila pertama.

2)  Hubungan sila pertama dan kelima. Keterkaitan atas keduanya melahirkan prinsip ketuhanan yang diamalkan dalam bentuk perilaku adil terhadap sesama serta berempati pada orang lain yang berada dalam kondisi kekurangan atau membutuhkan bantuan, seperti kemiskinan dan sebagainya.

Sebaliknya, berbagai perilaku yang mencerminkan empati atau sikap kepedulian sosial tersebut harus dianggap sebagai bentuk perwujudan keimanaan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3) Sebagai dasar dan ideologi negara serta pandangan hidup bangsa, Pancasila seharusnya diaktualisasikan oleh setiap individu bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, dalam realitanya seringkali hal itu sulit praktikkan.

Ini membuktikan bahwa terkadang masyarakat masih mengabaikan pengamalan sila-sila Pancasila. Ada beberapa contoh perilaku yang memperlihatkan bentuk pengamalan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: (1) sila pertama, menghormati perbedaaan agama atau keyakinan lain; (2) sila kedua, menolong masyarakat yang sedang tertimpa musibah bencana alam; (3) sila ketiga, mempergunakan produk-produk buatan dalam negeri; (4) sila keempat, menghargai pendapat orang lain saat berdiskusi dalam sebuah rapat; dan (5) sila kelima, tidak melakukan tindakan yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

4) Pancasila berkedudukan sebagai ideologi Negara Republik Indonesia karena Pancasila merupakan orientasi yang memandu negara Indonesia untuk mencapai tujuannya, yakni merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.

Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah mufakat, dan keadilan sosial yang tercermin sebagai ekspresi budaya, corak perekonomian, kehidupan sosial, dan spiritualitas masyarakat yang terdapat di dalam Pancasila merupakan modal sekaligus penuntun bagi terwujudnya cita-cita tersebut.

Jika Pancasila sebagai ideologi negara ditinggalkan, mustahil tujuan atau cita-cita tersebut dapat terwujud. Dengan demikian, Pancasila niscaya berkedudukan sebagai Ideologi Negara Republik Indonesia.

5) Pancasila sebagai leitstar dinamis memiliki maksud bahwa Pancasila merupakan bintang penuntun yang menggerakkan dan mengarahkan bangsa Indonesia dalam merespons dan mengantisipasi tantangan-tantangan setiap
zaman yang terus berubah.

Pancasila mampu membuat negara Indonesia mengatasi tantangan dan tuntutan yang ada serta mampu membuat negara Indonesia adaptif terhadap tantangan zaman tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip yang mendasarinya dan cita-cita yang ingin dicapai olehnya.

Dalam hal ini pula, Pancasila menyediakan cita-cita, kemauan, dan kemampuan untuk mewujudkannya.

Nilai ketuhanan mencita-citakan masyarakat yang mengejar kebajikan dan kebaikan serta dapat menjalankan ibadah tanpa hambatan.

Nilai kemanusiaan mencita-citakan masyarakat yang memperlakukan sesamanya secara adil dan beradab.

 Nilai kebangsaan mencita-citakan masyarakat yang berwatak persatuan, gotong-royong, dan mencintai tanah air.

Nilai kerakyatan/demokrasi mencita-citakan kedaulatan rakyat dengan asas permusyawaratan melalui lembaga perwakilan.

Nilai keadilan sosial mencita-citakan masyarakat yang adil dan makmur.

Baca juga: Kunci Jawaban Biologi Kelas 11 SMA Halaman 213 dan 221 Kurikulum Merdeka: Hormon Reproduksi Manusia

*) Disclaimer:

Jawaban di atas hanya digunakan untuk memandu proses belajar anak.

Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.

(Magang TribunWow/Muhammad Fadhilah Ilham Ar Rafi)