TRIBUNWOW.COM - Sejumlah pasangan calon sudah mempersiapkan diri jika pemilihan presiden bakal berlangsung dua putaran.
Hal ini terlihat dari beberapa survei yang menyebut Pilpres satu putaran sulit terwujud lantaran tak ada paslon yang menyentuh lebih dari 50 persen pemilih di Indonesia.
Isu yang santer berhembus adalah kubu Ganjar Pranowo - Mahfud MD akan bergabung dengan Anies Baswedan - Muhaimini Iskandar.
Baca juga: 5 Hasil Survei Terbaru Capres-Cawapres Januari 2024: Prabowo-Gibran Masih Unggul, Anies dan Ganjar?
Terlepas dari siapa yang bisa melanjutkan ke putaran kedua, paslon 01 dan 03 terus melakukan pendekatan.
Namun, perlu diketahui akan ada penghalang utama yang bisa saja merusak calon koalisi keduanya.
Dikutip dari Tribunnews, Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menyebut sulitnya 01 dan 03 jika bersatu lantaran masalah akar rumput.
Pasalnya, partai koalisi pengusung Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar yakni PKS dianggap sulit bersatu dengan PDIP.
"Nanti, PKS dan PDIP bersatu di akar rumput untuk mendukung capres yang sama. Kedekatan ini bisa saja terjadi namun hal ini bakal sulit untuk terealisasi," kata dia.
Pasalnya, PKS dan partai pengusung lainnya punya ambisi masing-masing soal dukungan capres.
Baca juga: Perbandingan Hasil Survei Elektabilitas Versi IPS, Buka Kemungkinan Satu Putaran setelah Debat
Mereka ingin mendapat limpahan suara atau efek ekor jas dari capres yang mereka usung.
Hal ini tentu bakal berbeda jika pemilu berlangsung dua putaran.
Besar kemungkinan partai pengusung Anies dan Ganjar bakal menyebar untuk bernegosiasi dengan paslon yang berkemungkinan menang.
"Pemilih Anies dan Ganjir tentu punya calon alternantif jika capres pilihan mereka tidak lolos diputaran pertama."
"Cukup sulit bagi elite paslon 01 dan 03 untuk memaksa pemilih untuk pindah dukungan, padahal di hati mereka sudah ada pilihan alternatif”, pungkasnya.
Hal senada juga dikatakan oleh eks kader PKS, Fahri Hamzah.
Menurut Fahri Hamzah, PKS dan PDIP menunjukkan perlawanan yang berbeda selama ini di masyarakat.
Termasuk ideologi keduanya yang sangat berbeda jauh.
“Dalam 10 tahun terakhir, PDIP dan PKS terus menerus menunjukkan kepada masyarakat dan bangsa Indonesia bahwa mereka berbeda bagai minyak dan air," kata Fahri Hamzah, Senin (15/1/2024).
"Dan itu betul-betul ditegaskan berkali-kali bahwa PDIP dan PKS tidak akan pernah berkoalisi dalam bentuk apapun."
Fahri menyebut bahwa keberadaan PDIP dan PKS sendiri merupakan kutub ekstrem dari polarisasi politik yang terjadi di Indonesia.
Bahkan Fahri menuding dua partai itu yang menyebabkan munculnya kelompok ekstrimis hingga muncul tiga partai.
Menurut Fahri, kelompok kanan menarik Anies Baswedan, sementara kelompok kiri ditarik oleh Ganjar Pranowo.
Diberitakan sebelumnya, menurut pengamat politik Jannus TH Siahaan, tren kedekatan kedua kubu Anies-Cak Imin dan Ganjar-Gibran mulai muncul setelah debat pertama presiden.
Saat itu Anies dan Ganjar bersama-sama menyerang Prabowo.
Dikutip dari Kompas.com, Jannus mengatakan ada pengaruh dari hasil survei yang banyak menyebut jika Pilpres akan berlangsung dua putaran.
"Lalu pada debat kedua, tren tersebut semakin jelas. Hal itu juga didukung oleh fakta hasil survei yang tidak juga memberi kepastian kepada kubu Prabowo soal pemilu satu putaran," kata Jannus dalam keterangannya seperti dikutip pada Senin (15/1/2024).
Selain itu, Jannus menilai tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran tak kunjung menembus angka 50 persen.
Baca juga: Terbaru! Hasil Survei Elektabilitas Capres-Cawapres seusai Debat Januari, Anies Vs Prabowo Vs Ganjar
Hal itu, menurut dia, memperlihatkan ceruk pemilih Prabowo-Gibran sudah masuk pada level klimaks dan sulit untuk ditingkatkan lagi.
"Artinya Pemilu berkemungkinan besar akan menjadi dua putaran. Nah, mau tak mau satu di antara dua akan lolos ke putaran kedua, melawan Prabowo- Gibran," ujar Jannus.
"Itu bisa saja Anies, ataupun Ganjar. Dan dengan tren perolehan suara Prabowo-Gibran yang tak juga tembus 50 persen, maka Anies dan Ganjar yang masuk putaran kedua berpeluang mengalahkan Prabowo, jika menggabungkan kekuatan," sambung Jannus.
Sementara itu, Kubu Prabowo Gibran melalui Juru Bicara Viva Yiga Mauladi menyebutkan siap merangkul siapa yang kalah dalam putaran pertama.
“Seandainya nanti ada putaran kedua, kami menginginkan pasangan yang kalah bergabung dengan Prabowo-Gibran,” kata Viva Yoga Mauladi dalam dialog di program Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Senin (15/1/2024).
Namun, keputusan merangkul tersebut nantinya akan dibahas bersama para pimpinan partai politik pengusung Prabowo-Gibran.
“Proses koalisi itu sangat ditentukan oleh pimpinan partai politik karena pengusung calon presiden dan calon wakil presiden adalah partai politik atau gabungan partai politik,” ujar Yoga.
Yoga mengatakan, saat ini TKN Prabowo-Gibran masih fokus dalam upaya pemenangan pemilihan presiden dengan menyampaikan program-program supaya mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Meski begitu, Yoga menyatakan, mereka tetap terbuka berkomunikasi dengan kedua kubu pesaingnya. (TRibunWow.com)