TRIBUNWOW.COM - Jonathan Bustos potensi out dari PSS Sleman? Tiga cikal bakalnya angkat kaki mencuat, BCS-Slemania cek sebabnya.
Dilansir TribunWow.com, PSS Sleman bakal disibukkan dengan potensi banyaknya para pemain bintang yang memiliki kans untuk angkat kaki di akhir musim.
Dan nama Jonathan Bustos menjadi satu di antara pemain yang memiliki kans angkat kaki pada akhir musim mendatang.
Setidaknya, ada tiga cikal bakal PSS Sleman kans bakal ditinggalkan oleh Jonathan Bustos.
Baca juga: PSS Sleman Diusik Persija Jakarta-Barito Putera? 2 Pilar Utama Super Elja Rawan Kena Godaan & Bajak
BCS-Slemania cek tiga cikal bakal Jonathan Bustos angkat kaki berikut ini:
1. Kontrak Segera Expired
Cikal bakal pertama Jonathan Bustos angkat kaki dari PSS Sleman adalah kontraknya yang segera akan expired.
Kontrak Jonathan Bustos akan segera usai bersama PSS Sleman.
Didatangkan PSS Sleman pada 1 Juli 2023, kontrak Jonathan Bustos bakal segera usai pada 30 Juni 2024.
Jika tak kunjung diperbaharui, kans Jonathan Bustos untuk angkat kaki dari PSS Sleman terbuka lebar.
Mengingat, performanya yang terbilang konsisten di tiga musim terakhir bisa jadi sebabnya.
Baca juga: PSS Sleman Rasa Borneo FC? Risto Vidakovic Potensi Boyong 3 Mantan Anak Emasnya, BCS-Pusamania Cek
2. Godaan dari Tim Lain
Cikal bakal kedua berkaitan dengan godaan dari pihak eksternal atau dari tim lain di bursa transfer awal musim mendatang.
Nama Bustos tentu bakal jadi komoditi panas bursa transfer awal musim Liga 1 2024/2025 mendatang.
Pasalnya, performa konsisten dalam beberapa musim jadi dasar yang bisa membuat tim-tim di Liga 1 bakal tertarik menggunakannya.
Terkini, Jonathan Bustos mampu catatkan 4 gol dan 4 assist bagi PSS Sleman dari 21 pertandingannya.
Catatan itu masih berpotensi besar bertambah mengingat gelaran Liga 1 musim 2023/2024 masih berlanjut.
Di musim 2021/2022, Jonathan Bustos mampu bukukan 5 gol dan 6 assist dari 28 pertandingannya di Borneo FC.
Dan di musim 2022/2023, gelandang Argentina itu mampu lesatkan 5 gol dan 8 assist dari 30 pertandingan bersama Borneo FC.
Jika tak kunjung memberikan sodoran kontrak baru, tak menutup kemungkinan PSS Sleman bakal kehilangan pemain asal Argentina tersebut.
Mengingat, Persija Jakarta berpotensi bakal mengusik pemain berusia 29 tahun itu karena saat ini mereka tak memiliki otak serangan yang pandai dalam mengalirkan bola, memainkan ritme dan lihai dalam melakukan tusukan ke lini depan.
Persija Jakarta hanya tercatat memiliki Maciej Gajos yang lebih berperan sebagai pengalir bola atau cenderung sebagai CMF.
3. PSS Sleman Terancam Sanksi
PSS Sleman memang tak dalam ancaman nyata zona merah degradasi.
Klub berjuluk Laskar Super Elja itu mampu mengoleksi 26 poin dari 23 pertandingan dengan rincian 6 kali kemenangan, 8 hasil seri dan 9 kali menelan kekalahan.
Hasil itu membuat PSS Sleman sementara bertengger di posisi ke-12 klasemen sementara.
Terpaut lima poin dari Arema FC yang bertengger di posisi zona merah degradasi.
Lantas, apa yang sebabkan PSS Sleman kini tengah digelayuti awan mendung?
Sebagaimana diketahui, awan mendung tengah menggelayuti PSS Sleman disebabkan karena dugaan kasus match fixing yang membelenggu tim Super Elang Jawa tersebut.
Match fixing tersebut terjadi di laga PSS Sleman kontra Madura FC di babak 8 besar Liga 2 2018 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, 6 november 2018.
Dalam jalannya laga, terlihat beberapa kejanggalan terjadi.
Mulai dari gol pemain Madura FC, Usman Pribadi yang dianulir wasit karena dianggap offside namun sejatinya on-side.
Dan juga adanya pergantian wasit M. Reza Pahlevi yang digantikan oleh wasit cadangan Agung Setiawan di tengah laga akibat cededera yang dialami wasit utama.
Hingga gol PSS Sleman di menit ke-81 yang terjadi melalui gol bunuh diri bek Madura FC, Choirul Rifan yang salah menghalau bola umpan silang pemain PSS Sleman, Ilhamus Irhas.
Kontroversi terjadi ketika proses terjadinya gol Ilhamul Irhas yang sejatinya lebih dulu berada dalam posisi offside ketika mendapatkan umpan terobosan.
Namun, pada saat itu, asisten wasit tidak mengangkat bendera pertanda offside terjadi.
Dari rentetan bukti yang diungkap, ada delapan tersangka yang pada akhirnya sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Satgas Antimafia Bola.
Para tersangka tersebut di antaranya adalah Vigit Waluyo yang disebut dengan inisial (VW), serta para wasit yang bertugas di laga itu yakni M. Reza Pahlevi, Agung Setiawan, Khairuddin, dan Ratawi.
Sementara tiga orang lainnya adalah Dewanto Rahadmoyo Nugroho (yang ketika itu menjabat sebagai asisten manajer klub PSS), Kartiko Mustikaningtyas (LO wasit), dan satu orang yang masih berstatus DPO yaitu Gregorius Andy Setyo.
"Pengungkapan pertama adalah kasus match fixing yang kemudian kami temukan ada upaya pengaturan skor agar klub lolos degradasi. Ini semua adalah hasil data intelijen, ada salah satu aktor intelektual, namanya cukup malang melintang, inisial VW. Alhamdulillah ini bisa kami ungkap," kata Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Mabes Polri, minggu lalu.
"Secara umum kami mengindikasi pihak klub melobi perangkat pertandingan untuk bisa memenangkan klub, pihak klub telah mengeluarkan uang Rp1 miliar untuk melobi wasit, ada 19 saksi, dan 8 tersangka," ucap Kasatgas Antimafia Bola Asep Edi Suheri yang menimpali dikutip TribunWow.com dari Tribunnews.com.
Adapun, pada kasus itu, sosok Vigit dinilai sebagai aktor utama sudah diberikan sanksi PSSI tidak boleh terlibat dalam sepak bila seumur hidup pada 2019 lali.
Dan kali ini, sosoknya juga mendapatkan jeratan hukuman negara akibat ulahnya itu.
"Kami telah mengamankan barang bukti, berkas perkara sudah kami kirimkan ke Kejaksaan Agung, kami menunggu perintah berkas P21. tersangka VW akan kami perlihatkan," kata Asep.
Adanya temuan tersebut membuat PSS Sleman turut terseret hingga berpotensi besar terkena imbas degradasi ke Liga 2 secara otomatis dan denda sekurang-kurangnya Rp150.000.000.
“Siapa saja yang melakukan tingkah laku buruk terlibat suap, baik dengan cara menawarkan, menjanjikan atau meminjam keuntungan tertentu dengan memberikan atau menerima sejumlah uang atau sesuatu yang bukan uang tetapi dapat dinilai dengan uang dengan cara dan mekanisme apapun kepada atau oleh perangkat pertandingan, pengurus PSSI, ofisial, pemain, dan/atau siapa saja yang berhubungan dengan aktivitas sepak bola atau pihak ketiga baik yang dilakukan atas nama pribadi atau atas nama pihak ketiga itu sendiri untuk berbuat curang atau untuk melakukan pelanggaran terhadap regulasi PSSI termasuk Kode Disiplin PSSI ini dengan maksud mempengaruhi hasil pertandingan, harus diberikan sanksi.”
Kemudian pada poin 5 dituliskan, “Klub atau badan yang anggotanya (pemain dan/atau ofisial) melakukan pelanggaran sebagaimana diatur dalam ayat (1) dan pelanggaran tersebut dilakukan secara sistematis (contoh: dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa anggota dari klub atau badan tersebut) dapat dikenakan sanksi: A. Diskualifikasi, untuk klub non-Liga 1 dan non-Liga 2, B. Degradasi, untuk klub partisipan Liga 1 dan Liga 2. C. Denda sekurang-kurangnya Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).”
Selain itu, potensi lain yang dapat terimbas akibat adanya permasalahan tersebut adalah para pemain bintang PSS Sleman yang potensi hengkang jika Laskar Super Elja benar terdegradasi.
Baca juga: PSS Sleman Siaga 1: 5 Pemain Naik Daunnya Kans Kena Goda di Akhir Musim, Persija-Barito Pantau Sikon
Profil Jonathan Bustos
Dilansir TribunWow.com dari Transfermarkt, berikut profil lengkap Jonathan Bustos:
Nama di negara asal : Jonathan Ezequiel Bustos
Tanggal lahir : 29 Juni 1994
Tempat kelahiran : Buenos Aires, Argentina
Usia : 28
Tinggi : 1,74 m
Kewarganegaraan : Argentina
Posisi : Gelandang Serang/Attacking Midfielder
Kaki : Kiri/Left
Klub Saat Ini : PSS Sleman
Bergabung : 1 Juli 2023
Kontrak berakhir : 30 Juni 2024
Pilihan kontrak : -
Perpanjangan kontrak terakhir : -
Statistik Jonathan Bustos
1. Borneo FC: 64 pertandingan, 11 gol, 16 assist, dan 5.305 menit bermain
2. AE Larisa: 24 pertandingan, 1 gol dan 1.092 menit bermain
3. PSS Sleman: 21 pertandingan, 4 gol, 4 assist dan 1.779 menit bermain.
(TribunWow.com/Adi Manggala S)