Terkini Daerah

4 Fakta Kasus Pembunuhan Berantai di Wonogiri, Berawal dari Penemuan Kerangka hingga Motif Pelaku

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Konferensi pers pembunuhan berantai di Wonogiri Sabtu (9/12/2023).

TRIBUNWOW.COM - Fakta kasus pembunuhan berantai di Wonogiri, Jawa Tengah berawal dari pengungkapan kasus pencurian hingga motif pelaku.

Diketahui, Polres Wonogiri berhasil mengungkap kasus pembunuhan berantai yang dilakukan beberapa tahun lalu.

Pembunuhan berantai itu terungkap setelah ditemukannya kerangka manusia di dua lokasi berbeda di wilayah Kecamatan Girimarto, Wonogiri, Jawa Tengah.

Baca juga: Fakta Viral TikToker Lumajang Disomasi setelah Hapus Stiker Caleg di Rumahnya, Awalnya Niat Edukasi

Ternyata, kerangka itu merupakan kerangka dari dua orang korban, Agung Santosa, warga Kecamatan Trucuk, Klaten dan Sunaryo, warga kecamatan Jatipurno, Wonogiri.

Keduanya dihabisi oleh Sarmo dalam waktu berbeda.

Kini, Sarmo telah ditangkap dan ditahan oleh Polres Wonogiri.

Dilansir Tribunnews.com, berikut fakta-fakta dari kasus pembunuhan berantai di Wonogiri:

1. Penemuan Kerangka Berawal dari Pengungkapan Kasus Pencurian

Terkuaknya kasus pembunuhan berantai itu berawal dari kasus pencurian gergaji mesin di Ngadirojo, Wonogiri yang diungkap polisi.

Dari pengembangan kasus pencurian itu, akhirnya terungkap kasus pembunuhan.

Adapun kerangka manusia itu ditemukan di Dusun Ciman, Desa Semagar, Kecamatan Girimarto pada Kamis (7/12/2023).

Berdasarkan keterangan warga sekitar, yakni Sugeng mengatakan salah satu kerangka manusia ditemukan di tempat pemotongan kayu.

Sementara, kerangka manusia lainnya ditemukan di tengah hutan.

"Ada 2 lokasi, yang pertama di alas sekitar 400 meter dari sini, lumayan jauh," kata Sugeng, Jumat (8/12/2023).

"Kemudian yang kedua digali di tempat pemotongan kayu," sambungnya.

Baca juga: Prabowo Acuh soal Dinasti Politik, Kenang Kariernya di TNI Kerap Dikaitkan dengan Soeharto: Enak Aja

2. Dua Kerangka Merupakan Kerangka Korban Pembunuhan

Setelah dilakukan pendalaman oleh polisi, dua kerangka manusia itu merupakan kerangka dari korban pembunuhan.

Dua korban itu yakni Agung Santosa, warga Kecamatan Trucuk, Klaten dan Sunaryo, warga kecamatan Jatipurno, Wonogiri.

Keduanya dihabisi oleh pelaku, Sarmo, pada tahun yang berbeda.

Pembunuhan pertama dilakukan pada 2021, dan pembunuhan kedua pada 2022.

"Tindak pidana pembunuhan yang terjadi ini sudah cukup viral di tahun 2021 dan 2022. Karena kurangnya alat bukti kita selalu memantau pergerakan diduga tersangka. Atas beberapa petunjuk kita bisa penangkapan dan tersangka mengakui," kata Kapolres Wonogiri AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah, Sabtu (9/12/2023).

Adapun tersangka adalah Sarmo, warga Kecamatan Girimarto, Wonogiri.

Sarmo diketahui melakukan pembunuhan terhadap dua orang yakni Agung Santosa di tahun 2021 dan Sunaryo di tahun 2022.

Menurut Kapolres, Sarmo melakukan pembunuhan terhadap dua korban itu dengan memberikan racun ke minuman korban.

Usai membunuh, pelaku menghilangkan jasad korban dengan dikubur.

Pelaku pembunuhan berantai yang diamankan Polres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023). (Tribunsolo.com/Erlangga Bima Sakti)

Baca juga: Saling Untung Khofifah yang Gabung Prabowo-Gibran setelah Dapat Sokongan 4 Partai untuk Pilgub 2024

3. Motif Pembunuhan

Sarmo nekat menghabisi dua korban lantaran terpojok terkait hubungan bisnis dengan kedua korban.

Korban Agung merupakan rekan bisnis, sementara korban Sunaryo adalah penggadai mobil milik Sarmo.

Terhadap dua korban, pelaku memiliki hubungan utang-piutang.

Menurut pelaku, kedua korban dihabisi dengan menggunakan racun apotas.

"Alasannya utang piutang sama bisnis kerja. Pakai apotas, dua-duanya. Dimasukkan ke esteh terus dikasihkan Pak Sunaryo. Pak Agung saya kasih botol aqua yang kecil," kata Sarmo, di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).

Sarmo mengatakan dirinya ditekan oleh kedua korban. Perkataan korban membuatnya emosi sehingga memutuskan untuk menghabisi nyawa keduanya.

"Tega membunuh karena tekanan, yang pertama (korban Agung) saya selalu di pojokkan. Intinya tidak bisa menerima kalau penggergajian sepi. Dia juga ingin penggergajian dipindah ke Klaten," ujarnya.

"Bagi hasilnya kalau pas ramai bisa penuh, karena sepi berkurang dia tidak bisa menerima, mintanya penuh terus. Dikira saya korupsi, saya tidak becus," imbuh Sarmo.

Sarmo mengelabui korban pertama Agung dengan lari ke sebuah gubung.

Di situ ia menaruh apotas yang telah dibawa sebelumnya di jok motor ke dalam minuman yang kemudian diminum oleh Agung.

"Itu tidak mengajak, karena saya sudah terlalu banyak ditekan sama Agung, saya tidak sanggup akhirnya saya lari ke gubug, akhirnya Agung nusul lewat jalan berbeda," ujarnya.

Setelah korban meregang nyawa, Sarmo berusaha menghilangkan barang bukti dengan menguburkan jasad korban.

"Dikubur di Alas Dorog, sama gubug lumayan jauh, saya gotong sendiri," jelasnya.

Sementara itu, dengan korban Sunaryo, Sarmo mengakui mempunyai urusan utang piutang. Sarmo menggadaikan mobil Grandmax ke Sunaryo dengan nilai sebesar Rp 48 juta.

"Seharusnya saya kan sudah mengambil, karena sudah tempo saya belum bisa, akhirnya dia (Sunaryo) terus menekan saya. Telatnya dua bulan," jelasnya.

Sarmo mengatakan korban Sunaryo selalu menekannya dengan kata kasar. Menurutnya korban juga mengatainya kalau tidak bisa dipercaya, hal itu yang membuatnya emosi.

"Korban bilang sudah dibantu tapi tidak bisa mengerti, pokoknya mencaci-maki saya," kata Sarmo.

Ia pun menghabisi nyawa Sunaryo dengan sebotol air putih yang juga dicampur apotas.

Tak jauh beda, ia mengubur jasad korban di bawah dipan yang berada di tempat penggergajian kayu miliknya.

Sarmo mengakui bahwa dirinya takut usai melakukan pembunuhan itu.

Berbagai cara dia lakukan untuk menghilangkan barang bukti. Salah satunya dengan membakar jasad Sunaryo.

"Saya kubur dulu tiga bulan. Kemudian ada Polisi naik ke atas (tempat penggergajian) saya panik. Dari kepanikan muncul inisiatif untuk menghilangkan jejak dengan membakar," jelasnya.

Ia pun sempat tidak mengakui perbuatan kejinya ini. Berbagai upaya ia lakukan untuk menghilangkan barang bukti.

"Setiap diinterogasi saya tidak mengaku. Sekecil apapun barang bukti selalu berusaha saya hilangkan," ujarnya.

Baca juga: Hasil Survei Litbang Kompas Terbaru, Prabowo Unggul 39,3 Persen, Ganjar Terakhir, Bandingkan Lainnya

4. Pelaku Rekayasa Seolah-olah Korban Minggat

Untuk menutupi kasus pembunuhan itu, pelaku Sarmo merekayasa chat korban Agung dengan istrinya.

Setelah menghabisi Agung, Sarmo mengirimkan pesan singkat menggunakan smartphone milik Agung seolah-olah itu pesan dari Agung sendiri.

Dalam chat itu, Agung menyatakan pergi dari rumah karena memiliki anak dan istri di tempat lain.

Meski begitu, istrinya, Katin tidak langsung percaya akal bulus Sarmo.

"Bahasanya seolah-olah pak Agung, tapi saat di telepon tidak diangkat," jelas Katin ketika ditemui TribunSolo.com, Sabtu (9/12/2023).

Smartphone milik Agung masih aktif setelah ia meregang nyawa.

Ia mengatakan selang 1-2 hari sang suami hilang, HP milik Agung masih aktif.

Namun ketika di hubungi telepon tidak menjawab, hanya membalas lewat chatting atau pesan.

"Sebagai istri saya ya mengetahui, kalau itu bukan suami saya. Karena suami (Agung) senangnya ngebel (telepon), tidak chatting," ujar Katin.

Kebiasaan Agung tersebut, karena ia ingin cepat berkomunikasi dengan Katin.

"Dia pengen cepat (hubungi) kalau sama saya, nggak senang WA (via teks)," paparnya.

Pelaku juga menggunakan bahasa Jawa Timuran yang menambah kecurigaannya.

"Dikit-dikit (balasannya), ini jelas bukan dia. Janggal," kata Katin.

Adik Agung, Wartono menambahkan kalau beberapa kali dihubungi memakai nomor Agung untuk menjemput.

"Pernah di WA (Whatsapp), meminta di suruh jemput di Delanggu, suruh ketemu di Lapangan Joho Sukoharjo pernah juga. Saat kita ke sana, tidak ada orangnya," ungkap Wartono.

Meski begitu, Kanti mengatakan kalau pihaknya dan keluarga tidak mendapat ancaman.

"Tidak ada (ancaman), ini (hubungi) hanya mengaburkan alibi. Dia seolah-olah mengatakan (sebagai) Agung," pungkasnya.

Sementara itu, keluarga korban Sunaryo mengatakan Sunaryo hilang pada 27 April 2022 setelah berpamitan untuk mengembalikan mobil yang digadai.

Sunaryo sudah membuat janji dengan Sarmo.

"Usai salat tarawih, Sunaryo pamitan untuk mengantar mobil ke rumah Sarmo," papar adik Sunaryo, Hertanti pada TribunSolo.com, Minggu (10/12/2023).

Setelah pamitan itu, dia tidak kembali.

"Setelah mengantar mobil itu mas Sunaryo tidak pernah pulang," ujarnya.

Ia menambahkan, sempat mendapat pesan singkat menggunakan nomor Sunaryo satu hari setelah mengantar mobil itu.

"Pesan singkat pertama meminta uang tebusan sebesar Rp 4 Juta lalu kedua meminta Rp 40 Juta, sempat ibu saya akan mentransfer, tetapi saat dimintai rekening nomor Sunaryo sudah tidak merespon," terangnya.

Pihak keluarga mengetahui, yang meminta uang melalui pesan singkat itu bukanlah Sunaryo,

Sebab Sunaryo biasa membalas pesan dengan pesan suara.

Setelah itu, Sunaryo tidak diketahui nasibnya hingga kini terungkap ia menjadi korban pembunuhan.

(Tribunnews.com/Daryono) (TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti/Septiana Ayu Lestari/Anang Maruf Bagus Yuniar )

Baca berita lainnya

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Fakta Pembunuhan Berantai di Wonogiri, Berawal dari Kasus Pencurian dan Temuan Kerangka Manusia