Pilpres 2024

Menanti Sosok yang Ideal Jadi Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024, Persaingan Makin Alot?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar bertumpu tangan usai menandatangani kerjasama politik di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (13/8/2023). Pada momen tersebut Golkar dan PAN resmi mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (bacapres) 2024.

TRIBUNWOW.COM - Bakal Calon Presiden (Bacapes) dari Partai Gerindra yakni Prabowo Subianto kini menghadapi rumitnya pemilihan sosok bakal calon wakil presiden (Bacawapres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti.

Seperti diketahui, Prabowo Subianto baru saja mendapat dukungan dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar untuk menjadi Capres 2024.

Kini, tujuan Prabowo Subianto setelah deklarasi dukungan itu beralih kepada siapa sosok yang bakal diajukan menjadi Bacawapres.

Baca juga: Peluang Erick Thohir Jadi Cawapres Prabowo setelah PAN Bergabung dengan Koalisi Golkar dan PKB

Saat ini terdapat 4 partai politik yang mendukung Prabowo Subianto melalui Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Partai politik itu adalah Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), PAN, dan Partai Golkar.

Dengan bergabungnya PAN dan Golkar maka KKIR saat ini mempunyai kekuatan suara cukup besar.

Tercatat terdapat 4 partai yang lolos di parlemen bergabung di dalam KKIR yakni Gerindra, PKB, Golkar, PAN.

Sedangkan partai non parlemen yang mendukung KKIR adalah Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Aceh dengan status partai lokal.

Jika dilihat dari persentase masing-masing perolehan suara parpol anggota KKIR dalam Pemilu 2019 silam, koalisi itu sudah meraih 42,01 persen suara dari partai yang berada di parlemen, atau 265 dari 575 kursi di legislatif.

Baca juga: Andre Taulany Kunjungi Prabowo Subianto, Netizen Ingatkan Pernyataan Istri yang Pernah Hina Menhan

Persentase itu sudah melampaui ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) 20 persen, seperti ditetapkan dalam Pasal 222 Undang Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Menurut hasil Pemilu 2019, Gerindra mendapatkan 12,57 persen suara, PKB mendapatkan 9,69 persen suara, Golkar mendapatkan 12,31 persen suara, PAN meraih 6,24 persen suara.

KKIR juga mendapatkan dukungan dari Partai Bulan Bintang (PBB) yang mempunyai 0,79 persen perolehan suara dalam pemilu 2019 lalu.

Misteri Bakal Cawapres Prabowo

PKB yang sejak awal menggagas KKIR bersama Gerindra menyodorkan sang Ketua Umum Muhaimin Iskandar (Cak Imin) buat dipilih menjadi bakal cawapres Prabowo.

Akan tetapi, persoalannya adalah elektabilitas Muhaimin dinilai kurang mumpuni buat memberikan insentif elektoral kepada Prabowo.

Dalam hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang diselenggarakan pada 31 Maret sampai 4 April 2023 lalu, elektabilitas Muhaimin berada di angkat 1,9 persen.

Sementara itu, dalam survei Indikator Politik Indonesia pada 8-13 April 2023 memperlihatkan elektabilitas Muhaimin juga berada di urutan bawah yakni 2,8 persen.

Baca juga: Ridwan Kamil Sempat Beri Selamat ke Ganjar Pranowo Jadi Capres, Golkar Kini Malah Dukung Prabowo

Di sisi lain, PAN sejak beberapa waktu lalu gencar menyodorkan Erick Thohir sebagai kandidat bakal cawapres.

Elektabilitas Erick pun selalu berada dalam posisi 3 besar di dalam hasil jajak pendapat lembaga survei terkait kandidat bakal cawapres 2024.

Dalam survei LSI pada pada 31 Maret sampai 4 April 2023, Erick menempati posisi ketiga dengan elektabilitas 13 persen.

Sementara di atas Erick terdapat sosok Sandiaga Salahuddin Uno dengan elektabilitas 18,9 persen, dan Ridwan Kamil di puncak dengan 19,6 persen.

Dalam hasil survei Indikator Politik Indonesia pada 8-13 April 2023 juga menunjukkan elektabilitas Erick Thohir sebagai kandidat bacawapres berada di posisi 3 besar dengan 11,8 persen.

Menurut survei Indikator, elektabilitas Ridwan Kamil sebagai bakal cawapres juga berada di posisi puncak dengan 19,7 persen.

Di bawahnya terdapat Sandiaga Uno dengan elektabilitas mencapai 18,4 persen.

Kemungkinan proses perundingan di antara para partai anggota KKIR bakal alot buat menentukan sosok bakal cawapres.

Sebab selain Gerindra, semua partai memiliki posisi tawar tersendiri.

Contohnya PKB. Mereka yang pertama kali menggagas koalisi itu dengan Gerindra dan bahkan sudah mendirikan sekretariat pemenangan bersama.

Akan tetapi, jika dilihat dari persentase masing-masing perolehan suara parpol anggota KKIR dalam Pemilu 2019 silam, maka PKB yang mendulang 9,69 persen suara kalah dari Golkar.

Golkar menjadi partai dengan persentase suara terbesar kedua di KKIR.

Dalam Pemilu 2019 partai berlambang pohon beringin itu mendapatkan 12,31 persen suara.

Selain itu, Golkar juga bisa mengajukan sosok kadernya yakni Ridwan Kamil dan Airlangga Hartarto sebagai bakal calon wakil presiden Prabowo.

Baca juga: Reaksi Anies Baswedan setelah Banyak Partai Dukung Prabowo, Tetap Yakin Menang 2024

Akan tetapi, elektabilitas Airlangga dalam beberapa hasil survei berada di luar posisi 10 besar.

Sedangkan PAN memiliki persentase suara paling kecil di KKIR, yakni 6,24 persen suara.

Akan tetapi, mereka mempunyai kandidat yang diunggulkan yakni Erick Thohir buat disodorkan kepada Prabowo buat dipilih menjadi bakal cawapres.

Apalagi elektabilitas Erick juga selalu berada pada posisi 3 besar kandidat bakal cawapres.

Menurut peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, penentuan sosok bakal cawapres Prabowo memang bakal menjadi hal yang mesti dipecahkan oleh seluruh anggota KKIR.

"Tantangan saat ini bagi koalisi partai-partai politik pengusung Prabowo Subianto adalah mencapai titik temu konsensus siapa figur bakal calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto," kata Bawono dalam keterangannya pada Minggu (13/8/2023).

Bawono menilai wajar jika partai-partai pengusung Prabowo Subianto berhadap kader terbaik mereka atau figur memiliki kedekatan politik dengan mereka dapat digandeng menjadi pendamping bakal cawapres.

"Agar mereka memperoleh efek ekor jas dalam pemilu 2024 mendatang," ujar Bawono. (*)

Baca berita Pilpres 2024 lainnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Koalisi Makin Besar, Persaingan Bakal Cawapres Prabowo Bakal Alot?"