TRIBUNWOW.COM – Inilah profil Rocky Gerung, pengamat politik yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya terkait dugaan penghinaan terhadap Jokowi.
Laporan itu dibuat oleh kelompok pendukung Jokowi bernama Relawan Indonesia Bersatu pada Senin, 31 Juli 2023, buntut dari video Rocky Gerung yang berisi ucapan kasar menghina Jokowi
Rocky Gerung disebut telah melanggar UU Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Tanggapi soal Dugaan Rocky Gerung yang Hina Jokowi: Kini Dia Tak Punya Kelas
Video tersebut merupakan cuplikan orasi dari rangkaian acara Konsolidasi Akbar Aliansi Aksi Sejuta Buruh bersama Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang dilaksanakan di Bekasi pada Sabtu (29/7/2023).
Dalam cuplikan tersebut, Rocky Gerung awalnya hanya menyinggung tentang Langkah Jokowi yang harus pergi ke China untuk menawarkan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Namun, dalam orasi itu terdapat kata-kata yang tidak layak dan cenderung merendahkan martabat Jokowi.
"Ambisi Jokowi adalah mempertahankan legasinya, dia masih pergi ke Cina untuk menawatkan IKN, itu baj*ngan yang t*l*l," ucap Rocky Gerung dalam videonya, dikutip dari Sripoku.com Selasa (1/8/2023).
Lantas siapakah sosok Rocky Gerung yang namanya kini mulai merebak menjadi perbincangan publik karena menghina Jokowi?
Profil Rocky Gerung
Dilansir dari Tribunnews.com dan Wikipedia, Rocky Gerung merupakan pengamat politik sekaligus dosen tidak tetap Universitas Indonesia (UI) yang lahir di Manado, 20 Januari 1959 lalu.
Bukan hanya itu, Rocky Gerung juga merupakan seorang peneliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D).
Sebagai seorang akademisi, Rocky Gerung memiliki peminatan dalam Ilmu Filsafat.
Ia banyak menulis tentang filsafat feminisme dan berhasil menambatkan beberapa tulisannya di Jurnal Perempuan yang dikelola oleh Yayasan Jurnal Perempuan.
Dirinya juga termasuk alumni Jurusan Ilmu FIlsafat Universitas Indonesia.
Sejak mengemban Pendidikan di UI, Rocky Gerung telah berhubungan dengan beberapa aktivis berhaluan sosial seperti Marsillam Simanjuntak dan Hariman Siregar.
Setelah berhasil menyandang gelar S1, Rocky Gerung memutuskan untuk kembali ke UI dan mengajar di Departemen Ilmu Filsafat.
Namun, ia harus berhenti mengajar karena terdapat aturan yang menyebutkan bahwa syarat menjadi dosen minimal harus bergelar magister sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005.
Baca juga: Gibran Tanggapi Santai soal Rocky Gerung Hina Jokowi, sedangan Prabowo Diminta Bersuara untuk Bela
Sering terlibat dengan para aktivis, Rocky kemudian ikut mendirikan Setara Institute.
Selain Setara Institute yang memberikan wadah pemikiran di bidang demokrasi dan hak asasi manusia pada 2005, Rocky juga pernah mendirikan Patai Indonesia Baru (PIB) pada 2002.
Terlepas dari PIB, ia beraih ke Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) tahun 2011 dan didapuk sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai SRI.
Partai itu juga yang pernah mencalonkan Sri Mulyani sebagai presiden dalam Pilpres 2014.
Setelah melewati proses verifikasi administrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, SRI gagal melewati proses tersebut.
Mereka tidak dapat mengangkat Sri Mulyani sebagai orang penting di Indonesia dalam Pemilu 2014.
Rocky Gerung juga dikenal melalui karya-karyanya.
Terdapat tiga buku dan enam jurnal rilisan pria asal Manado tersebut.
Di antaranya, buku berjudul Demokrasi dan Kekecewaan yang telah terbit pada 2009 serta jurnal berjudul Feminisme versus Kearifan Lokal yang diterbitkan pada 2008.
Baca juga: Pembelaan Rocky Gerung soal Dugaan Hina Presiden: Saya Menghormati Pak Jokowi
Kini, namanya mulai menjadi perbincangan publik setelah unggahan videonya yang diduga menghina Jokowi.
Dalam video tersebut, Rocky menyebut Jokowi hanya mementingkan nasib diri sendiri.
Ia bahkan sempat menggunakan kata-kata kasar yang dinilai tidak etis dilontarkan bagi petinggi negara tersebut.
Buntut dari pernyataan tersebut, kini Rocky Gerung dilaporkan ke Polda Metro Jaya terkait dugaan penghinaan.
Ketua Umum Barikade 98, Benny Rhamdani juga menjelaskan bahwa penghinaan tersebut tidak bisa ditolerir lagi.
Ia mengaku pihaknya telah sering memendam kesabaran terkait sejumlah dugaan penghinaan yang ditujukan bagi Presiden Indonesia. (TribunWow Magang/Novema Kumalasari)