Berita Viral

Utang Rp 145 Juta ke Warung Makan, Mandor Masjid Sheikh Zayed Bakal Didatangi Gibran jika Tak Bayar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemilik warung makan Restu Bunda, Dian (kanan), ketika membeberkan warungnya diutangi pekerja proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo hingga Rp 145 juta. Menanggapi kasus ini, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka berencana untuk mendatangi mandor yang berutang ke Dian.

TRIBUNWOW.COM - Belum lama ini, viral pengakuan pemilik warung di sekitar Masjid Sheikh Zayed Kota Solo, Jawa Tengah.

Dilansir TribunWow.com, pemilik warung makan Restu Bunda, Dian (38), menyebut ada sejumlah pekerja proyek masjid yang meninggalkan utang Rp 145 juta.

Dian mengaku sempat mengira akan untung besar saat warungnya menjadi tempat makan pekerja proyek masjid senilai Rp 300 miliar tersebut.

Namun bukannya untung, Dian justru mengalami rugi besar.

Baca juga: Momen Gibran Bolak-balik Anggukkan Kepala saat Salami Presiden UEA Sheikh Zayed di Dekat Jokowi

Kisah Dian ini rupanya sudah didengar oleh Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Sang wali kota berjanji akan turun tangan menagih utang para pekerja tersebut.

"Wis ditelpon mandore sing salah (Sudah ditelepon mandornya yang salah). Ya enggak tahu itu mandore. Atau dari sub-vendor," kata Gibran, dikutip dari TribunSolo.

Gibran merasa iba dengan pemilik warung yang sampai harus menjual perhiasan agar usahanya tetap berjalan.

Kendati demikian, Gibran mengaku belum akan menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalah ini.

"Yo mesakke toh yo. Utang nganti ratusan juta (Ya kasihan. Utang sampai ratusan juta)," ujarnya.

"Sek, santai, opo-opo diperkarakan (Santai dulu, apa-apa kok diperkarakan). Saya sudah tahu orangnya. Tinggal ditagih wae."

Warung makan Restu Bunda. Pemilik warung tersebut diutangi sampai ratusan juta oleh mandor proyek Masjid Raya Sheikh Zayed.

Baca juga: Curi Uang Rp 130 Ribu, Viral Copet Berjilbab di Masjid Al Jabbar Santai Merokok saat Diperiksa

Anak sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu lantas meminta para pekerja untuk secara jantan membayar utang ke pemilik warung makan tersebut.

Jika tidak, Gibran siap mendatangi dan menagih utang kepada para pekerja.

"Dirampungke koyo cah lanang. Ngebon nganti satus yuto (seratus juta). Ojo ditiru (Jangan ditiru)," ucap Gibran.

"Yo tak parani wonge (Ya saya datangi orangnya). Itu kan warga kita. Warga asli Gilingan."

"Warung diboni sak yuto we ambruk, iki satus yuto (Warung diutangi satu juta saya ambruk, apalagi seratus juta). Segera minggu ini."

Pengakuan Pemilik Warung

Di sisi lain, pemilik warung makan, Dian menyebut utang ratusan juta itu merupakan tagihan makan para pekerja Masjid Sheikh Zayed.

Kala itu, Dian memang sengaja tak langsung menagih utang para pekerja.

Pasalnya sejak awal mandor menjanjikan uang makan akan dibayar setiap dua minggu sekali.

Baca juga: Nyamar Pakai Cadar saat Beraksi, Viral Copet di Masjid Al Jabbar Santai Merokok saat Terciduk

Beberapa kali telat bayar, utang tersebut akhirnya tak dibayar sampai pembangunan Masjid Sheikh Zayed selesai.

"Perjanjiannya tiap dua minggu terbayarkan. Sedangkan dari sisi mandornya perusahaannya enggak on-time," ujar Dian.

"Bahkan terkadang 4 minggu sekali baru dibayarkan."

Menurut Dian, para pekerja yang berutang di bawah kendali tiga mandor.

Mandor berinisial N meninggalkan utang sebesar Rp 65 juta.

Mandor G berutang Rp 50 juta.

Keduanya merupakan warga Demak, Jawa Tengah.

Sedangkan Mandor G yang berasal dari Purwodadi meninggalkan utang Rp 30 juta.

"Kemarin kasusnya banyak mandor-mandor ngeluh dipending," ucap Dian.

"Bayaran sekian hanya menerima sekian persen. Mandor harus cari kekurangan dari mana."

Agar bisa terus membuka warungnya, Dian terpaksa menjual perhiasannya untuk modal.

"Ya sedikit demi sedikit. Apa yang ada dijual dulu. Yang punya perhiasan dijual dulu untuk gali lubang tutup lubang," jelasnya. (TribunWow.com)

Baca artikel lain terkait