TRIBUNWOW.COM - Tragedi pesawat jatuh di Pokhara, Nepal, Minggu (15/1/2023) kini tengah menjadi sorotan dunia.
Dalam insiden jatuhnya Pesawat Yeti Airlines itu, tercatat sedikitnya ada 68 korban meninggal dunia.
Dilansir TribunWow.com dari kathmandupost, Senin (16/1/2023), sejumlah warga memberikan kesaksian terkait kengerian saat Pesawat Yeti Airlines jatuh.
Penduduk lokal bernama Kalpana Sunar mengaku saat kejadian, dirinya sedang mencuci baju di depan rumahnya.
Baca juga: Drone Ukraina Serang Pangkalan Udara Pesawat Bomber Rusia, Videonya Beredar di Medsos
Ia melihat sebuah pesawat jatuh dari langit dan datang ke arahnya.
“Pesawat miring dengan sudut yang tidak biasa dan beberapa saat kemudian, saya mendengar ledakan seperti bom,” kata Sunar.
“Lalu saya melihat kepulan asap hitam mengepul dari ngarai Seti," imbuhnya.
Sementara itu, saksi mata lainnya, Geeta Sunar menyebut, salah satu sayap pesawat menghantam tanah, sekitar 12 meter dari rumahnya.
Bagian depan pesawat memantul dari ngarai Seti dan jatuh di Naya Gaun di Pokhara-15, sedangkan bagian belakang jatuh ke ngarai.
“Seandainya pesawat jatuh sedikit lebih dekat ke rumah kami, permukiman akan hancur,” kata Geeta.
“Ada begitu banyak kerusakan di lokasi kejadian, tetapi karena terjadi jauh dari permukiman, tidak ada korban jiwa atau kerusakan pada permukiman.”
Geeta mengaku saat itu ia pergi ke kuil di pagi hari, dan kembali ke rumah untuk makan setelah berdoa.
Setelah mendengar ledakan, Geeta keluar dan melihat pesawat sudah jatuh.
“Ada api di kedua sisi ngarai Seti. Mayat-mayat berserakan di mana-mana,” kata Geeta.
"Bagian-bagian dari pesawat dan tas kecil penumpang berserakan di mana-mana di mana pesawat pertama kali menyentuh tanah," imbuhnya.
Geeta mengatakan, anak-anak yang sedang bermain di jalanan mendengar suara tangisan dari dalam pesawat.
Anak-anak yang menyaksikan kejadian tersebut mengatakan bahwa pesawat berputar saat jatuh dari langit, dan mereka dapat mendengar penumpang berteriak dari dalam pesawat.
Samir (11) dan Prajwal Pariyar (11) mengaku awalnya mengira itu mainan, tapi saat pesawat mendekat mereka langsung kabur.
“Tiba-tiba sekeliling menjadi gelap karena asap,” kata Samir.
"Sepertinya ban pesawat akan menyentuh kita saat jatuh."
Warga lokal lainnya, Bainsha Bahadur BK mengatakan, jika pesawat langsung datang, akan menabrak permukiman dan menyebabkan lebih banyak kerusakan.
“Sekitar tujuh atau delapan jendela pesawat masih utuh dan kami menduga penumpang mungkin masih hidup,” kata BK.
"Tapi api menyebar ke bagian lain dari pesawat dalam sekejap, saat kami menyaksikan dengan ngeri," lanjutnya.
Baca juga: NATO Isyaratkan Pengiriman Senjata Berat ke Ukraina, Sebut akan Terus Beri Pasokan untuk Usir Rusia
Sementara itu, dikutip dari BBC, seorang bicara bandara, Anup Joshi menyebutkan, saat kejadian cuaca di pegunungan cerah, dan jarak pandang bagus.
Ada 72 penumpang dan awak pesawat di dalam penerbangan Yeti Airlines dari Kathmandu ke kota wisata Pokhara yang jatuh pada hari Minggu.
Sementara ini, baru 68 orang yang ditemukan meninggal dunia, namun diyakini tidak ada yang selamat dalam kecelakaan tersebut.
Rekaman ponsel yang beredar menunjukkan, pesawat menggelinding tajam saat mendekati bandara.
Pesawat kemudian menghantam tanah di ngarai Sungai Seti, lebih dari satu kilometer dari bandara.
Pilot meminta perubahan dari landasan pacu 3 menjadi landasan pacu 1, yang diberikan oleh bandara.
"Kami bisa beroperasi dari kedua landasan pacu. Pesawat diizinkan untuk mendarat," kata juru bicara bandara Pokhara.
"Sangat disayangkan bahwa insiden itu terjadi 15 hari setelah bandara dibuka untuk bisnis," lanjut Joshi.
Kecelakaan itu adalah kecelakaan pesawat paling mematikan di negara itu dalam 30 tahun.
Para pencari sebelumnya mengatakan mereka telah putus asa untuk menemukan korban selamat.
Pejabat lokal Tek Bahadur mengatakan kemungkinan menemukan orang hidup adalah "nihil".
Namun data penerbangan dan perekam suara pesawat telah ditemukan, katanya.
"Kami telah mengumpulkan 68 jenazah sejauh ini. Kami sedang mencari empat jenazah lagi," kata Bahadur, kepala distrik di distrik Taksi.
Perdana Menteri Nepal telah menyatakan Senin sebagai hari berkabung nasional, dan pemerintah membentuk panel untuk menyelidiki penyebab bencana tersebut.
Penduduk lokal Divya Dhakal menyebut, pilot berusaha sebaik mungkin agar tidak menabrak permukiman.
"Pada saat saya berada di sana, lokasi kecelakaan sudah ramai. Asap besar keluar dari api pesawat," katanya.
"Dan kemudian helikopter datang dalam waktu singkat."
"Pilot mencoba yang terbaik untuk tidak menabrak peradaban atau rumah mana pun," tambahnya.
"Ada ruang kecil tepat di samping Sungai Seti dan pesawat itu mendarat di ruang kecil itu," sambungnya.
Kecelakaan penerbangan tidak jarang terjadi di Nepal, seringkali karena landasan pacu yang jauh dan perubahan cuaca yang tiba-tiba yang dapat menyebabkan kondisi berbahaya.
Negara Himalaya ini, rumah bagi beberapa gunung yang paling menakjubkan di dunia, memiliki medan yang paling sulit untuk dinavigasi. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)