TRIBUNWOW.COM - Sejak melakukan operasi militer spesial di Ukraina, Rusia telah menerima banyak sanksi ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota NATO.
Kendati demikian, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa negara yang ia pimpin tersebut justru masih dalam kondisi kuat dan stabil dibandingkan mayoritas negara-negara anggota G20.
Dikutip TribunWow dari rt, hal ini disampaikan oleh Putin seusai melakukan pertemuan dengan Dewan Negara Rusia, Kamis (22/12/2022).
Baca juga: Tanggapan Rusia soal Pertemuan Biden dan Zelensky, Tidak Lihat Ada Niat Ingin Berdamai
Putin menyampaikan bagaimana perekonomian Rusia yang diprediksi oleh banyak pihak akan runtuh, justru masih stabil.
"Terlebih, Rusia menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan negara-negara G20," kata Putin.
Putin turut menjelaskan bagaimana perekonomian Rusia cenderung stabil.
"Pasar tenaga kerja stabil, keuangan negara stabil, tidak ada kekhawatiran di sana. Semua ini bukan hasil yang jatuh dari langit. Ini semua hasil kerja pemerintah, tim regional, pebisnis, dan semangat masyarakat secara keseluruhan," kata Putin.
Putin memuji semangat warganya yang memiliki semangat untuk bersatu dan bekerja bersama mencapai tujuan.
Sebelumnya diberitakan, tepuk tangan penonton bersahutan ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan pidato dalam acara Forum Ekonomi Internasional di St Petersburg pada Jumat (17/6/2022).
Satu dari beberapa topik yang dibahas oleh Vladimir Putin adalah serangan sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Dilansir TribunWow.com, seperti yang diketahui setelah konflik antara Rusia dan Ukraina terjadi, negara-negara barat beramai-ramai memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia.
Baca juga: Ditanya Wartawan kenapa Tidak Berikan Semua Senjata ke Ukraina, Biden Jawab Sambil Tatap Zelensky
Dari tayangan YouTube The Guardian, Putin menganggap upaya negara-negara barat untuk menghancurkan Rusia sebagai tindakan bodoh.
Menurut Putin, sanksi yang dilakukan oleh negara barat gagal meraih tujuan menghancurkan ekonomi Rusia.
Mengomentari adanya kekhawatiran mata uang Rusia melemah terhadap USD, Putin menyebut hal tersebut hanya perang informasi.
Putin menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat lainnya telah salah mengisolasi negara.
Putin kemudian menegaskan operasi militer spesial di Ukraina dipastikan akan terus berjalan.
Pernyataan Putin ini kemudian mendapat tepuk tangan dari audiens.
Putin mengatakan, tujuan utama operasi militer spesial di Ukraina adalah melindungi rakyat di Donbas.
Keluhan Turis Rusia
Para turis Rusia yang berada di Bali mengaku kebingunan lantaran mulai kehabisan uang.
Pasalnya, mereka tak bisa mengakses uang digital atau bahkan melakukan tarik tunai di mesin ATM.
Hal ini merupaka dampak dari sanksi global yang diberlakukan akibat invasi yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina.
Baca juga: Facebook dan Instagram Persilakan Netizen Tulis Ujaran Kebencian ke Putin dan Rusia
Dilansir TribunWow.com dari video di kanal berita Daily Mail UK, Jumat (11/3/2022), pria asal Rusia, Konstantin Ivanov (27) mengaku kebingungan.
Ia sempat menjajal melakukan penarikan uang di ATM, namun kartunya langsung ditolak.
Akibatnya, Ivanov terancam terjebak di Bali selama sanksi tersebut masih diberlakukan.
"Hal ini menimbulkan masalah yang besar bagi kami, seperti untuk membeli produk, untuk membayar di toko, membayar hotel, villa atau rumah kos," aku Ivanov.
"Kami benar-benar telah kehilangan uang kami. Aset kami seperti benar-benar sudah dibekukan. Dan kami tidak bisa melakukan transaksi apa pun di sini."
Jika uangnya mulai menipis, Ivanov mau tak mau harus kembali pulang ke Rusia.
Namun situasi perang yang terjadi tak menjamin bahwa dirinya bisa kembali dengan lancar.
Mengingat sejumlah negara sudah menghentikan penerbangan ke negara tersebut.
"Jika situasi makin berkembang, mungkin aku akan kembali ke Rusia," kata Ivanov.
"Tapi bahkan ada masalah dengan hal tersebut lantaran adanya perubahan peraturan yang cepat baik di dalam maupun di luar Rusia."
"Akan ada masalah besar jika kembali dengan skenario semacam itu."
Jika tak mendapatkan jalan keluar, Ivanov akan berusaha untuk mencari pekerjaan di Indonesia.
Uang yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk membayar visa agar dapat lebih lama tinggal di Bali.
"Mungkin kami harus kembali ke sini dan melakukan pekerjaan sementara, mencari kerja untuk membayar biaya visa," ujar Ivanov.
"Tidak ada yang tahu bagaimana kondisi ke depan. Kami harus menunggu dan melihat dulu."
Ivanov menyebutkan bahwa orang-orang Rusia sebenarnya merasa kecewa dengan perang yang terjadi.
Ia menilai seharusnya konflik tersebut bisa diselesaikan secara diplomasi sehingga tak menimbulkan masalah berkepanjangan.
"Aku rasa orang-orang Rusia pada umumnya begitu kecewa dengan kejadian dan perkembangan akhir-akhir ini, " kata Ivanov.
"Tentu saja tidak ada yang menginginkan perang. orang kami tidak mau perang, begitu juga orang-orang Ukraina."
"Tidak ada yang menginginkan perang ini.Kami sangat khawatir. Tak ada yang mau perang, kita semua membutuhkan kedamaian," tandasnya. (TribunWow.com/Anung/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina