TRIBUNWOW.COM - Tersangka Dhio Daffa Syahdilla alias DDS (22) tega membunuh keluarganya sendiri di rumah mereka, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022).
Dilansir TribunWow.com, sang paman yang bernama Sukoco, mengatakan bahwa pelaku kerap membohongi ketiga korban yang adalah ayah, ibu dan kakaknya.
Menurut Sukoco, Dhio memanfaatkan kasih sayang ibunya untuk melakukan manipulasi pada keluarganya sendiri.
Baca juga: Terlalu Dimanja? Anak yang Bunuh Keluarga di Magelang Ternyata Dapat Jatah Bulanan Rp 32 Juta
Sebagaimana diketahui, korban adalah sang ayah Abbas Ashar (58), ibu Heri Riyani (54) dan anak sulungnya Dhea Choirunnisa (25).
Ketiganya tewas setelah menenggak minuman yang telah dicampuri racun sejenis arsenik oleh pelaku.
Sempat tak menyangka keponakannya nekat melakukan pembunuhan, Sukoco yang adalah kakak kandung Heri Riyani, menilai ada perubahan perilaku dari diri Dhio.
Perubahan tersebut muncul setelah sang pemuda mengalami kecelakaan saat SMA, yakni pada tahun 2019.
Kecelakaan tersebut kabarnya membuat sejumlah jari Dhio cacat hingga harus dirawat beberapa bulan di rumah sakit.
Namun ia justru memanfaatkan perhatian dari ibu yang begitu menyayangi anak bungsunya tersebut.
"Jadi ada perubahan semacam pola pikir tuh sejak 2019, pelaku ini kan mengalami kecelakaan, kemudian dirawat di RS Dr. Sardjito beberapa bulan," ungkap Sukoco dikutip kanal YouTube KOMPAS TV, Selasa (29/11/2022).
"Kasih sayang ibu yang begitu luar biasa ini terus digunakan pada hal-hal yang kurang benar, setelah sembuh ini ya."
"Pertama karena mungkin juga pengawasan dari orangtua tidak begitu ketat, membebaskan anak-anak untuk bergaul dengan siapa-siapa."
Baca juga: Aksi Pelaku Pembunuhan Keluarga di Magelang Hindari Kecurigaan, Cari Pertolongan dan Ikut Evakuasi
Menurut pengamatannya, Sukoco menilai bahwa Dhio sering mengatakan kebohongan.
Antara lain dengan mengaku telah diterima sebagai karyawan PT KAI di Stasiun Lempuyangan yang ternyata tidak benar.
"Kalau saya melihat perilaku anak ini, ya apa yang dia katakan, saya cek tidak benar," ungkap Sukoco.
"Contohnya pelaku ini mengatakan dia diterima di PT KAI di Lempuyangan, setelah itu saya cek di sana dengan tanya kepada karyawan di sana, ternyata nama tersebut tidak tercantum di daftar pegawai."
"Kemudian ada diklat PT KAI di Malang, masa diklat cuma tiga hari, dan surat undangan diklat kan harusnya ada pemberitahuan, tapi tidak ada."
Saat Sukoco membawa bukti tersebut ke orangtua pelaku, ia justru mendapat penolakan.
Para korban justru lebih mempercayai kebohongan sang anak dan enggan menerima masukan dari pihak lain.
"Orangtua sudah terbius oleh kata-kata dari anaknya kan tidak percaya, sama pihak lain yang memberi masukan tidak percaya," tandasnya.
Baca juga: Keluarga di Magelang Tewas Diduga Diracun Anak Sendiri, Kerabat sempat Curigai Perilaku Putra Kedua
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-03.12:
Kerabat sempat Curigai Perilaku Putra Kedua
Satu keluarga ditemukan tewas di rumahnya, kawasan Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022).
Korban terdiri dari tiga orang yakni sang ayah Abbas Ashar (58), ibu Heri Riyani (54) dan anak sulungnya Dhea Choirunnisa (24).
Mirisnya, pembunuhan menggunakan racun tersebut diduga dilakukan anak bungsu keluarga tersebut, yakni Dhio Daffa Syahdilla (22).
Jasad keluarga tersebut ditemukan di tiga kamar mandi berbeda di rumah mereka sekitar pukul 07.00 WIB.
Ketiganya sempat dilarikan ke rumah sakit namun dinyatakan telah meninggal dunia.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah (Jateng) Kombes Iqbal Alqudusy menyatakan anak kedua keluarga tersebut telah mengakui perbuatannya.
Pemuda yang akrab disapa Dhio tersebut membunuh keluarganya dengan mencampur racun dalam minuman mereka.
"DDS mengakui melakukan pembunuhan dengan cara mencampuri minuman teh hangat dan es kopi dengan racun yang dibeli secara online," kata Iqbal dikutip Kompas.com, Senin (28/11/2022).
"DDS merupakan anak kedua," lanjutnya.
Setelah meminum minuman tersebut, tiga anggota keluarga itu merasakan mual hingga muntah-muntah di kamar mandi rumahnya.
"Setelah meminum teh hangat dan es kopi, kemudian saksi 1 memanggil saksi 2, 3 dan 4 untuk membantu membawa ke RS Merah Putih," beber Iqbal.
Namun, pihak rumah sakit menyatakan bahwa korban sudah tak bernyawa.
Baca juga: Ungkap 3 Dugaan Penyebab Tewasnya Keluarga di Kalideres, Ahli Bandingkan dengan Sekte di India
Kakak kandung Heni, Agus Kustiardo (58) mengaku sangat terpukul mendengar kejadian ini.
Ditemui setelah prosesi pemakaman korban di TPU Sasono Loyo, Magelang, Agus merasa begitu hancur dan kehilangan.
"Perasaan saya hancur, sekalipun pelakunya adalah anaknya (korban) tapi yang dibunuh adik saya, secara manusiawi lho, saya merasa kehilangan," ujar Agus dikutip Kompas.com, Senin (28/11/2022).
Ia awalnya tak menyangka keponakannya adalah pelaku pembunuhan tersebut.
Namun, pihak keluarga besar sudah sepakat menyerahkan kasus tersebut ke aparat agar diproses sesuai hukum yang berlaku.
"Saya tadi pagi belum tahu, kemudian ada informasi kalau Dhio dibawa polisi juga. Kalau aparat bawa seseorang itu berarti sudah ada keyakinan, melalui alat bukti kuat," ujar Agus.
"Peristiwa ini sudah ditangani pihak berwajib, pelakunya ada. Ini masalah pelanggaran hukum, pasalnya apa, aparat yang tahu, kami serahkan ke pihak berwajib," lanjutnya.
Baca juga: Fakta Baru Ibu di Kalideres Sudah Tewas sejak Mei, Masih Disisiri dan Diberi Susu oleh Anak
Agus membeberkan komunikasi terakhirnya dengan keluarga tersebut berlangsung belum lama sebelum kejadian.
Ketika itu, mendiang Abas meminta tolong untuk membayarkan pajak STNK.
Agus pun menilai keluarga tersebut tampak baik-baik saja, meski ia sempat mencurigai gelagat Dhio yang disebutnya agak berubah.
"Sifat Dhio itu sekarang overlap (berlebihan-red). Setahu saya banyak menghambur-hamburkan uang belakangan ini," ungkap Agus.
Akibat perbuatannya, pelaku kini harus menjalani penyidikan di Sat Reskrim Polresta Magelang untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. (TribunWow.com)