Gempa di Cianjur

Setenda dengan Mayat hingga Tidur di Pinggir Rel, Berikut Kisah Pilu Para Pengungsi Gempa Cianjur

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkap layar video jenazah di tenda pengungsian. Para pengungsi di RT 4 RW 2 Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terpaksa tidur bersama 11 jenazah korban gempa di tenda pengungsian.

TRIBUNWOW.COM - Gempa magnitudo 5,6 yang mengguncang di Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11/2022), telah mengubah hidup ribuan orang warganya.

Dilansir TribunWow.com, mereka yang selamat tak hanya kehilangan anggota keluarga, namun juga harus menghadapi trauma dan hidup dalam keterbatasan.

Tak jarang, para pengungsi tersebut dipaksa beradaptasi dengan kondisi yang tidak manusiawi.

Adapun hingga kini, korban tewas dikabarkan mencapai 271 jiwa dengan korban luka-luka mencapai lebih dari 1.083, serta pengungsi berjumlah sekira 58 ribu orang.

Baca juga: Berita Ridwan Kamil: Korban Tewas Gempa Cianjur Capai 268 Jiwa, RK Rinci Kebutuhan 58 Ribu Pengungsi

Tidur Bersama Jenazah

Seperti yang dialami para pengungsi di Desa Cibulakan, Kecamatan Cugeunang, Kabupaten Cianjur yang terisolir karena akses jalan tertutup longsoran.

Mobil dan ambulans yang digunakan untuk mengangkut warga terluka atau jenazah tak bisa lewat untuk memberikan bantuan.

Sehingga, warga terpaksa harus secara swadaya membangun posko pengungsian untuk menampung warga dengan tenda seadanya sejak Senin (21/11/2022).

Tak hanya itu, masyarakat mau tak mau terpaksa tidur sebaris dengan 11 jenazah yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan.

Pasalnya, warga bingung mengurus para korban meninggal akibat tidak adanya sarana untuk memandikan jasad maupun kelengkapan seperti kain kafan.

"Karena anak-anak trauma, akhirnya kami pisah jenazah ditaruh di ujung belakang sana sementara warga di depan sini," kata seorang pengungsi bernama Rosidah seperti dikutip dari TribunnewsDepok.com, Rabu (23/11/2022).

Akhirnya, sehari setelah gempa, jenazah para warga tersebut dimakamkan dengan kondisi seadanya.

Bahkan, warga terpaksa memandikan jasad korban dengan air parit yang digunakan untuk mengaliri sawah lantaran tak ada akses air PAM ataupun listrik.

"Karena kalau tidak dikubur bagaimana, kasihan anak-anak trauma melihatnya. Menunggu bantuan tidak tahu kapan tiba," imbuhnya.

Baca juga: Kisah Enjot, Korban Gempa di Cianjur yang Kehilangan 11 Anggota Keluarga saat Desanya Luluh Lantak

Salah satu posko pengungsian warga yang terdampak gempa Cianjur, di Desa Cibulakan, Cugeunang, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). (Wartakotalive.com/Desy Selviany)

Mengungsi di TPU

Sementara itu, warga di wilayah Panumbang, Desa Cibulakan, juga terpaksa tidur di tenda yang dipasang di atas tanah makam.

Bersama istri, empat cucu dan satu anaknya, Dedi (56) hidup bersama 73 kepala keluarga lain di TPU Panumbang.

"Dari pada kenapa-kenapa, rumah juga sudah roboh sebagian temboknya jadi kita kosongkan. Bawa semua anak-anak mengungsi di sini," kata Dedi dikutip TribunnewsDepok.com.

Tidur di Pinggir Rel

Nasib pilu juga dialami warga di Kampung Margaluyu, Keluarahan Sayang, Kabupaten Cianjur yang terpaksa tidur di pinggir rel kereta api.

Meski berbahaya, namun ratusan warga terpaksa hidup di pengungsian sementara tersebut karena takut akan adanya gempa susulan.

"Warga gotong royong mendirikan tenda dari terpal seadanya, yang diikat pakai tali plastik ke tiang di pinggir rel kereta," kata warga bernama Hendi Supyandi pada TribunJabar.id, Selasa (22/11/2022).

Meski sudah mendapat bantuan berupa makanan ringan dan air, warga masih kekurangan bahan makanan pokok.

Selain itu, kondisi tenda untuk menampung para pengungsi juga masih kurang layak lantaran tak bisa membendung udara dan angin dingin.

"Inikan posisinya cuman atasnya saja yang ditutupi terpal, ditambah kondisi sekarang anginnya cukup kencang, banyak juga bayi dan anak di sini," tandasnya.

Baca juga: Tangis Histeris Ayah Korban Gempa Cianjur Lihat Anaknya Terbujur Kaku di Kantong Jenazah: Ya Allah

Puluhan keluarga korban gempa Cianjur di Kampung Margaluyu, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur tidur di pinggir rel kereta api, Selasa (22/11/2022). (Tribun Jabar/Fauzi Noviandi)

Kisah Para Korban Selamat

Sejumlah warga di Cianjur, Jawa Barat mengisahkan pengalaman mereka selamat dari gempa berkekuatan 5,6 magnitudo yang terjadi pada Senin (21/11/2022).

Dilansir TribunWow.com, seorang warga sempat tertimbun tembok rumahnya, sementara yang lain mencari pertolongan dengan tubuh berlumuran darah.

Di antaranya, ada pula kisah heroik seorang nenek yang berhasil menyelamatkan cucunya saat gedung di dekatnya runtuh.

Baca juga: PLN Gerak Cepat Pasca Gempa Cianjur, Kerahkan Petugas untuk Pulihkan Kelistrikan hingga Beri Bantuan

Jajang (51), mengaku sedang berada di bengkelnya saat gempa mulai terasa.

Warga Kampung Garogol Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, tersebut tengah memperbaiki mobil ketika bangunan di dekatnya ambruk.

Ditemui di halaman RSUD Sumedang, Senin (21/11/2022), Jajang mengaku mengendarai sendiri motornya ke Puskesmas dengan tubuh berdarah-darah.

"Tanpa aba-aba, kerasa goyang sedikit langsung bangunan ambruk," kata Jajang dikutip Kompas.com.

"Saya naik motor ke Puskesmas sendiri muka sudah penuh darah," imbuhnya.

Warga yang tinggal sekampung dengan Jajang, Ai Rohmah (47), mengaku sempat tertimbun reruntuhan rumahnya sendiri.

Ia kemudian berhasil diselamatkan dari kulkas dan batu bata yang jatuh menimpa wajahnya.

"Saya ketiban bata dan kulkas lagi berdiri di rumah. Ditolong tetangga," kata Ai.

Korban luka akibat gempa bumi menjalani perawatan di halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sayang, Jalan Rumah Sakit, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Akibat gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo yang berpusat di kawasan Kabupaten Cianjur sekitar pukul 13.21 WIB, hingga pukul 21.00 korban meninggal dunia sebanyak 162 jiwa, 326 luka berat dan ringan, 2.345 rumah rusak dan sekitar 13.400 jiwa mengungsi. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Baca juga: Gempa 5,6 Magnitudo Sebabkan SMKN 1 Cugenang, Cianjur, Jabar Luluh Lantak hingga Para Siswa Terluka

Cerita serupa dikisahkan Fadillah, remaja 14 tahun yang kini dirawat di RSUD Cimacan, Kabupaten Cianjur.

Ia mengaku sedang berada di dapur rumahnya ketika gempa mulai terasa.

Meski sudah lari sekencang-kencangnya, Fadillah tertahan tembok yang ambruk mengenai tubuhnya.

Namun beruntung, ia berhasil keluar sendiri dari timbunan tersebut meski mengalami luka di bagian kepala dan kaki.

"Langsung kencang (gempanya), pas mau keluar (dari rumah) lari, ambruk temboknya," tutur Fadillah dikutip TribunnewsBogor.com.

"Nggak semua bagian rumah ambruk, tapi ada rumah lain yang hampir semuanya ambruk."

Sementara itu, Yayah (58), warga kelurahan Pamoyan, Kabupaten Cianjur mengaku mengalami luka di bagian tangan.

Luka tersebut diperolehnya lantaran tertimpa bangunan yang ambruk di dekatnya.

Namun, Yayah bersyukur berhasil menyelamatkan sang cucu saat atap dari gedung di dekat mereka runtuh.

"Tadi getarannya cukup besar, saya pun sempat menyelamatkan cucu, karena atap dari gedung sebelah ambruk," ucap Yayah dikutip TribunJabar.id.(TribunWow.com/Via)

Baca artikel lain terkait