TRIBUNWOW.COM - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang disebut lebih mengerikan daripada video yang beredar di televisi atau media sosial.
Temuan ini diungkap oleh Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) kasus tragedi Stadion Kanjuruhan, Mahfud MD, yang melihat kejadian via CCTV.
Dalam CCTV itu, terekam jelas bagaimana para korban meninggal di tengah kerusuhan.
Baca juga: VIDEO LPSK Ungkap Detik-detik Mengerikan Suporter Masuk Lapangan hingga Terjadi Tragedi Kanjuruhan
"Fakta yang kami temukan, korban yang jatuh, proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan dari yang beredar di televisi maupun medsos," ungkap Mahfud MD dalam keterangan pers, Jumat (14/10/2022) siang.
Menurut Mahfud MD, ada 32 CCTV yang dimiliki aparat yang direkonstruksi.
"Jadi itu lebih mengerikan dari sekadar semprot mati semprot mati gitu."
"Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar, satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk nolong temannya, terinjak-injak, mati," kata Mahfud MD.
CCTV juga merekam adanya suporter yang berusaha memberikan bantuan pernapasan rekannya yang sudah tidak bisa bernapas.
Namun saat mencoba membantu, ia juga turut menjadi korban.
"Lebih mengerikan dari yang beredar, karena ini ada di CCTV," ujarnya.
Gas Air Mata Jadi Penyebab Utama
Lebih lanjut, Mahfud MD menekankan seluruh korban tragedi Kanjuruhan disebabkan karena adanya semprotan gas air mata.
"Yang mati dan cacat, serta sekarang kritis, dipastikan itu terjadi karena desak-desakan, setelah ada gas air mata yang disemprotkan, itu penyebabnya," ungkapnya.
Baca juga: Direnovasi Total Tahun 2023, Markas Arema FC akan Dibangunkan Monumen untuk Ingat Tragedi Kanjuruhan
Adapun tingkat keberbahayaan atau racun dari gas air mata itu, saat ini sedang diperiksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Tetapi, apapun hasil pemeriksaan dari BRIN, tidak bisa mengurangi kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," tegas Mahfud MD.
Mahfud MD menyebut siang ini TGIPF menyampaikan laporan dengan independen sebagai laporan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Nanti hasil laporan akan diolah oleh Bapak Presiden untuk kebijakan keolahragaan nasional dengan melibatkan stakeholders tentu saja yang ada menurut peraturan perundang-undangan," ujar Mahfud MD.
Temuan LPSK
Pemeriksaan tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur hingga kini masih dilakukan berbagai pihak.
Terbaru, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengungkapkan investigasinya terkait tragedi yang merenggut 131 korban jiwa tu.
Ada beberapa temuan yang disorot LPSK, termasuk detik-detik mengerikan saat pertama kali suporter masuk lapangan setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya hingga terjadi kerusuhan, Sabtu (1/10/2022) lalu.
Menurut Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu, video ini diambil dari tribun di Stadion Kanjuruhan.
Dalam video yang diputar LPSK, penonton pertama yang masuk, mengenakan pakaian hitam, tampak berlari dan melompati dinding pembatas antara tribun dan lapangan.
Hingga akhirnya penonton tersebut berhasil memasuki lapangan.
Namun tampak dihalau oleh semacam petugas mengenakan pakaian hijau.
"Kita bisa melihat penonton yang melompati dinding saat itu tidak ada pengamanan yang menghalangi penonton itu, kemudian beberapa orang mendekati penonton itu menghalau, bahkan penonton yang pertama kali masuk ke lapangan itu tidak berhasil menyalami atau memeluk pemain Arema FC," terangnya, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Kamis (13/10/2022).
Lantas Edwin melanjutkan pada pukul 22.03 WIB (waktu dari hasil rekaman) tampak pemain kedua masuk ke lapangan.
"Awal-awal kita bisa lihat jumlah penonton yang masuk itu masih di angka yang sangat kecil hanya 4 hingga 5 penonton, termasuk penonton yang membawa semacam bendera atau kaus dan berlari mengelilingi lapangan," terangnya lagi.
Dan sekitar pukul 22.04 51 detik baru terlihat sejumlah penonton merasuk dari tribun timur ke lapangan dan kondisi pun menjadi keos atau chaos.
Dan akhirnya pergerakan penonton semakin besar.
Tampak pemain yang sebelumnya di lapangan, digiring petugas keamanan memasuki ruang ganti stadion Kanjuruhan.
Tampak juga di satu momen sekelompok pemain berlari ke arah kiper Arema FC, Adilson Maringa.
Sekelompok penonton tersebut memeluk Adilson Maringa, hingga akhirnya Adilson Maringa menjadi tim Arema FC terakhir yang masuk ke ruang ganti.
"Tampak tidak ada suatu hal yang mengkhawatirkan," lanjutnya.
Baca juga: Nasib Pilu Korban Tragedi Kanjuruhan, Hilang Ingatan setelah Koma 3 Hari hingga Kena Gangguan Mental
Namun setelah itu tampak penonton mengenakan pakaian hitam berlari mendekati salah seorang pemain, kejadian begitu cepat, dan hal itu tengah didalami LPSK.
"Tampak juga salah seorang penonton yang mendekati pemain di daerah garis batas lapangan dan ini masih kita dalami, apakah itu kekerasan atau tidak," kata Edwin.
Hingga akhirnya pada pukul 22.05 WIB, dalam video yang diputar LPSK, asap putih pertama kali terlihat, menyebar di depan Tribun VIP.
Kondisi pun semakin keos, di mana petugas keamanan mulai menggunakan tameng dan tongkat, menghalau penonton dalam jumlah besar meringsek masuk ke lapangan.
Tampak juga beberapa kekerasan berlangsung oleh aparat berseragam menggunakan tongkat dan tameng.
"Ada juga terlihat penonton yang mencoba memprovokasi melempar sesuatu dan kami belum tahu apa itu kemudian direspon aparat yang berjaga," tuturnya.
Dan setelah itu tampak terdengar suara tembakan di waktu 22 .09 WIB 8 detik kemudian setelah itu diikuti dengan rentetan tembakan berikutnya.
"Di sini kita bisa melihat ada titik-titik asap yang mengarah ke arah Tribun Selatan antara Tribun 12 dan 13 dan juga ada tembakan yang langsung ke tribun penonton, begitu juga di sisi Utara di lapangan," pungkas Edwin. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mahfud MD Sebut Tragedi Kanjuruhan yang Terekam CCTV Lebih Ngeri dari yang Beredar di Medsos dan TV , dan BREAKING NEWS Detik-detik Penonton Pertama Masuk ke Lapangan Stadion Kanjuruhan, hingga Terjadi Keos
Berita terkait Tragedi Kanjuruhan