TRIBUNWOW.COM - Kasus penggelapan barang bukti narkoba seperti dilakukan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Teddy Minahasa rupanya bukan yang pertama kali terjadi.
Dilansir TribunWow.com, Indonesia Police Watch (IPW), bahkan menyebut praktik ini menjadi modus yang lazim di kalangan oknum polisi.
Bahkan, kasus serupa pernah terjadi di Medan yang kemudian ditindak oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Panca Putra.
Baca juga: Sebut Masalah Polri seperti Drama, Arteria Dahlan: Episode Sambo, Tragedi Kanjuruhan, Teddy Minahasa
Sebagaimana diketahui, Teddy Minahasa dilaporkan telah menyimpan barang bukti sitaan berupa 5 kg sabu-sabu dan menggantinya dengan tawas.
Sebanyak 2 kg sabu-sabu tersebut dilaporkan telah dijual pada pengedar di Jakarta yang bernama Linda Pujiastuti yang berjuluk 'Mami'.
Tak hanya Teddy Minahasa, jaringan tersebut juga melibatkan eks Kapolres Bukittinggi AKBP Doddy Prawira Negara, Kapolsek Kali Baru Tanjung Priok Kompol Kasranto, Polsek Kalibaru Aipda Achmad Darwawan dan Satnarkoba Jakbar Aiptu Janto Situmorang.
Menurut ketua IPW Sugeng Teguh Santoso, praktik tersebut rupanya sudah sering dilakukan oknum polisi yang menyimpang.
Seperti misalnya yang terjadi di Medan tahun 2021, di mana 11 oknum polisi Polairud dan Satuan Narkoba Polres Tanjungbalai menjual barang bukti sabu-sabu hasil tangkapan.
"Itu modus konvensional dari pada aparat yang nakal,"kata Sugeng dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Sabtu (15/10/2022).
"Di Medan juga kemarin enam polisi atau lebih yang menangkap operasi narkoba kemudian sebagian diserahkan sebagai barang bukti, sebagian dijual, ditindak oleh Kapolda Sumatera Utara."
Baca juga: Curiga Teddy Minahasa Pakai Uang untuk Dapat 3 Kali Promosi Jadi Kapolda, Susno Duadji: Kok Bisa?
Menurut Sugeng, modus seperti yang dilakukan Teddy Minahasa sangat mudah dibaca dan seharusnya bisa diantisipasi.
Antara lain dengan melibatkan divisi lain untuk mengecek jumlah sitaan dan jumlah barang bukti yang dihancurkan.
"Jadi ini modus-modus yang sebetulnya modus konvensional yang bisa dibaca," ujar Sugeng.
"Oleh karena itu penting ketika penangkapan itu ada bukan hanya unit narkoba yang ikut melakukan, tetapi unit lain seperti intel ikut memantau."
Sugeng mengatakan bahwa penangkapan jaringan kartel narkoba hingga ke level Kapolda baru sekali ini dilakukan.
"Baru sekali (sampai level Kapolda), tetapi pada level-level penyidik Sumatera Utara sudah terjadi," tandasnya.
Baca juga: Kronologi Kapolda Jatim Irjen Teddy Minahasa Ditangkap terkait Kasus Narkoba, Kini Terancam PTDH
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke- 04.04:
Teddy Minahasa Positif Narkoba dan Jual Sabu ke 'Mami'
Arteria Dahlan, anggota Komisi III DPRI RI, mengaku terkejut atas penangkapan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Teddy Minahasa.
Dilansir TribunWow.com, Arteria Dahlan bahkan menyebutkan jika hasil tes Teddy Minahasa ternyata positif menggunakan narkoba.
Namun, Arteria Dahlan juga mengatakan bahwa dirinya sudah mengetahui jaringan narkoba yang melibatkan Teddy Minahasa termasuk sosok 'Mami' yang menjadi bandar besar.
Baca juga: Kronologi Kapolda Jatim Irjen Teddy Minahasa Ditangkap terkait Kasus Narkoba, Kini Terancam PTDH
Sebagaimana diketahui, Kapolri Listyo Sigit Prabowo telah mengumumkan penangkapan Teddy Minahasa.
Jenderal bintang dua yang baru lima hari menjabat Kapolda Jatim menggantikan Irjen Nico Afianta tersebut diduga terlibat dalam jaringan besar narkoba Sumatera Barat.
Hal ini terungkap setelah penyidik menelusuri jaringan narkoba yang menjerat sejumlah anggota polisi termasuk mantan Kapolres Bukittinggi.
Menurut informasi, Teddy Minahasa mendapatkan 10 kg sabu dari Kapolres diduga merupakan hasil penyitaan barang bukti.
Namun kemudian, sebanyak 5 kg sabu dijualnya kembali pada sosok penadah bernama Linda yang dikenal dengan nama julukan Mami.
Transaksi tersebut dilakukan di sebuah Diskotek kota Jakarta yang hingga kini masih dirahasiakan lokasinya.
"Kita sudah tahu kok yang namanya Linda itu siapa, arahnya ke mana," kata Arteria dikutip kanal YouTube tvOneNews, Jumat (14/10/2022).
"Tapi kan sekarang ini banyak hal yang kita tahu tapi belum bisa dieksekusi aparat penegak hukum. Terkendalanya juga dengan berbagai alasan."
Baca juga: Kepercayaan Publik Anjlok, Kapolri Ungkap Arahan Jokowi untuk Reformasi Polri: Tegas dan Jelas
Menurut Arteria, sosok Linda tersebut sudah dipetakan oleh BNN bersama sejumlah jaringan lainnya.
Namun baru saat inilah, dilakukan penelusuran mendalam oleh pihak kepolisian yang kemudian menjerat sejumlah aparat.
"Jadi kalau masalah Linda dan teman-teman Linda yang lain, itu kan kita sudah punya peta jaringan narkoba, kita bisa tanya di BNN, kita bisa tanya ke direktorat narkoba itu jelas semua kok, pemainnya siapa, jaringan mana, terang benderang," tutur Arteria.
Ia mengaku terkejut ketika mendengar bahwa Teddy Minahasa sendiri merupakan pemakai narkoba.
Hal ini terbukti dari hasil tes urine sang jenderal yang positif mengandung residu zat-zat terlarang.
Padahal, ia telah ditunjuk untuk membersihkan Jawa Timur yang juga memiliki kantong-kantong peredaran narkoba.
"Saya juga kaget mana kala Pak TM itu ternyata juga setelah dicek positif narkoba," ujar Arteria.
"Bayangkan itu akan memimpin Jawa Timur yang luar biasa kompleksitasnya."
Profil Teddy Minahasa
Diketahui, Teddy Minahasa lahir di Minahasa, Sulawesi Utara pada 23 November 1970.
Dilansir Tribunnews.com, ia lulus dari Akademi Kepolisian pada 1993 dan memiliki karier serta prestasi yang cemerlang.
Teddy Minahasa mengawali kiprahnya dengan menjadi pejabat polisi di bidang lalu lintas, ia dilantik sebagai Kasubditmin Regident Ditlantas Polda Jawa Tengah pada tahun 2008.
Kemudian pada tahun 2014, Teddy Minahasa sempat menjadi ajudan wakil presiden RI yang kala itu dijabat oleh Jusuf Kalla.
Teddy Minahasa menjadi ajudan wapres bersamaan dengan Listyo Sigit yang menjabat sebagai ajudan Presiden Jokowi pada saat yang sama.
Kemudian Teddy Minahasa menjadi staf ahli wakil Presiden di tahun 2017 sebelum kemudian ditugaskan menjadi Karopaminal Divpropam Polri di tahun yang sama.
Pada 2018, ia menjadi Kapolda Banten menggantikan Listyo Sigit sebelum kemudian dilantik sebagai Wakapolda Lampung.
Di tahun 2019, Teddy Minahasa menjabat sebagai Sahlijemen Kapolri kemudian bertugas sebagai Kapolda Sumatera Barat (2021) hingga kemudian ditetapkan sebagai Kapolda Jawa Timur (2022).
Teddy Minahasa tercatat pernah mendapat sejumlah penghargaan, antara lain tanda kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya yang diberikan langsung oleh Jokowi.
Kemudian, ia menjadi Lulusan Terbaik Progam Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXI-TA 2017 Lemhannas RI dan mendapatkan penghargaan Seroja Wibawa Nugraha.(TribunWow.com)