TRIBUNWOW.COM - Penangkapan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Teddy Minahasa justru dinilai menjadi permulaan positif bagi Polri untuk membersihkan institusinya.
Dilansir TribunWow.com, hal ini juga menjadi bukti bahwa Kapolri Listyo Sigit Prabowo telah memenuhi komitmennya untuk melakukan reformasi Polri ke arah yang lebih baik.
Menurut Koordinator Jaringan Aktivis Nusantara (JAN) Romadhon Jasn, penangkapan Irjen Teddy Minahasa tersebut menjadi momentum untuk melakukan perubahan.
Baca juga: Irjen Teddy Minahasa Dikabarkan Ditangkap karena Kasus Narkoba, Ahmad Sahroni Beberkan Fakta
Ia berharap bahwa bersih-bersih internal yang dilakukan Listyo Sigit Prabowo nantinya akan bisa menular ke seluruh lembaga dan institusi negara.
Apalagi jika menyangkut masalah narkoba yang berbahaya bagi bangsa dan negara.
"Kita harap semangat bersih-bersih internal ini turut menjalar ke institusi milik negara lainnya. Bagaimanapun narkoba adalah ancaman bagi bangsa dan negara," ujar Romadhon dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (14/10/2022).
Kepercayaan publik terhadap institusi Polri telah anjlok setelah terbongkarnya kasus pembunuhan Brigadir J yang diinisiasi Ferdy Sambo.
Belum lagi tragedi di Stadion Kanjuruhan di mana oknum Polri melepas gas air mata hingga menyebabkan kepanikan dan menelan 132 korban jiwa.
Kini, setelah ditambah kasus Teddy Minahasa, Romadhon menilai bahwa kasus-kasus yang terjadi justru bisa menjadi cambuk bagi Kapolri untuk melakukan transformasi.
"Namun menurut kami, rentetan kasus itu justru akan memberi energi tambah bagi Kapolri Listyo Sigit. Khususnya dalam hal mempercepat proses transformasi Polri secara kultural," kata Romadhon.
Baca juga: Teddy Minahasa Positif Narkoba dan Jual Sabu ke Mami di Diskotek Jakarta, Arteria Dahlan Kaget
Penangkapan Teddy Minahasa juga menjadi tolok ukur bahwa Kapolri tak segan menindak internalnya sendiri.
Apalagi mengingat bahwa Teddy Minahasa dan Listyo Sigit bukanlah orang asing karena pernah sama-sama bertugas menjadi ajudan di Istana.
Keberanian dan keseriusan Listyo Sigit inilah yang akan menjadi peringatan bagi anak buahnya untuk tidak main-main dengan pelanggaran dan tindak pidana.
"Kini, anggota Polisi yang duduk di jabatan paling rendah hingga paling tinggi tentunya harus lebih berhati-hati. Bila berurusan dengan pidana, maka tidak ada lagi kata ampun," tandasnya.
Komitmen tersebut sempat diutarakan Listyo Sigit saat perjumpaan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jumat (14/10/2022).
Dihadapan ratusan jajaran pejabat tinggi, Kapolda, dan Kapolsek yang dipanggil Presiden, Kapolri menyatakan kesiapan untuk melakukan transformasi.
"Kami siap melakukan segala daya upaya sehingga dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri," tegas Listyo Sigit dikutip Kompas,com.
"Menjaga amanah Polri melalui program transformasi Polri untuk melaksanakan tugas Polri menjaga keamanan, kepentingan masyarakat, melindungi, mengayomi serta menegakkan hukum."
Baca juga: Kronologi Kapolda Jatim Irjen Teddy Minahasa Ditangkap terkait Kasus Narkoba, Kini Terancam PTDH
Arteria Dahlan Sebut Masalah Polri seperti Sinetron
Penangkapan Irjen Pol Teddy Minahasa yang baru ditunjuk 5 hari menjadi Kapolda Jawa Timur, begitu mengejutkan publik.
Dilansir TribunWow.com, anggota Komisi III DPR, Arteria Dahlan, menilai hal ini menambah buruk harkat Polri yang sudah jatuh akibat kasus Ferdy Sambo.
Menurut Arteria Dahlan, serangkaian kasus yang melibatkan aparat belakangan ini seolah seperti sebuah drama sinetron yang berkepanjangan.
Baca juga: Kronologi Kapolda Jatim Irjen Teddy Minahasa Ditangkap terkait Kasus Narkoba, Kini Terancam PTDH
Sebagaimana diketahui, Teddy Minahasa menjadi tersangka atas kasus dugaan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Ia dijerat pasal 114 ayat 2 UU Narkotika, susbsider pasal 112 ayat 2, juncto pasal 132 ayat 1, juncto pasal 55, undang-undang nomor 35 tahun 2009 dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara.
Teddy Minahasa yang sebelumnya menjabat Kapolda Sumatera Barat diduga telah menjual barang bukti sabu-sabu ke seorang pengedar bernama Linda Pujiastuti di Jakarta.
Mengetahui kasus ini, Arteria menyesalkan bertambahnya pelanggaran yang kembali dilakukan oleh aparat.
Apalagi saat kasus Ferdy Sambo masih bergulir, belum lagi tragedi di Stadion Kanjuruhan yang juga dipicu ulang polisi melemparkan gas air mata.
"Kita sedih, kecewa, prihatin," kata Arteria dikutip kanal YouTube tvOneNews, Jumat (14/10/2022).
"Kejadian demi kejadian terjadi pada tubuh Institusi Polri, ibarat episode dalam sinetron yang tidak berkesudahan."
"Kemarin kita dapat episoden Sambo, kemudian episode Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan banyak orang, sekarang episode yang namanya Teddy Minahasa, polisi menjual barang bukti narkoba sitaan."
Baca juga: Sosok Irjen Teddy Minahasa, Kapolda Jatim Baru Pengganti Irjen Nico Afinta: Pernah Jadi Ajudan JK
Kasus yang bertubi-tubi menimpa Polri telah menghancurkan kepercayaan publik pada institusi tersebut.
Padahal, sejak kasus Sambo mencuat, seluruh pihak sedang berusaha meningkatkan nama baik Polri di hadapan publik.
"Ini harga mahal, jelas sekali trust publiknya terkoyak, turun kepercayaan publik pada Polri," ucap Arteria.
"Dari kasusnya Sambo ini kita coba tingkatkan terus dengan penuh kerja keras, kemudian juga semakin memperlihatkan Polri sebagai polisi rakyat bersekat dengan rakyatnya."
Kasus yang melibatkan Teddy Minahasa dinilai ironis oleh Arteria.
Apalagi mengingat jenderal bintang dua tersebut baru saja ditunjuk untuk menjadi seorang Kapolda di Jawa Timur.
"Ini ironi, seorang polisi, perwira tinggi bintang dua yang baru-baru saja dipromosikan oleh seorang Kapolri, ternyata melakukan penjualan barang bukti narkoba," beber Arteria.
"Bagian dari peredaran dan mungkin saja terindikasi kartel atau mafia narkoba."(TribunWow.com)