TRIBUNWOW.COM - Jauh sebelum Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto diusung jadi capres 2024, banyak lembaga survei dan relawan telah mengutak-atik tokoh-tokoh potensial untuk dipasangkan dan didukung maju di 2024 nanti.
Beberapa di antaranya adalah pasangan Prabowo dan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang mendapat cukup banyak dukungan dari relawan.
Kemudian ada juga pasangan Anies dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang memiliki basis pendukung yang bertolak belakang.
Dilansir TribunWow, pengamat justru menilai dua duet tersebut akan banyak mendatangkan masalah bagi Indonesia.
Baca juga: Elektabilitas Ganjar Pranowo Sia-sia Tak Dianggap, PDIP Ungkap Capres 2024 Idaman Megawati
Duet Anies-Ganjar di Pilpres 2024 Punya Dampak Negatif
Dikutip TribunWow.com dari Tribunnews, Partai Demokrat menilai duet Anies-Ganjar ini justru memiliki dampak negatif.
Pernyataan ini disampaikan oleh Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani.
Kamhar menyebut duet Anies-Ganjar tidak akan menyelesaikan masalah politik identitas.
"Mengambil jalan pintas dengan mewujudkan duet Anies-Ganjar sebagai representasi dua kutub politik yang diperhadap-hadapkan selama ini sebagai pengejawantahan politik identitas, sama saja dengan melanggengkan politik identas itu sendiri," kata Kamhar saat dihubungi Tribun, Senin (27/6/2022).
"Jadi tidak menyelesaikan persoalan," ungkapnya.
Kamhar mengusulkan solusi untuk menyelesaikan politik identitas adalah memperbanyak pasangan capres dan cawapres di 2024 nanti.
"Jika ingin menyelesaikan eksploitasi politik identitas secara berlebihan ini dan sekaligus meningkatkan derajat dan kualitas demokrasi, maka ini yang mesti ditinjau ulang agar rakyat mendapatkan sebanyak mungkin pilihan putra dan putri terbaik bangsa yang berkontestasi pada puncak kepemimpinan nasional," kata Kamhar.
Baca juga: 3 Sinyal Jokowi Jagokan Ganjar di 2024, Diajak Semobil, Isu Dapat Restu hingga Dukungan Relawan
Duet Prabowo-Jokowi Rawan Konflik
Wacana duet antara Prabowo dengan Jokowi di 2024 sudah lama digaungkan sebelum sang Menteri Pertahanan RI menyatakan diri akan maju sebagai calon presiden (capres).
Di Indonesia sendiri tidak ada peraturan yang melarang mantan Presiden RI kembali maju dalam pemilu sebagai wakil presiden.
Dikutip TribunWow dari Tribunnews, namun menurut pengamat, duet Prabowo-Jokowi justru banyak membawa dampak negatif dan belum tentu bisa menang di 2024 nanti.
Baca juga: Berita Prabowo Subianto: Gemira Klaim Ulama, Kyai hingga Pimpinan Ponpes Dukung Prabowo di 2024
Hal ini dinyatakan oleh Pengamat politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah.
Dedi menjelaskan bagaimana saat ini Indonesia tidak kekurangan tokoh untuk dipilih dalam Pilpres 2024 nanti.
Ia juga mengungkit wibawa Jokowi akan tercoreng apabila ikut bertarung bersama Prabowo sebagai wakil.
Menurut Dedi, orang yang menyuarakan ide duet Prabowo-Jokowi memiliki motif ekonomi.
"Sangat jelas dalam rangka mencari pekerjaan, bukan dalam konteks memikirkan bangsa ini ke depan," kata Dedi kepada Tribun Network, Selasa (13/9/2022).
Dedi menyampaikan, polarisasi di masyarakat akan semakin meruncing apabila wacana Prabowo-Jokowi diwujudkan.
Ia menyoroti bagaimana loyalis Prabowo dan Jokowi memiliki sikap yang agresif.
"Sehingga potensi menghidupkan kembali konflik di masyarakat, dan belum tentu menang, " tegas Dedi.
(TribunWow.com/Anung)