Pilpres 2024

Duet Anies-Ganjar dan Prabowo-Jokowi di 2024 Diyakini Hanya akan Datangkan Masalah

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto kiri: Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dalam acara HUT ke-77 TNI pada 5 Oktober 2022. Foto kanan: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam acara lomba HUT RI di Jakarta, Agustus 2022.

TRIBUNWOW.COM - Jauh sebelum Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto diusung jadi capres 2024, banyak lembaga survei dan relawan telah mengutak-atik tokoh-tokoh potensial untuk dipasangkan dan didukung maju di 2024 nanti.

Beberapa di antaranya adalah pasangan Prabowo dan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang mendapat cukup banyak dukungan dari relawan.

Kemudian ada juga pasangan Anies dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang memiliki basis pendukung yang bertolak belakang.

Dilansir TribunWow, pengamat justru menilai dua duet tersebut akan banyak mendatangkan masalah bagi Indonesia.

Baca juga: Elektabilitas Ganjar Pranowo Sia-sia Tak Dianggap, PDIP Ungkap Capres 2024 Idaman Megawati

Duet Anies-Ganjar di Pilpres 2024 Punya Dampak Negatif

Dikutip TribunWow.com dari Tribunnews, Partai Demokrat menilai duet Anies-Ganjar ini justru memiliki dampak negatif.

Pernyataan ini disampaikan oleh Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani.

Kamhar menyebut duet Anies-Ganjar tidak akan menyelesaikan masalah politik identitas.

"Mengambil jalan pintas dengan mewujudkan duet Anies-Ganjar sebagai representasi dua kutub politik yang diperhadap-hadapkan selama ini sebagai pengejawantahan politik identitas, sama saja dengan melanggengkan politik identas itu sendiri," kata Kamhar saat dihubungi Tribun, Senin (27/6/2022).

"Jadi tidak menyelesaikan persoalan," ungkapnya.

Kamhar mengusulkan solusi untuk menyelesaikan politik identitas adalah memperbanyak pasangan capres dan cawapres di 2024 nanti.

"Jika ingin menyelesaikan eksploitasi politik identitas secara berlebihan ini dan sekaligus meningkatkan derajat dan kualitas demokrasi, maka ini yang mesti ditinjau ulang agar rakyat mendapatkan sebanyak mungkin pilihan putra dan putri terbaik bangsa yang berkontestasi pada puncak kepemimpinan nasional," kata Kamhar.

Foto kiri: Dengan raut wajah datar, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpose di bawah baliho foto Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Foto ini diunggah oleh Ganjar dalam akun Instagram resminya @ganjar_pranowo, Minggu (2/10/2022). Foto kanan: NasDem mengumumkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres 2024 mereka. (Kolase Instagram/@ganjar_pranowo dan Instagram/@aniesbaswedan)

Baca juga: 3 Sinyal Jokowi Jagokan Ganjar di 2024, Diajak Semobil, Isu Dapat Restu hingga Dukungan Relawan

Duet Prabowo-Jokowi Rawan Konflik

Wacana duet antara Prabowo dengan Jokowi di 2024 sudah lama digaungkan sebelum sang Menteri Pertahanan RI menyatakan diri akan maju sebagai calon presiden (capres).

Di Indonesia sendiri tidak ada peraturan yang melarang mantan Presiden RI kembali maju dalam pemilu sebagai wakil presiden.

Dikutip TribunWow dari Tribunnews, namun menurut pengamat, duet Prabowo-Jokowi justru banyak membawa dampak negatif dan belum tentu bisa menang di 2024 nanti.

Baca juga: Berita Prabowo Subianto: Gemira Klaim Ulama, Kyai hingga Pimpinan Ponpes Dukung Prabowo di 2024

Hal ini dinyatakan oleh Pengamat politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah.

Dedi menjelaskan bagaimana saat ini Indonesia tidak kekurangan tokoh untuk dipilih dalam Pilpres 2024 nanti.

Ia juga mengungkit wibawa Jokowi akan tercoreng apabila ikut bertarung bersama Prabowo sebagai wakil.

Menurut Dedi, orang yang menyuarakan ide duet Prabowo-Jokowi memiliki motif ekonomi.

Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto mendapat ucapan selamat dari Presiden RI, Joko Widodo saat pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Presiden RI Joko Widodo mengumumkan dan melantik menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju. (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

"Sangat jelas dalam rangka mencari pekerjaan, bukan dalam konteks memikirkan bangsa ini ke depan," kata Dedi kepada Tribun Network, Selasa (13/9/2022).

Dedi menyampaikan, polarisasi di masyarakat akan semakin meruncing apabila wacana Prabowo-Jokowi diwujudkan.

Ia menyoroti bagaimana loyalis Prabowo dan Jokowi memiliki sikap yang agresif.

"Sehingga potensi menghidupkan kembali konflik di masyarakat, dan belum tentu menang, " tegas Dedi.

(TribunWow.com/Anung)

Berita lain terkait