TRIBUNWOW.COM - Ibnu Muhammad Rafi (16) adalah satu dari 125 korban jiwa dalam tragedi kerusuhan di pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).
Ibnu kala itu pergi menonton pertandingan bersama dua kakaknya namun hanya dirinya yang menonton dari tribun, sementara itu dua kakaknya berada di bagian VVIP dan VIP.
Dikutip TribunWow dari Kompastv, menurut penjelasan sang ibu yakni Sumarsih, anak bungsunya yakni Rafi baru dua kali menonton pertandingan sepak bola tidak seperti kakak-kakaknya yang kerap pergi menyaksikan laga Arema FC.
Baca juga: Melihat Suporter Arema FC Meninggal Dalam Pelukan Pemainnya, Javier Roca: Saya Hancur Secara Mental
Sumarsih bercerita setelah terjadi kerusuhan, ia ditelepon oleh dua kakak Rafi.
"Waktu itu saya ditelepon anak saya, suruh mencari kabar Rafi karena di Kanjuruhan ricuh," kata dia.
Sumarsih mengatakan, saat itu kakak-kakak Rafi mencoba menelepon Rafi namun tak ada yang mengangkat.
Akhirnya Sumarsih mencoba menelepon ponsel Rafi dan ternyata diangkat namun yang menjawab adalah seorang ibu-ibu.
"Ibu siapa ini kan nomor HP anak saya," ujar Sumarsih menirukan perkataannya saat itu.
Kala itu Sumarsih hanya diminta untuk pergi ke RSI Gondanglegi tanpa dijelaskan bahwa Rafi sudah meninggal.
"Loh kenapa dengan anak saya, saya bilang begitu," ujar Sumarsih.
"Ibunya jawab sudah ke sini saja, segera berangkat."
Sumarsih mengatakan, saat itu dua kakak Rafi lah yang pergi lebih dulu ke RSI Gondanglegi.
Mereka awalnya mencoba mencari Rafi di ruang perawatan namun tidak ditemukan.
Kemudian kedua kakak Rafi diarahkan untuk mencari di ruang jenazah.
Keduanya lalu menyingkap satu per satu kain yang menutupi wajah jenazah.
Menurut cerita dari Sumarsih, kedua kakak Rafi kesulitan mencari sang adik karena wajah jenazah yang gosong.
Baca juga: Aksi Heroik Aremania Selamatkan Aremanita Dalam Tragedi Arema FC Vs Persebaya hingga Meregang Nyawa
"Di situ semua mukanya gosong, enggak jelas wajah adiknya dan agak bengkak," ujar Sumarsih.
Kedua kakak Rafi awalnya tidak menemukan adiknya di ruang jenazah, namun mereka memutuskan untuk kembali masuk ke ruang jenazah dan berhasil mengidentifikasi Rafi dari pakaian yang dikenakan korban.
Setelah berhasil mengidentifikasi Rafi, kedua kakaknya langsung mengabari Sumarsih yang membuat sang ibu histeris.
"Saya enggak bisa apa-apa waktu itu, saya hanya bisa nangis dan teriak saja," kata Sumarsih.
Menurut Sumarsih, kedua Kakak Rafi saat ini masih syok.
Dalang di Tragedi Kanjuruhan
Menko Polhukam Mahfud MD membentuk tim independen untuk menyelidiki fakta di balik tragedi Stadion Kanjuruhan.
Dilansir TribunWow.com, tim yang terdiri dari ahli dengan berbagai latar belakang itu dikerahkan untuk menyelidiki pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Mahfud MD pun membuka kemungkinan adanya intrik maupun kesengajaan dalam tragedi yang menyebabkan meninggalnya 125 penonton tersebut.
Baca juga: VIDEO Kronologi Kerusuhan di Kanjuruhan Versi Aremania: 2 Suporter Ingin Foto Bersama Singo Edan
Melalui konferensi pers di Jakarta, Senin (3/10/2022), Mahfud MD menyampaikan nama-nama Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF).
Menurutnya, TGIPF berfungsi menelusuri secara menyeluruh tindak pidana lain yang mungkin terjadi di balik layar.
Antara lain tanggung jawab dari pelaku di luar lapangan atau faktor kesengajaan yang tak terekam kamera.
"Mungkin saja dari hasil TGIPF ini ditemukan pelaku-pelaku tindak pidana selain yang telah ditangani oleh Polri secara pro justitia," ungkap Mahfud MD dikutip dari kanal YouTube KOMPASTV.
"Mungkin saja nanti ditemukan, setelah diselidiki, ini ada tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang lebih besar, bukan pelaku lapangan, mungkin."
"Atau kesalahan yang sengaja dilakukan oleh orang yang di balik yang terlihat itu."
Baca juga: Cerita Abel Camara tentang Keributan di Laga Arema FC Vs Persebaya, 7 Orang Meninggal di Ruang Ganti
Tindak pidana yang ditemukan oleh TGIPF akan diteruskan ke pihak kepolisian.
Sementara, dugaan pidana terkait korupsi, uang panas, mapun permainan jabatan, akan diserahkan ke KPK.
"Nah ini nanti tentu akan disalurkan lagi ke Polri untuk diproses secara hukum," terang Mahfud MD.
"Kalau misalnya permainan itu karena uang dan menyangkut jabatan, bisa saja itu diserahkan ke KPK juga."
Mahfud MD mengatakan dalam waktu dekat, pihaknya akan menindak oknum yang bersalah di lapangan.
Seperti misalnya oknum TNI yang kedapatan menendang suporter secara beringas seperti dalam rekaman yang beredar.
Termasuk juga anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran dan kekerasan.
"Itu nanti kita lihat saja, ini kan dalam dua tiga hari ke depan tindakan hukum pidana untuk pelaku lapangan yang brutal sudah bisa dilihat," beber Mahfud MD.
"Misalnya di TNI, Panglima menyatakan sudah punya datanya dan akan segera ditindak."
"Polri tadi juga mengatakan sudah memeriksa 18 orang," tandasnya. (TribunWow.com/Anung/Via)